(voinews.id)Lanka berjuang untuk mengamankan pasokan bahan bakar segar, ketika negara berpenduduk 22 juta jiwa yang sedang dilanda krisis itu hanya memiliki 15.000 ton bensin dan solar untuk menjaga layanan penting tetap berjalan dalam beberapa hari mendatang.
"Kami memiliki sekitar 9.000 metrik ton solar dan 6.000 metrik ton bensin yang tersisa. Kami melakukan segala yang kami bisa untuk mendapatkan stok baru, tetapi kami tidak tahu kapan itu akan terjadi," kata Menteri Tenaga dan Energi Sri Lanka Kanchana Wijesekera kepada wartawan, Minggu.
Negara pulau itu sedang menghadapi krisis keuangan terburuk dalam tujuh dekade dengan cadangan devisa pada rekor terendah menyulitkan pembayaran komoditas impor penting termasuk bahan bakar, makanan, dan obat-obatan.
Menurut Wijesekera, negaranya kini berjuang menemukan pemasok karena banyak di antara mereka enggan menerima surat kredit (letter of credit) dari bank Sri Lanka.
Disebutkan ada lebih dari 700 juta dolar AS (sekitar Rp10,4 triliun) pembayaran yang telah jatuh tempo, sehingga sekarang pemasok menginginkan pembayaran di muka.
Dalam dua bulan terakhir, Sri Lanka sebagian besar menerima bahan bakar melalui jalur kredit India senilai 500 juta dolar AS (sekitar Rp7,4 triliun) yang habis pada pertengahan Juni.
Pengiriman bensin yang dijadwalkan Kamis lalu gagal tiba dan belum ada pengiriman baru yang dijadwalkan, kata Wijesekera.
Namun, Sri Lanka juga menerapkan kenaikan harga bahan bakar 12-22 persen pada Minggu dini hari. Kenaikan harga pada Mei mendorong inflasi ke angka 45,3 persen, atau tertinggi sejak 2015.
Orang-orang, yang sudah mengantre di luar stasiun pengisian bahan bakar, tidak mungkin mendapatkan bahan bakar karena pemerintah akan fokus pada pengeluaran sisa stok untuk transportasi umum, pembangkit listrik, dan layanan medis, kata Wijesekera.
Militer, yang telah dikerahkan di stasiun bahan bakar untuk memadamkan kerusuhan, sekarang akan mengeluarkan token kepada mereka yang menunggu, terkadang sampai berhari-hari. Sementara pelabuhan dan bandara akan diberikan jatah bahan bakar, ujar Wijesekera.
Secara terpisah, pemerintah pada Minggu meminta sekitar satu juta pegawai negeri untuk bekerja dari rumah hingga pemberitahuan lebih lanjut.
Delegasi utama dari Departemen Keuangan dan Luar Negeri AS tiba di Kolombo untuk kunjungan selama tiga hari pada Minggu untuk menilai situasi.
Sebuah tim dari Dana Moneter Internasional sudah berada di Sri Lanka untuk membicarakan kemungkinan paket bailout senilai 3 miliar dolar AS (sekitar Rp44,5 triliun).
Sumber: Reuters
(voinews.id)Presiden Amerika Serikat Joe Biden berterima kasih kepada Kanselir Jerman Olaf Scholz atas kepemimpinannya dalam menanggapi krisis Ukraina.
Keduanya bertemu untuk KTT G7 yang diselenggarakan di sebuah resor pegunungan Bavaria pada Minggu.
"Saya ingin memuji Anda karena melangkah seperti yang Anda lakukan ketika Anda menjadi Kanselir," kata Biden kepada Scholz
Biden mengatakan kepada Scholz bahwa kepemimpinannya sangat penting dalam menyusun tanggapan Eropa terhadap invasi Presiden Rusia Vladimir Putin ke Ukraina.
"Putin telah mengandalkannya sejak awal, bahwa entah bagaimana NATO dan G7 akan terpecah, tetapi kami belum melakukannya dan itu tidak akan terjadi," ujar Biden.
