Indonesia termasuk negara yang rawan bencana alam karena letak geografisnya yang berada diantara 3 lempeng utama dunia sehingga bencana alam gempa bumi, tsunami, serta bencana Hidrometeorologi, seperti banjir dan tanah longsor, sangat rawan terjadi. Bencana ini hampir setiap tahun terjadi dan berulang, juga karena sebagian besar wilayah indonesia masih terdapat pegunungan dan lereng curam. Bencana tanah longsor sendiri sering terjadi di Indonesia dengan skala kecil dan besar yang memberikan dampak dan resiko yang cukup besar, seperti kerusakan bangunan, kerusakan infrastruktur, memutus jalur transportasi dan menimbulkan korban jiwa yang tidak sedikit. Untuk meminimalisir dampak bencana longsor, upaya untuk pendeteksian lebih awal perlu dilakukan. Karenanya Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) mengembangkan teknologi untuk mendeteksi pergerakan tanah yang kemungkinan bisa menyebabkan longsor dan mencegah tanah longsor.
Peneliti Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI, Adrin Tohari dan Peneliti Pusat Penelitian Fisika LIPI, Suryadi berhasil mengembangkan teknologi Jaringan Sensor Nirkabel Untuk Pemantauan Tanah Longsor (Wireless Sensor Network for Landslide Monitoring/LIPI Wiseland) dan Teknologi Mitigasi Longsor Berbasis Drainase Siphon (The Greatest). Sensor nirkabel LIPI Wiseland terdiri atas empat elemen, yaitu ekstensometer, tiltmeter, sensor modul dan pengukur hujan. Selain itu, teknologi tersebut juga dilengkapi dengan gateway dan alarm serta web monitoring. LIPI Wiseland dapat mendeteksi pergerakan tanah, perbedaan kemiringan lereng dan tinggi muka air tanah untuk memperkirakan kemungkinan tanah longsor. LIPI Wiseland saat ini sudah dikembangkan hingga generasi ketiga dan telah diuji coba di beberapa lokasi, yaitu Pangalengan dan Jalan Tol Cipularang. Teknologi tersebut juga dapat digunakan untuk mendeteksi pergerakan jembatan dan telah diuji coba di Jembatan Cisomang, Tol Cipularang.
The Greatest adalah metode rekayasa drainase bawah permukaan tanah untuk menurunkan muka air tanah. Salah satu penyebab tanah longsor dalam adalah kenaikan muka air tanah yang biasanya terjadi pada musim penghujan. The Greatest menggunakan motode yang sama dengan pipa siphon atau pipa pindah, yaitu alat untuk memindahkan cairan dari wadah yang tidak dapat direbahkan. Contohnya memindahkan bensin dari tanki motor ke dalam jerigen. Prinsip kerja The Greatest adalah mengisap air tanah berdasarkan perbedaan ketinggian muka air tanah. Komponen yang diperlukan adalah sumur siphon, selang siphon dan unit pembasuh. The Greatest sudah diuji coba di laboratorium maupun di lapangan. Kesimpulannya menyatakan semakin banyak jumlah sumur siphon, semakin rendah muka air tanah dan semakin kecil luas zona rembesan maka akan semakin tinggi kestabilan lereng. Uji coba lapangan dilakukan di Lereng Cibitung, Pangalengan, yang berhasil menurunkan muka air tanah secara signifikan pada beberapa sumur siphon yang memiliki muka air tanah awal dangkal. Kini satu perusahaan swasta di bidang energi dan PT Kereta Api Indonesia sudah menyatakan minatnya menggunakan teknologi ini.
