VOI NEWS Banyak pihak yang menebak hubungan apa yang akan terjadi antara UEA dan Israel pasca dimediasi Amerika Serikat. Ternyata langkah tersebut diikuti dengan serangkaian pengumuman tentang kesepakatan dan kontrak bisnis antara perusahaan dari kedua negara. Yang mengundang perhatian adalah, sejumlah perusahaan UEA telah menandatangani kontrak dengan perusahaan dan bank Israel. Padahal mereka masuk dalam daftar hitam PBB karena mendukung pemukiman ilegal di Tepi Barat yang diduduki. Diketahui, di antara kontrak yang diumumkan oleh media UEA, salah satunya melibatkan Bank Leumi yang namanya ada dalam daftar hitam PBB. Menurut media resmi Emirat, bank Israel ini telah menandatangani perjanjian dengan tiga bank teratas UEA yaitu Abu Dhabi Islamic Bank (ADIB), First Abu Dhabi Bank, dan Emirates NBD. Bank Leumi adalah bank terbesar Israel (berdasarkan total aset pada tahun 2015) dengan kantor cabang di beberapa negara seperti Luksemburg, Amerika Serikat, Swiss, Inggris, dan Tiongkok. Walaupun sempat dinasionalisasi pada tahun 1981, sebagian besar saham bank ini kini berada di tangan swasta. Pemerintah Israel masih menjadi pemegang saham terbesar dengan 14,8% saham (pada Juni 2006).
Pada tahun 2016 dan 2018, Dewan HAM PBB menyetujui resolusi untuk menyusun daftar hitam perusahaan yang beroperasi di permukiman ilegal Israel di Tepi Barat. Pembangunan permukiman dan infrastruktur telah menyebabkan warga Palestina kehilangan kebebasan dalam bergerak serta beragama, termasuk mengakses pendidikan. Perdana Menteri Palestina, Mohammed Shtayyeh dalam sebuah postingan Arabnews megatakan, perusahaan-perusahaan ini meraup sumber daya alam wilayah Palestina, sehingga mengurangi populasi kekayaan alamnya. Untuk itu Mohammed Shtayyeh menuntut mereka agar segera menutup kantor pusat dan cabang mereka di dalam permukiman ilegal Israel. Menurut Mohammed Shtayyeh kehadiran perusahaan-perusahaan itu bertentangan dengan sikap dunia internasional dan resolusi PBB.
Dari Kerjasama dengan Leumi Bank yang masuk daftar hitam PBB, jelas terlihat baik UEA maupun Israel lebih mengedepankan kepentingan mereka tanpa mempedulikan pihak lain, termasuk PBB apalagi Palestina.
Wajar kalau kemudian hal ini menjadi sorotan sekaligus menimbulkan kekhawatiran. Apakah sikap tidak mau tahu terhadap keprihatinan dunia Internasional terkait masalah Palestina akan berlanjut? VOI
VOI WARNA WARNI Sinar matahari yang memancar sepanjang tahun di Indonesia membawa dampak positif. Namun di sisi lain, sinar matahari itu mengandung sinar UV-A dan UV-B. Tentu akan membawa dampak negatif bagi kulit manusia. Misalnya saja kulit terbakar, penuaan dini, bahkan penyakit yang berbahaya yakni kanker kulit. Kanker kulit menempati urutan ketiga terbanyak dari keseluruhan jenis kanker yang ada di Indonesia. Berdasarkan hasil survey Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007. Untuk itulah, 5 Teknik kimia mahasiswa Universitas Brawijaya (UB) Malang menciptakan sebuah tabir surya untuk melindungi kulit. Mereka memanfaatkan limbah buah alpukat, bahan alami sebagai kandungan utama tabir surya tersebut.
