Akbar

Akbar

01
September


(voinews.id)Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati menyebutkan ketidakpastian musim seperti terjadinya El Nino mendorong target pertumbuhan sektor pertanian tahun depan turun ke level 3,7 persen.

Pertumbuhan sektor pertanian tahun depan sendiri sebelumnya telah ditargetkan sebesar 4 - 4,2 persen dalam Kerangka Ekonomi Makro dan Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal (KEM PPKF) 2023.

“Kalau pertanian ini karena dua tahun ini sangat exceptional dari sisi musim,” kata Menkeu Sri Mulyani dalam Rapat Kerja bersama Komisi XI DPR RI di Jakarta, Rabu.

Sri Mulyani menjelaskan musim sangat sering mengalami perubahan secara tiba-tiba sepanjang dua tahun terakhir, bahkan selama pandemi COVID-19 sehingga memberi pengaruh terhadap sektor pertanian, termasuk tanaman pangan yaitu beras.

Sementara untuk tahun depan ia menuturkan sudah mulai muncul perkiraan musimnya yakni adanya El Nino sehingga menjadi salah satu pertimbangan bagi pemerintah untuk waspada.

Berdasarkan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), El Nino merupakan fenomena pemanasan Suhu Muka Laut (SML) di atas kondisi normalnya yang terjadi di Samudera Pasifik bagian tengah.

“El Nino menjadi salah satu faktor yang perlu kita pertimbangkan. Kita juga perlu melihat dari sisi siklus kenaikan produktivitas dari pertanian,” ujar Sri Mulyani.

Menurutnya, pemerintah harus waspada terhadap faktor musim mengingat Brasil dan Kanada telah mengalami kekeringan dan gagal panen pada tahun ini akibat hal tersebut.

“Ini mereka sudah mulai terkena siklus seperti itu pada akhir 2021 dan pertengahan 2022. Pertanyaannya apakah Indonesia akan terkena pada 2023?,” kata Sri Mulyani.

Meski demikian ia memastikan saat ini pemerintah terus melakukan berbagai langkah untuk menopang ketersediaan pangan termasuk melalui program ketahanan pangan.

“Tentu harusnya semoga bisa betul-betul dapat menghindarkan risiko dari uncontrollable seperti weather (cuaca),” kata Sri Mulyani.

 

antara

31
August

 

(voinews.id)Kota Guangzhou di Tiongkok memberlakukan pembatasan COVID-19 di sejumlah kawasan meskipun tambahan kasus lokal untuk Selasa dilaporkan hanya lima. Otoritas kota berpenduduk hampir 19 juta dan dekat dengan Hong Kong itu memerintahkan agar beberapa kawasan di sebuah distrik menutup tempat-tempat hiburan dalam ruangan dan makan di restoran hingga Sabtu.

Semua taman kanak-kanak dan sekolah tingkat dasar sampai menengah atas di distrik tersebut diminta untuk menangguhkan kelanjutan pembelajaran semester musim gugur dan sesi tatap muka yang sudah dimulai, menurut laporan media lokal, Rabu.

Jadwal perjalanan bus dan kereta bawah tanah juga dikurangi.

Di Shenzhen, sedikitnya empat distrik dengan total jumlah penduduk sekitar 9 juta telah menutup pusat-pusat hiburan dan budaya, serta menangguhkan atau mengurangi jam buka restoran selama beberapa hari.

Selain di kedua kota metropolitan di China selatan itu, pemerintah juga telah mengambil langkah untuk memperketat pembatasan pekan ini di kota-kota besar lain, yang berdampak pada aktivitas sehari-hari puluhan juta warga.

Shanghai akan memperketat batas maksimal jumlah orang yang boleh berkumpul dan hanya untuk kegiatan penting, kata seorang pejabat kota. Pusat perdagangan itu melaporkan tambahan dua kasus lokal untuk Selasa, salah satunya di permukiman. Pertemuan dan kegiatan besar yang mencakup perjalanan ke kota lain akan dikurangi pesertanya, ditunda atau dipindahkan secara daring jika memungkinkan, kata pejabat kesehatan Shanghai Wu Qianyu.

China masih menerapkan "nol COVID dinamis" meskipun harus mengorbankan ekonominya yang sudah melambat.

Kebijakan itu bertolak belakang dengan negara-negara lain yang secara bertahap telah melonggarkan pembatasan. Untuk menyeimbangkan kebutuhan ekonomi dengan upaya pengendalian COVID-19, pihak berwenang mengatakan pembatasan akan berlangsung hanya beberapa hari. Namun, beberapa kota lebih kecil telah memperpanjang pembatasan sebelumnya pada bulan ini. China melaporkan 1.675 kasus baru penularan lokal COVID-19 secara nasional untuk 30 Agustus, kata Komisi Kesehatan Nasional pada Rabu. Angka itu turun dari hari sebelumnya yang mencapai 1.717 kasus. Sebagian besar kasus ditemukan di wilayah Tibet dan provinsi Sichuan.

