Wisata alam yang berada di Provinsi Jawa Timur seakan tidak pernah habis untuk dijelajahi. Hampir setiap waktu selalu ada destinasi wisata baru yang mulai naik daun. Terlebih di era teknologi canggih seperti saat ini. Jika ada destinasi wisata yang menarik, wisatawan akan berkunjung dan mengunggah hasil swafoto mereka ke sosial media. Salah satu destinasi wisata baru yang sedang naik daun di Jawa Timur yang sedang ramai diperbincangkan akhir-akhir ini adalah Coban Kembar Watu Ondo.
nama Coban Kembar Watu Ondo merujuk pada anak tangga yang tertata rapi menuju lokasi. Terdapat dua air terjun yang saling berhadapan di destinasi wisata ini. Kedua air terjun tersebut sama-sama indah. Air tersebut mengalir diantara belantara Taman Hutan Raya Raden Soeryo yang membuat tempat ini semakin eksotis. Air terjun di sisi kanan memiliki ketinggian 15 meter. Sedangkan di sisi kiri memiliki ketinggian 69 meter.
seiring dengan perkembangan zaman, wisatawan masa kini menginginkan spot untuk berswafoto yang dapat menunjukkan keindahan dari destinasi wisata yang mereka kunjungi. Sebab, setelah berfoto, mereka akan mengunggah dan membagikannya melalui sosial media mereka. Oleh karena itu, Coban Kembar Watu Ondo ini menyediakan spot terbaik untuk wisatawan agar dapat berswafoto dengan latar belakang yang eksotis. Spot untuk berswafoto ini berlatar belakang dua air terjun kembar. Menariknya lagi, tempatnya pun berbentuk hati yang terbuat dari tanaman. Terlbih lagi jika beruntung, dari tempat ini bisa melihat pelangi dan kupu-kupu cantik yang berterbangan.
Coban Kembar Watu Ondo atau yang juga disebut Coban Kembar ini berada di Dusun Sendi, Desa Pacet, Kecamatan Pacet, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur. Rute untuk menuju destinasi wisata ini bisa dilalui dengan kendaraan pribadi atau sewaan. Berangkat dari arah Malang dan Batu menuju ke wisata Selecta. Setelah itu, perjalanan berlanjut hingga wisata Cangar. Dari sana, ikuti petunjuk jalan menuju ke Pacet-Mojokerto. Jika sudah terlihat jembatan kembar, di sebelah kanan ada papan petunjuk menuju Coban Kembar Watu Ondo.
harga tiket masuk ke Coban Kembar Watu Ondo ini sangat terjangkau. Cukup membayar Rp 2.500 per orang atau Rp 8.000 beserta biaya parkir kendaraan. Demikian edisi Pesona Indonesia kali ini dengan topik Coban Kembar Watu Ondo. Besok kita akan berjumpa kembali pada edisi Pesona Indonesia berikutnya dengan topik menarik lainnya.
Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut-TNI AL akan kembali menggelar latihan berskala internasional Multilateral Naval Exercise Komodo-MNEX Komodo 2018. MNEX merupakan latihan noncombatan yang lebih menekankan pada latihan diplomasi angkatan laut antarnegara di wilayah perbatasan. Direncanakan latihan akan dilaksanakan pada tanggal 5 sampai 8 Mei 2018 di Lombok, yang dipusatkan di perairan Lembar, Lombok Barat. Diperkirakan empat ribu personel angkatan laut dari sejumlah negara ikut hadir dalam ajang tersebut.
Terkait hal tersebut, Komandan Gugus Tempur Laut Armada Timur-Armatim, Laksamana Pertama TNI Rachmad Jayadi mengatakan, sudah ada 14 negara yang menyatakan kesiapannya mengirimkan kapal dan pasukan angkatan laut untuk mengikuti kegiatan yang diselenggarakan untuk ketiga kalinya itu. Sebelumnya, MNEX dilangsungkan di Batam, Kepulauan Riau pada 2014 dan Padang, Sumatera Barat pada 2016.
Rachmad menjelaskan, MNEX bertujuan meningkatkan kerja sama diplomasi maritim antarnegara dalam memperkuat poros maritim dunia. MNEX Komodo 2018 juga dilaksanakan untuk mempromosikan Lombok sebagai destinasi wisata untuk mendukung pariwisata nasional. Terdapat beragam kegiatan dalam MNEX Komodo 2018 yang meliputi inspeksi kapal dan latihan bersama angkatan laut negara-negara peserta dalam menangani kejadian bencana di laut, dan juga penanganan tindak perompakan dan terorisme di laut.
