VOI PESONA INDONESIA Berwisata ke Magelang, Jawa Tengah, tak hanya Candi Borobudur yang bisa anda kunjungi. Kota ini punya banyak objek wisata menarik lainnya. Sebut saja salah satunya Dusun Butuh, Dusun tertinggi di Magelang. Lokasinya berada di lereng Gunung Sumbing. Desa wisata ini berada di ketinggian 1700an meter diatas permukaan laut. Uniknya, di dusun ini rumah-rumah berderetan persis berada di bawah Gunung Sumbing. Banyak orang menyangka pemandangan deretan rumah di lereng gunung ini seperti di Nepal.
Lokasi dusun ini berjarak kurang lebih 20 kilometer, sekitar setengah jam perjalanan dari Kota Magelang menggunakan sepeda motor. Jumlah penduduk Dusun Butuh sekitar 610 Kepala Keluarga dan 2.500 jiwa. Mayoritas warga bekerja sebagai petani. Mereka menanam berbagai sayuran mulai dari kentang, wortel, kol dan sayuran lainnya. Susunan rumah warga di Dusun Butuh cukup unik. Rumah dibangun beraturan, mengikuti kontur dari kaki Gunung Sumbing. Dulu, sebelum dibangun rumah, lahan itu merupakan ladang pertanian warga, sehingga bangunan rumahnya jadi mengikuti kontur lahan. Dari bawah, memanjang terus ke lereng paling atas.
Anda yang suka dengan pemandangan alam maupun tracking bisa berkunjung menuju dusun ini. Sambil tracking mengelilingi dusun, anda bisa berfoto dengan pemandangan deretan rumah di lereng gunung layaknya di Nepal. Anda juga bisa melihat hamparan tanaman sayuran, dan jika cuaca cerah anda bisa melihat Gunung Sumbing dari kejauhan. Selain itu, bagi yang hobi naik gunung, desa ini merupakan salah satu basecamp pendakian menuju Gunung Sumbing. Di depan basecamp ini, anda bisa melihat pemandangan dari kejauhan sambil mencicipi kuliner lokal setempat.
VOI PESONA INDONESIA Berwisata ke Banjarmasin, Kalimantan Selatan, jangan lupa mencicipi kuliner khas suku Banjar yang merupakan salah satu dari penduduk lokalnya. Suku Banjar punya beragam kuliner lokal yang lezat, seperti Soto Banjar, Sate Banjar dan Ketupat Kandangan. Untuk camilannya sendiri, suku Banjar punya kue Bingka yang begitu populer dan Gogodoh benyalam. Kali ini, kami akan mengajak anda mengenal camilan Gogodoh Benyalam.
dalam bahasa Banjar, Gogodoh berarti pisang. Kuliner ini memang berbahan dasar utama pisang. Dari tampilannya saja tampak irisan pisang bercampur kuah santan bertekstur kental. Selain terbuat dari pisang jenis menurun, gogodoh benyalam terbuat dari tepung terigu, gula pasir, telur ayam, santan kental, garam, vanili, pewarna makanan, dan daun pandan. Cara membuatnya cukup mudah. Kuah santan kental yang dicampur pewarna makanan, garam, vanili, dan gula pasir direbus hingga mendidih.Potongan pisang dilumuri tepung lalu celup ke dalam kuah santan yang sudah mendidih. Setelah itu baru dicampur telur dan diaduk-aduk. Setelah matang, gogodoh benyalam dibiarkan sampai dingin.
Saat penyajian agar tampilan kuliner ini tampak cantik, seringkali ditambahkan potongan kecil daun pandan diatas irisan pisang. Menikmati gogodoh benyalam paling cocok ketika masih hangat. Rasanya gurih dan kental. Kuliner ini sangat nikmat disantap sore hari bersama secangkir teh.Untuk menikmatinya, anda bisa datang ke warung-warung tradisional di Banjarmasin.
Pesona batuan berlubang dengan pantai yang memiliki keindahan alam yang unik ini wajib anda kunjungi saat memilih berlibur ke daerah selatan Sukabumi. Pantai Karang Hawu yang terletak di daerah Sukabumi propinsi Jawa Barat ini memiliki keindahan khas panorama alam yang unik dan eksotis. Pantai ini menjadi salah satu pantai yang terkenal di daerah Sukabumi dengan keindahan khas tebing yang menjorok ke laut. Selain itu pantai ini memiliki cerita mistis yang telah terkenal dan diakui oleh warga sekitar. Jika anda datang dan berlibur ke lokasi ini, anda akan disuguhkan pemandangan yang indah, berupa hamparan pasir yang lembut dengan warna kecoklatan, udara yang sejuk serta deburan ombak besar yang menghantam tebing semakin menambah pesona keindahan Pantai Karang Hawu.
