(voinews.id)Pesenam Rifda Irfanaluthfi tak menyangka dapat medali emas kembar bersama atlet Thailand pada cabang olahraga senam artistik nomor senam lantai putri SEA Games 2021 di Vietnam.
Rifda dan pesenam Thailand Sasiwimon Muchangpu sama-sama meraih nilai tertinggi 12.700 poin pada lomba yang berlangsung di Quan Ngua Gymnasium, Hanoi, Vietnam, Senin.
Begitu hasil pertandingan keluar di layar monitor, Rifda langsung menangis dipeluk pelatih, manajer, dan rekan-rekannya.
Beberapa kali, Rifda seperti termenung tak menyangka dengan hasil yang diraihnya, sembari bercakap dengan pelatihnya.
"Karena sebelumnya belum pernah dapat medali kembar. Ya, gimana ya rasanya," ujar gadis kelahiran Jakarta, 16 Oktober 1999 itu.
Pelatih senam artistik Eva Novalina T. Butar Butar sempat menanyakan kesamaan poin yang diraih Rifda dan pesenam Thailand kepada Technical Delegates.
"Untuk multieven ini kalau nilainya kembar tidak ada tie break, tidak perlu dipecah. Jadi, ada juara bersama, Indonesia dan Thailand," kata Eva.
Di podium, Rifda pun bareng Sasiwimon untuk pengalungan medali emas, sementara pesenam Vietnam Pham Nhu Phuong mendapatkan medali perunggu.
Medali emas kembar senam artistik tak hanya diraih Rifda dan Sasiwimon, tetapi juga pada nomor palang tunggal putra antara pesenam Filipina Carlos Edriel YP dan pesenam Vietnam Dinh Phuong Thanh dengan skor 13.867.
antara
(voinews.id)Pemerintah melalui Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) kini mulai menyalurkan minyak goreng curah seharga Rp14.000 per liter dengan jangkauan hingga 5.000 titik lokasi di Indonesia.
(voinews.id)Gedung Putih sedang mempersiapkan skenario--manakala Kongres menolak permintaan Presiden Biden untuk dana tambahan COVID--dengan meninjau kontrak lama adakah uang yang dapat "digunakan kembali," kata penasihat utama presiden urusan COVID, Kamis.
Amerika Serikat masih dalam pandemi dan terus menghadapi virus corona yang berkembang meskipun telah membuat kemajuan selama dua tahun terakhir, koordinator respons COVID-19 Gedung Putih Ashish Jha mengatakan kepada Reuters dalam sebuah wawancara.
"Kami memiliki 80 ribu lebih infeksi dalam sehari, ratusan orang masih meninggal setiap hari. Kami masih memiliki banyak tantangan," kata Jha ketika ditanya apakah pemerintah akan mencabut deklarasi darurat kesehatan masyarakat terkait virus tersebut.
"Pandemi terus berlanjut dan kami akan terus berupaya memerangi pandemi dan mengendalikannya dengan lebih baik," katanya.
Kongres meloloskan salah satu langkah stimulus ekonomi terbesar dalam sejarah Amerika, RUU bantuan COVID-19 senilai 1,9 triliun dolar ( Rp27,81 kuadriliun) tanpa suara Partai Republik, pada Maret 2021.
Tapi permintaan Gedung Putih tahun ini untuk miliaran dolar dana tambahan yang sangat dibutuhkan tak direstui di tengah ketidaksepakatan mengenai apakah dana itu diperlukan dan bagaimana membayarnya serta argumen Partai Republik bahwa tidak semua dana yang disetujui sebelumnya telah dihabiskan.
Jha mengatakan pemerintah Biden sedang mempelajari apa yang bisa dilakukan jika Kongres tidak menyediakan dana itu.
"Saat ini kami sedang membahas semua kontrak yang ada, semua komitmen, mencoba memikirkan di mana kami bisa mendapatkan kembali sejumlah uang. Tindakan minimal apa yang bisa kami lakukan?" Katanya.
"Kami ingin memastikan bahwa kami akan memiliki sejumlah uang untuk sedikitnya beberapa vaksin untuk orang yang mungkin dengan risiko tertinggi. Itu tidak ideal. Kami akan kehabisan uang untuk tes. Kami akan kehabisan uang untuk perawatan."
Pemerintahan Biden telah melihat model yang memproyeksikan sekitar 100 juta orang terkena COVID selama musim gugur dan musim dingin yang akan datang, dengan asumsi sumber daya terbatas, menurut seorang pejabat senior pemerintahan.
Jha mengatakan AS dan dunia rentan karena virus terus berevolusi dan semakin kebal yang berarti virus itu dapat menghindari atau lolos dari antibodi.
"Jika Anda terinfeksi pada Desember atau tahun lalu, tingkat perlindungan yang ditawarkan dari waktu ke waktu berkurang." Begitu juga dengan vaksinasi, katanya.
Jha, seorang dokter dan akademisi, menggantikan Jeff Zients sebagai koordinator COVID-19 Gedung Putih bulan lalu.
Masa jabatannya yang singkat telah ditandai oleh konflik dengan Kongres mengenai pendanaan dan datang pada saat pemerintah secara maksimal berusaha memulihkan keadaan normal yang diidamkan orang Amerika sambil bersiap menghadapi lonjakan dan beragam varian virus di masa depan.
Dengan sumber daya yang cukup, Jha mengatakan akan ada program vaksinasi lain di musim gugur, dengan menyediakan vaksin untuk semua orang Amerika.
“Harapan saya, dengan sumber daya, kita akan dapat memvaksin banyak orang Amerika yang memenuhi syarat,” katanya.
Sumber:Reuters
(voinews.id)Kementerian Urusan Kepresidenan Uni Emirat Arab (UEA) mengumumkan Presiden dan Penguasa Abu Dhabi, Sheikh Khalifa bin Zayed Al Nahyan meninggal dunia pada Jumat (13/5).
Kementerian Urusan Kepresidenan menyampaikan belasungkawa kepada rakyat UEA atas berpulangnya Yang Mulia Sheikh Khalifa bin Zayed Al Nahyan, presiden UEA. Semoga rakyat UEA diberikan ketabahan dan kesabaran, demikian menurut pernyataan dari Kementerian Urusan Kepresidenan Uni Emirat Arab (UEA).
Dikutip dari Kantor Berita Negara, Emirates News Agency, rakyat Uni Emirat Arab diminta menaikkan bendera setengah tiang selama empat puluh hari sebagai tanda berkabung. Pengibaran bendera setengah tiang itu dimulai pada Jumat (13/5).
Kementerian Urusan Kepresidenan juga mengumumkan bahwa pekerjaan akan ditangguhkan di semua kementerian, departemen, dan entitas federal, lokal dan swasta selama tiga hari.
Khalifa bin Zayed Al Nahyan menjabat sebagai Presiden UEA dan Penguasa Abu Dhabi sejak 3 November 2004.
Dia terpilih menggantikan ayahnya, Sheikh Zayed bin Sultan Al Nahyan, yang menjabat sebagai presiden pertama UEA sejak persatuan pada tahun 1971 hingga meninggal pada 2 November 2004.
Sumber : Emirates News Agency