Selain latihan militer, MNEX Komodo 2018 juga akan melakukan sejumlah kegiatan sosial seperti memperbaiki fasilitas publik yang meliputi perbaikan jalan desa, fasilitas ibadah, dan sarana MCK. Tak ketinggalan, sebuah kapal perang rumah sakit juga akan disediakan untuk melayani pengobatan gratis di Pelabuhan Carik, Lombok Utara.
MNEX Komodo 2018 juga akan menampilkan Marine Village, yaitu para Anak Buah Kapal-ABK kapal perang negara asing akan berinteraksi dengan masyarakat lokal di Lombok, untuk mengenal budaya masyarakat setempat. MNEX Komodo 2018, juga akan diramaikan dengan kegiatan hiburan seperti Culinary Program, para pasukan AL dari negara-negara berbeda akan memasak bersama menu lokal Ayam Taliwang. Ada juga kegiatan Fun Run dan Fun Bike yang melibatkan peserta dan masyarakat Lombok. Serta akan digelar Wonderful Orkestra Indonesia, yang menampilkan beragam musik tradisional nusantara.
Kepala Dinas Pariwisata NTB Lalu Muhammad Faozal mengatakan, kedatangan ribuan personel angkatan laut dari berbagai negara merupakan hal yang sangat baik bagi promosi wisata daerah. Dinas Pariwisata NTB, juga akan menyiapkan sejumlah destinasi wisata di Lombok Barat, Lombok Tengah, Lombok Utara, dan Kota Mataram, mulai dari Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Mandalika di Lombok Tengah, Pantai Senggigi di Lombok Barat, Gili-gili di Lombok Utara, dan situs-situs bersejarah di Kota Mataram.
Lagu yang berjudul "Jika Cinta Dia" oleh grup band Geisha. Lagu “Jika Cinta Dia” menceritakan tentang seseorang yang berusaha merelakan kekasihnya pergi, karena sang kekasih ternyata mencintai orang lain. Lagu bertema patah hati ini menjadi lagu andalan grup band Geisha di awal kemunculannya pada tahun 2009. Sebelum sukses dengan lagu “Jika Cinta Dia” pada tahun 2009, Geisha sudah terbentuk sejak tahun 2003. Berasal dari kota Pekanbaru, Riau, Geisha beranggotakan lima orang, yaitu Momo (vokal), Roby (gitar), Nard (bass), Dhan (keyboard), dan Aan (drum). Nama band ini sendiri menurut para personilnya memang diambil dari geisha, seniman penghibur tradisional yang ada di Jepang. Karenanya, band Geisha ingin menghibur para penggemar melalui karya-karyanya.
Setiap kali meluncurkan lagu baru, Geisha selalu mendapat sambutan dari penikmat musik Indonesia. Lagu mereka yang juga popular di Indonesia adalah "Lumpuhkan Ingatanku". demikianlah lagu“Lumpuhkan Ingatanku” oleh Geisha. Geisha sekali lagi mengusung tema sakit hati dalam lagu “Lumpuhkan Ingatanku”. Liriknya berkisah tentang seseorang yang telah disakiti oleh kekasihnya. Karena sang kekasih tidak mempertanggung jawabkan perbuatannya, akhirnya yang bisa dilakukan hanyalah berusaha untuk melupakan sang kekasih.
Hingga kini, Geisha sudah merilis empat album dan beberapa single. Hampir semua karya Geisha bertema cinta. Namun, ternyata tema cinta dalam lagu-lagu buatan Roby sang gitaris ini tidak melulu soal asmara. Menurut Momo sang vokalis, tema cinta yang disajikan oleh Geisha adalah cinta yang universal. Maka, cinta tersebut bisa berarti tentang hubungan kekasih ataupun hubungan keluarga. Mungkin, tema cinta yang fleksibel dan universal inilah yang membuat mudah menyukai karya-karya dari grup band Geisha.
menutup Pelangi Nada yang menghadirkan lagu-lagu dari grup band Geisha kali ini, dua buah lagu akan kami hadirkan untuk anda, yaitu "" dan "Seandainya Aku Punya Sayap".