Lagu dangdut berjudul KECANDUAN KAMU yang dinyanyikan oleh NASSAR baru saja anda dengarkan. Diciptakan oleh AHDIBAL, lagu ini berkisah tentang mencintai seseorang dan merasa ketergantungan terhadap orang tersebut. Karena begitu tergantungnya, diumpamakan seperti kecanduan. Ia bahkan merasa tak sempurna tanpa kehadiran orang tersebut. Lagu ini menggunakan lirik-lirik yang diulang-ulang. Justru inilah yang menjadi gimmick atau racun dari lagu KECANDUAN KAMU, karena liriknya mudah diingat. Dirilis Desember 2014, lagu ini mengambil tema dance Arabic. Musiknya cukup berbeda dengan mengkolaborasikan musik Arabic dan EDM (Electronic Dance Music). Namun, musiknya tetap mengedepankan estetika, sehingga secara musikalitas tetap terjaga dengan baik. Sebelum kembali mengupas lagu-lagu NASSAR, mari dengarkan lagu berjudul SEPERTI MATI LAMPU berikut ini. Selamat Mendengarkan!
Penyanyi bernama asli Nassar Fahad Ahmad Sungkar ini sudah mencintai dunia tarik suara sejak kecil. Ia pun sering tampil dari panggung ke panggung dan mengikuti beberapa perlombaan sejak kecil. Nassar mulai dikenal di musik dangdut Indonesia setelah menjadi juara kedua dalam sebuah kompetisi musik dangdut tanah air di tahun 2004. Baru di tahun 2012, ia merilis single pertama berjudul Gejolak Asmara. Sukses dengan single pertamanya, ia kemudian merilis berbagai single lainnya. Salah satunya SEPERTI MATI LAMPU yang lagunya baru saja anda dengarkan. Diciptakan oleh Pasha Ungu, lagu ini bercerita tentang seseorang yang sangat mencintai kekasihnya. Karena diciptakan oleh pasha, vokalis group band pop Ungu, nuansa musik pop juga terasa di lagu ini. Dirilis tahun 2013, sama seperti lagu-lagu Nassar lainnya. Lagu ini pun diterima baik oleh pencinta musik dangdut tanah air. Mengakhiri pelangi nada dangdut kali ini, lagu berjudul GEJOLAK ASMARA dan MAHADAYA CINTA hadir ke ruang dengar anda.
Di zaman yang serba modern ini, masyarakat Indonesia masih melakukan berbagai macam tradisi yang sudah ada ratusan tahun lamanya. Ketika mendengar kata potong jari, mungkin terdengar mengerikan di telinga Anda. Namun ini adalah salah satu tradisi yang dimiliki oleh salah satu suku di Indonesia. Lebih tepatnya suku Dani di Papua. Suku Dani adalah sebuah suku yang mendiami satu wilayah di Lembah Baliem.
Suku ini dikenal sejak ratusan tahun lalu sebagai petani yang terampil dan telah menggunakan alat atau perkakas. Suku Dani bahkan merupakan suku pertama yang diketahui telah mengenal teknologi penggunaan kapak batu, pisau yang dibuat dari tulang binatang, bambu dan juga tombak yang dibuat menggunakan kayu galian yang terkenal sangat kuat dan berat.
Suku Dani memiliki tradisi yang menyedihkan ketika mereka kehilangan salah satu anggota keluarga atau orang terkasih mereka. Jari menjadi sasaran mereka untuk mengenang kepergian keluarga mereka. Kesedihan saat telah ditinggal pergi oleh orang yang cintai dan kehilangan salah satu anggota keluarga sangat perih. Lain halnya dengan masyarakat pegunungan tengah Papua yang melambangkan kesedihan lantaran kehilangan salah satu anggota keluarganya yang meninggal tidak hanya dengan menangis saja. Melainkan ada tradisi yang diwajibkan saat ada anggota keluarga atau kerabat dekat seperti; suami,istri, ayah, ibu, anak dan adik yang meninggal dunia. Tradisi yang diwajibkan adalah tradisi potong jari.