 

Sumber: Reuters

31
August

(voinews.id)Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan wabah cacar monyet di Eropa mungkin dilenyapkan, dengan bukti jumlah kasus yang melambat di beberapa negara. WHO menyoroti tanda menggembirakan dari penurunan kasus secara berkelanjutan di banyak negara Eropa termasuk Prancis, Jerman, Portugal, Spanyol, dan Inggris, serta perlambatan di beberapa bagian Amerika Serikat, meskipun kelangkaan persediaan vaksin.

"Kami percaya kita dapat menghilangkan penularan cacar monyet yang berkelanjutan dari manusia ke manusia di wilayah (Eropa)," kata Direktur Regional WHO untuk Eropa Hans Kluge, Selasa. "Untuk bergerak menuju eliminasi (wabah) kita perlu segera meningkatkan upaya kita," ujar Kluge, menambahkan.

Peluncuran vaksin cacar monyet Bavarian Nordic telah dipengaruhi oleh terbatasnya pasokan suntikan, yang juga disetujui untuk mencegah cacar, meskipun regulator mengambil langkah-langkah untuk memperbanyak stok yang ada.

Regulator AS, Uni Eropa, dan Inggris telah mendukung perubahan cara pemberian vaksin dengan menyuntikkan sejumlah kecil suntikan secara intradermal, yang meningkatkan lima kali lipat dosis yang dapat digunakan dari satu botol.

Petugas darurat senior dan manajer insiden cacar monyet di WHO Eropa Catherine Smallwood menyebut bahwa selain krisis pasokan vaksin, faktor signifikan di balik perlambatan kasus tampaknya deteksi dini, yang menyebabkan pasien mengisolasi diri lebih cepat, serta perubahan perilaku.

"Kami memiliki beberapa bukti anekdot yang cukup bagus bahwa orang---terutama pria yang berhubungan seks dengan pria yang berada dalam kelompok risiko tertentu---jauh lebih tahu tentang penyakit ini," kata dia. Sejak awal Mei, lebih dari 47.600 kasus cacar monyet telah dilaporkan di 90 negara di mana penyakit itu tidak endemik.

WHO menyatakan wabah itu sebagai darurat kesehatan global.

 

Sumber: Reuters

31
August

 

(voinews.id)Pesta kembang api berlangsung di Kabul pada Selasa (30/8) malam untuk menandai tahun pertama penarikan pasukan Amerika Serikat dari Afghanistan, yang disebut Taliban sebagai 'Hari Kebebasan'.

"Kembang api dengan berbagai warna indah akan ditampilkan untuk menandai Hari Kemenangan," kata juru bicara Taliban Zabihullah Mujahid sebelumnya pada Selasa.

Pesta kembang api itu diiringi dengan perayaan dengan tembakan ke udara dari banyak kawasan di Kabul, ibu kota Afghanistan. Taliban, yang merupakan pemerintah de facto Afghanistan, juga menyatakan Rabu sebagai hari libur nasional dalam rangka hari peringatan tersebut, kata kementerian ketenagakerjaan.

Penarikan tentara AS pada 2021 diselesaikan satu menit menjelang tengah malam waktu setempat pada 30 Agustus --ketika kendali Afghanistan direbut oleh Taliban. Sebelum itu, Taliban melancarkan gerilya selama 20 tahun terhadap pasukan internasional pimpinan AS, yang melakukan invasi ke Afghanistan pada 1 Oktober 2001 setelah serangan 11 September di New York.

Kepala Komando Pusat AS tahun lalu mengatakan "banyak kesedihan" terkait penarikan tersebut. Setelah gagal mengantisipasi bahwa Taliban akan merebut kemenangan begitu cepat, AS beserta negara-negara sekutunya sesama anggota NATO (Pakta Pertahanan Atlantik Utara) menarik pasukan mereka dengan tergesa-gesa.

AS menyelesaikan penarikan dari Afghanistan dengan menerbangkan para personel secara besar-besaran.

Penerbangan itu, yang berlangsung kacau, menewaskan 13 personel AS. Kekacauan itu juga membuat ribuan warga Afghanistan serta ratusan warga Amerika, yang berebut pergi untuk menyelamatkan diri dari kekuasaan Taliban, tertinggal. Beberapa dari mereka kemudian bisa berangkat, namun banyak lainnya masih berada di Afghanistan.

Taliban sedang berusaha membangun pemerintahan yang berfungsi penuh serta diakui oleh masyarakat internasional. Kelompok tersebut saat ini juga harus menghadapi perlawanan dari dalam, yang dipimpin oleh kelompok Afghanistan jaringan ISIS.

 

Sumber: Reuters