Lampung merupakan sebuah provinsi paling selatan di pulau Sumatera. Berjarak 45 menit penerbangan dari Jakarta, Lampung mempunyai destinasi wisatanya lengkap, mulai wisata bahari, adventure, taman nasional, hingga wisata sejarah. Bagi anda yang suka akan wisata sejarah, lampung punya Taman Purbakala Pugung Raharjo yang wajib anda kunjungi. Taman purbakala berstatus cagar budaya itu menyimpan perjalanan waktu pada zaman prasejarah Hindu, Buddha, dan Islam. Lokasinya berada di desa Pugung Raharjo, Kecamatan Sekampung Udik, Kabupaten Lampung Timur. Berjarak sekitar 52 kilometer dari kota Bandar Lampung, Taman Purbakala ini bisa ditempuh selama 2 jam dengan transportasi darat.
Tiba di lokasi Taman Purbakala Pugung raharjo, anda bisa langsung masuk ke objek wisata, karena situs purbakala ini tidak memungut tiket masuk. Masuk ke situs seluas 6 hektar ini, anda akan langsung menikmati keasrian alam situs ini yang letaknya berada di tengah perkebunan jagung dan jauh dari pemukiman warga. Berkunjung kesini, anda bisa melihat sejumlah situs purbakala, misalnya benteng parit, enam situs punden berundak, situs Batu Mayat, dan Kolam Megalitik. Benteng parit berbentuk persegi yang memanjang mengitari seluruh areal situs purbakala. Benteng dan parit itu kini hanya tampak seperti gundukan besar, yang tertimbun tanah dan ditumbuhi rerumputan. Dahulu kala, benteng parit ini difungsikan sebagai tempat perlindungan dari gangguan binatang buas atau serangan musuh. Masuk lebih dalam lagi, anda bisa melihat beraneka punden berundak. Ukuran punden bervariasi serta ada yang berundak satu, dua, dan tiga. Diprediksi, punden itu merupakan peninggalan zaman Megalitik sekitar 2.500 tahun sebelum Masehi.
Pada zaman dulu, punden difungsikan sebagai tempat pemujaan kepada arwah nenek moyang, atau sebagai kuburan. Di kawasan situs tersebut terdapat pula kompleks Batu Mayat. Ada sejumlah batu tersusun tegak dan datar membentuk persegi panjang menyerupai kandang. Terdapat pula batu berbentuk kemaluan laki-laki (lingga), batu bergores, batu bertuliskan huruf T yang melambangkan kesuburan (wanita), dan meja batu. Kompleks Batu Mayat dahulu kala difungsikan sebagai upacara yang berkaitan dengan pemujaan dan kesuburan. Di kompleks situs juga ada Kolam Megalitik. Konon, lokasi ini merupakan tempat untuk mengambil air guna memenuhi kebutuhan hidup dan keperluan ritual. Masyarakat setempat percaya, air di kolam tersebut merupakan air bertuah. Mereka mengambil air dari kolam sebagai pembawa keberuntungan, obat atau obat awet muda.
Benda-benda Peninggalan di Taman Purbakala Pugung Raharjo pertama kali ditemukan pada 14 Agustus 1957 oleh warga lokal. Selang beberapa tahun sejak ditemukan, dilakukankan berbagai penelitian di kawasan situs tersebut. Pada tahun 1977/1978 hingga tahun 1983/1984 dilakukan pemugaran di situs Pugung Raharjo oleh Direktorat Jenderal Perlindungan dan Pembinaan Sejarah dan Purbakala. Kemudian situs ini dikembangkan menjadi objek wisata Taman Purbakala Pugung Raharjo. Hasil penelitian arkeologi menunjukkan, Taman Pugung Raharjo adalah situs yang sangat unik dan menarik. Benda-benda peninggalan di situs ini secara kronologi begitu sangat lengkap, mulai dari masa prasejarah, klasik (Hindu – Budha), hingga ke masa Islam. Punden, kompleks Batu Mayat, dan Kolam Megalitik merupakan peninggalan zaman prasejarah. Adapun peninggalan zaman Hindu dan Buddha yang ditemukan di sekitar Taman Purbakala Pugung Raharjo antara lain arca Budhisatwa, arca Tipe Polinesia, Prasasti Bungkuk, mata uang China, dan keramik. Sementara peninggalan dari zaman Islam dibuktikan dengan ditemukannya Prasasti Dalung yang bertuliskan huruf arab.