Bagi Suku Dani, jari bisa diartikan sebagai symbol kerukunan, kebersatuan dan kekuatan dalam diri manusia maupun sebuah keluarga. Kehilangan salah satu ruasnya saja, tangan kita tidak lagi berfungsi optimal. Itulah nilai filosofi dari tradisi ini. Zaman sekarang, tradisi ini sudah mulai ditinggalkan, tapi Anda masih bisa menjumpai sesepuh suku Dani yang jemarinya sudah tidak utuh lagi. Walaupun dalam penamaan jari yang ada ditangan manusia hanya menyebutkan satu perwakilan keluarga yaitu Ibu jari. Akan tetapi jika dicermati perbadaan setiap bentuk dan panjang memiliki sebuah kesatuan dan kekuatan kebersamaan untuk meringankan semua beban pekerjaan manusia.
Tradisi potong jari di Papua dilakukan dengan berbagai cara ada yang menggunakan benda tajam seperti pisau, kapak atau parang. Cara lainya yaitu mengikat jari dengan seutas tali sampai beberapa lama waktunya sehingga menyebabkan aliran darah terhenti dan pada saat aliran darah berhenti baru dilakukan pemotongan jari. Tradisi potong jari pada saat ini belom ada sumber yang mengatakan bahwa masih berlangsung tradisi potong jari, namun belum ada sumber juga yang menyebutkan tradisi ini telah punah dan tidak dilaksanakan lagi.
Bisa dikatakan ada namun jarang ditemui atau dilakukan dikarenakan mungkin karena pengaruh agama yang mulai berkembang di sekitar daerah pegunungan tengah Papua. Apapun tradisi yang dilakukan oleh masyarakat Indonesia, semua merupakan bagian dari perkembangan kehidupan tradisi masyarakat Indonesia. Baiklah pendengar, demikian informasi mengenai tradisi potong jari suku dani di Papua.
Pulau Buton adalah pulau yang terkenal dengan produksi aspalnya. Selain itu, di pulau ini juga terdapat beragam suku, salah satunya adalah Suku Cia-Cia, dengan jumlah penduduk sekitar 80 ribu jiwa. Suku ini cukup dikenal dengan keunikannya yang menggunakan aksara Hanggeul dalam kesehariannya. Tetapi selain itu, suku ini juga memiliki budaya yang tidak kalah unik, yaitu, Tari Cungka.
Tarian Cungka telah ada sejak sebelum datang agama di desa Wabula, salah satu desa yang ditinggali Suku Cia-Cia. Tarian ini pun punya makna tersendiri. Tarian cungka dibawa oleh manusia yang pertama kali menginjakkan kakinya di tanah Desa Wabula yang saat itu belum datang agama, baik Hindu maupun Islam. Kini, tarian ini dimainkan saat upacara pernikahan.
sebelum tarian Cungka dimulai, lagu tradisional Waironi dinyanyikan terlebih dahulu tanpa diiringi tarian dan gendang. Kemudian tarian Cungka dimulai oleh penari laki-laki, lalu dilanjutkan oleh penari perempuan. Tarian tersebut diiringi dengan alat musik tradisional seperti gong besar, gong kecil dan gendang.
Dalam sesi tarian ini, parabela atau ketua adat dan tokoh adat lainnya yang berjenis kelamin laki-laki menari tarian Cungka. Bagian tarian ini bermakna proses terjadinya manusia dari perjalanan roh manusia yang menjadi segumpal air. Setelah laki-laki, tarian cungka ini ditarikan oleh para perempuan atau istri dari parabela dan tokoh adat lainnya.
Tarian Cungka yang dibawakan oleh para perempuan ini bermakna perjalanan manusia dalam kandungan yakni dari air menjadi segumpal darah. Dalam upacara pernikahan masyarakat setempat, setelah Tarian Cungka akan dilanjutkan dengan Tarian Ngibi. Tarian ini ditarikan berpasang-pasangan dengan menggunakan selendang. Tarian ini bermakna kegembiraan, karena dari segumpal darah menjadi daging dan tulang.
Tarian tersebut kemudian ditutup oleh tarian dari kedua mempelai pengantin bersama keluarga. Tarian Kedua pengantin ini mempunyai arti proses yang menjadi insan manusia secara utuh. Karena punya makna yang sangat tinggi, tarian ini harus ditarikan oleh pengantin.