Menurut cerita masyarakat sekitar, pantai ini diberi nama Karang Hawu karena terdapat lubang-lubang pada tebing atau batu karang sehingga akan tampak seperti tungku. “Hawu” yang dalam bahasa sunda berarti tungku. Karena itulah pantai ini dinamai dengan Karang Hawu. Selain itu, pantai ini juga terkenal dengan mitosnya yang konon katanya tebing yang menjorok ke laut itu merupakan singgah sana Nyai Roro Kidul sang Penguasa Laut Selatan. Konon masyarakat sekitar percaya bahwa pantai ini menjadi tempat favorit Sang Penguasa Laut Selatan. Panjang garis pantai ini mencapai 4 kilometer. Apabila anda berada pada puncak bukit, anda dapat menikmati pemandangan Pantai Karang Hawu dengan jelas. Panorama laut lepas hingga ombak besar yang menghantam batu karang menjadi pemandangan yang sangat indah disini. Anda juga dapat menyaksikan lubang-lubang yang terbentuk di pantai ini yang sekilas terlihat seperti tungku. Uniknya lagi di lokasi ini terdapat sebuah jembatan sederhana yang terbuat dari bambu, sehingga anda dapat berjalan melewati aliran air laut menuju ke bagian ujung karang yang satunya.
Berjalan-jalan menyusuri pantai dengan sesekali bermain dengan hantaman ombak. Atau bahkan duduk-duduk dengan santai sambil menikmati deburan ombak serta menikmati sinar matahari menjadi aktivitas yang menyenang di pantai ini. Walaupun terlihat jelas ombak di pantai ini cukup besar, namun anda jangan khawatir karena pada sisi yang berpasir ombak yang terbentuk akan semakin mengecil. Bagi anda yang suka berselancar tidak ada salahnya untuk mencobanya di lokasi ini. Kawasan ini juga menyediakan penyewaan surfing. Pantai ini terletak di Desa Cikakak Kecamatan Cisolok Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat dan dekat dengan kawasan wisata Pelabuhan Ratu kurang lebih sekitar 16 kilometer dari Pasar Ikan Pelabuhan Ratu. Akses untuk menuju lokasi ini cukuplah mudah karena anda dapat menggunakan kendaraan umum maupun pribadi. Menuju ke Karang Hawu, pertama tama anda harus menuju Kota Sukabumi kira kira sekitar 120 KM ke arah selatan dari kota Jakarta. Bagi anda yang menggunakan kendaraan umum, anda dapat naik bus atau angkutan umum dari Sukabumi ke Terminal Pelabuhan Ratu. Dari terminal Pelabuhan Ratu perjalan menuju Karang Hawi dibutuhkan kurang lebih 20 menit. Apabila anda menggunakan kendaraan pribadi, anda dapat menyesuaikan dengan rute kendaraan umum untuk menuju lokasi ini.
14 Agustus kemarin, Presiden Joko Widodo hadir di gedung Nusantara MPR/DPR/DPD RI untuk menghadiri sidang tahunan MPR RI. Dalam menghadiri persidangan tersebut, Presiden Jokowi mengenakan busana adat suku Sabu dari Nusa Tenggara Timur (NTT). Suku Sabu merupakan salah satu kelompok etnis masyarakat di Nusa Tenggara Timur (NTT). Suku Sabu adalah mereka yang mendiami Pulau Sawu dan Pulau Raijua di NTT.
baju adat Suku Sabu berbeda pada laki-laki dan perempuan. Untuk laki-laki, baju adat ini terdiri dari kemeja putih lengan panjang dengan selendang tenun yang diselempangkan di kedua bahu sehingga membentuk tanda silang. Atasan itu berpadu dengan bawahan berupa kain sarung tenun khas NTT. Sebagai pelengkap, kaum laki-laki Suku Sabu mengenakan aksesori ikat kepala berwarna keemasan, perhiasan berupa kalung, dan juga sabuk emas. Sementara baju adat Suku Sabu untuk perempuan yaitu kain tenun yang dililit dengan dua buah lilitan hingga berbentuk seperti sarung. Warna atau motif kain tenunnya akan senada dengan kain selempang yang dikenakan laki-laki.
dalam pidato kenegaraan-nya kali ini, Presiden Jokowi mengenakan kemeja hitam lengan panjang, agak berbeda dengan 'pakem' baju adat Suku Sabu pada umumnya. Tampak pula kain selempang dengan corak bunga berwarna emas 'melilit' tubuhnya. Lengkap dengan ikat kepala bercorak serupa. Pakaian adat untuk pria seperti yang dikenakan Presiden Jokowi biasanya dipakai oleh masyarakat dan ketua adat saat menghadiri acara adat.