Scholz mendapat kecaman di dalam negeri karena diduga ragu-ragu mengenai jenis senjata apa yang harus dikirim negara terkaya Eropa itu kepada Kiev, selama berperang melawan pasukan Rusia di wilayah timur. Namun, Scholz selalu menolak kritik ini.
"Ini adalah pesan bagus bahwa kita semua berhasil tetap bersatu, yang jelas tidak pernah diharapkan Putin," kata Scholz.
Sumber: Reuters
(voinews.id)Presiden Joko Widodo dan Ibu Negara Iriana Joko Widodo tiba di Munich International Airport, Munich, Jerman, Minggu, sekitar pukul 18.40 Waktu Setempat, setelah menempuh penerbangan selama kurang lebih 13 jam menumpang pesawat Garuda Indonesia GIA-1.
Berdasarkan siaran pers yang diterima di Jakarta, Senin dini hari, saat tiba, Presiden Jokowi dan Ibu Negara disambut oleh Menteri Urusan Eropa dan Internasional, Negara Bagian Bavaria Melanie Huml, Duta Besar RI untuk Jerman Arif Havas Oegroseno beserta istri, dan Atase Pertahanan RI Kolonel Budi Wibowo beserta istri.
Tampak pula pasukan dengan menggunakan pakaian adat Bavaria, turut menyambut kedatangan Presiden Jokowi dan Ibu Negara.
Cuaca di Munich, yang merupakan ibu kota negara bagian Bavaria, Jerman, saat ini dilaporkan tengah musim panas dengan suhu 28 derajat Celcius.
Sesaat setelah tiba, Presiden dan Ibu Negara beserta rombongan menuju ke hotel tempat bermalam dengan menggunakan kendaraan mobil.
Setibanya di hotel, Presiden disambut Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, yang telah tiba lebih awal untuk mempersiapkan kunjungan Presiden di Jerman, serta para warga negara Indonesia yang tinggal di Jerman.
Presiden Jokowi diagendakan mengikuti Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G7 Senin hari ini, di Istana Elmau, Jerman.
Turut mendampingi Presiden Jokowi dan Ibu Iriana Jokowi dalam kunjungan kali ini yaitu Sekretaris Kabinet Pramono Anung.
antara
(voinews.id)Pakar Ekonomi Politik Internasional dari Universitas Gadjah Mada Riza Noer Arfani menilai kunjungan Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) ke Ukraina dan Rusia sangat strategis dan dapat meredam dampak rambatan dari konflik kedua negara tersebut.
"Kunjungan ini sangat strategis. Tapi ini hanya awal. Setelah pertemuan tersebut berhasil dan menghasilkan pernyataan bersama, harus ditindaklanjuti dengan langkah-langkah diplomatik lewat G20 sebagai saluran utamanya," kata Riza dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Minggu.
Riza menilai Jokowi tidak hanya berkunjung sebagai Kepala Negara, tetapi juga selaku tuan rumah dari G20 2022. Oleh karena itu, hal-hal yang menyangkut kepentingan perekonomian dan pemulihan dari dampak pandemi COVID-19 akan menjadi agenda utama.
Riza mengatakan bahwa upaya untuk pemulihan ekonomi yang merata di setiap negara sedianya tercermin dari tema Kepresidenan Indonesia di G20, yakni Recover Together, Recover Stronger. Untuk itu, ia menilai kunjungan Presiden Jokowi akan meredam dampak dari konflik yang terjadi antara Rusia dengan Ukraina.
Berdasarkan sejarahnya, G20 dibentuk pada saat krisis melanda dunia. Lebih dari dua dekade berdiri, forum ekonomi utama dunia ini telah berhasil mencari jalan keluar bagi dunia dari kondisi keterpurukan.
"Forum ini menjadi semacam katalis untuk negara-negara bisa keluar dari situasi guncangan," kata Riza.
antara