Alpukat dipilih karena saat ini di Indonesia memproduksi alpukat sebanyak 410.094 di tahun 2018. Namun, Umumnya, bagian dari alpukat yang dimanfaatkan adalah dagingnya saja, sedangkan bagian lainnya dibuang. Tentu hal ini akan menimbulkan limbah kulit dan biji alpukat yang banyak pula jika dilihat dari jumlah produksinya. Padahal, dalam biji dan kulit alpukat mengandung senyawa-senyawa metabolit sekunder, yaitu: tanin flavonoid minyak nabati Semua senyawa itu dapat dimanfaatkan sebagai chemical absorber karena dapat menyerap UVT. abir surya itu diberi nama IVERALM yang terbuat dari limbah biji dan kulit alpukat
Dijelaskan, IVERALM berbentuk cream berukuran 60 mL dan dijual seharga Rp 40.000 satu botolnya. Jika pembeli mengembalikan lima bekas botol produk, nanti akan ditukarkan dengan totebag dengan desain menarik. Disamping itu, Tim IVERALM berencana untuk bekerjasama dengan Pusat Daur Ulang (PDU) Malang untuk mendaur ulang botol yang dikembalikan tadi. Ke depan formula IVERALM akan semakin dikembangkan agar lebih maksimal dan menambah varian ukuran botol serta packagingnya. (VOI)
VOI PESONA INDONESIA Kepulauan Kei terletak di selatan jazirah Kepala Burung Irian Jaya, di sebelah barat Kepulauan Aru, dan di timur laut Kepulauan Tanimbar, provinsi Maluku. Kepulauan Kei terdiri atas dua pulau utama, Kei Kecil dan Kei Besar. Keduanya berada di Kabupaten Maluku Tenggara, dengan ibu kota Langgur. Maluku Tenggara memiliki 119 pulau. Dengan 119 pulau yang dimilikinya, kei layak menjadi destinasi wisata bagi anda pencinta wisata bahari. Untuk berwisata Kei, anda bisa naik pesawat udara dari kota Ambon menuju Bandara Internasional Karel Satusuituben di pulau Kei Kecil.Berwisata ke Kepulauan Kei, ada berbagai objek wisata yang bisa anda kunjungi. Salah satunya pantai Ngurbloat. Lokasinya di Desa Ngilngig, Kabupaten Maluku Tenggara.
Pantai Ngurbolat terletak di Desa gilngig, Kabupaten Maluku Tenggara. Ngur dalam bahasa Kei artinya pasir. Pantai ini letaknya bersebelahan, berjarak sekitar 18 kilometer dari Langgur, Ibu Kota Maluku Tenggara. Karena letaknya menghadap barat, pantai ini cocok menjadi tempat memburu matahari tenggelam.
Pantai ini membentang sejauh 3 kilometer, itulah kenapa pantai ini juga dikenal dengan nama Pantai Pasir Panjang. Pasirnya pun begitu halus dan lembut sebagaimana National Geographic menjulukinya sebagai: pantai dengan pasir paling lembut di Asia. Lautnya landai dan dangkal. Anda tak perlu takut berenang di sini, karena ombak sudah pecah pada jarak 100 meter dari daratan. Kalau surut, area yang dangkal itu berubah wujud menjadi padang pasir putih.
berada di pantai Ngurbolat Anda juga dapat mengamati dari jauh bagaimana nelayan setempat menebarkan jala mereka. Ini menjadi pemandangan yang menarik untuk diamati. Waktu terbaik untuk mengunjungi Pantai Ngurbloat adalah antara bulan April-Mei dan Oktober-Desember, karena selama bulan-bulan ombak yang relatif lebih tenang dan iklim yang menyenangkan.Beberapa penginapan berupa vila dan bungalo sederhana dengan tarif sekitar Rp 500 ribu semalam bisa ditemui di sepanjang pantai. (VOI)
VOI KOMENTAR Ditengah upaya Indonesia menekan laju penyebaran Covid-19, bencana banjir datang menerjang ibukota negara dan sejumlah wilayah di Sukabumi, Jawa Barat. Berdasarkan data dari Pusat Data dan Informasi Badan Penanggulangan Bencana Daerah DKI Jakarta, ada 63 wilayah tingkat rukun tetangga (RT) yang terendam banjir yang terjadi sejak Senin (21/9). Banyak warga terpaksa mengungsi.
Hujan yang mengguyur sejak Senin juga merendam tiga kecamatan di Sukabumi, Jawa Barat. Banjir di Sukabumi mengakibatkan dua orang meninggal dan 20 orang luka-luka serta 23 rumah terendam dan empat rumah hanyut.
Bulan September-Oktober merupakan periode peralihan musim atau pancaroba dari musim kemarau ke musim hujan. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika menyatakan, pada musim ini perlu diwaspadai potensi cuaca ekstrem, seperti hujan lebat dalam durasi singkat, yang dapat disertai angin kencang, angin puting beliung dan fenomena hujan es.
Musim hujan baru saja mulai, tetapi banjir sudah terjadi. Selama ini, biasanya banjir baru dirasakan oleh warga pada akhir tahun atau awal tahun baru atau bulan Januari-Februari.
Banjir kali ini begitu menyesakkan karena pada saat bersamaan, Indonesia masih sibuk berjuang untuk menekan laju penyebaran Covid-19. Mitigasi bencana banjir saat pandemi berbeda dengan saat kondisi normal. Mitigasi bencana banjir saat pandemic covid-19 akan lebih sulit dilakukan ketimbang saat kondisi normal. Kesulitannya terletak terutama pada tuntutan untuk melakukan protokol kesehatan. Protokol kesehatan tampak sulit diperhatikan pada saat masyarakat yang terdampak dari musibah banjir bergerak dan berkumpul di tempat pengungsian.
Masih banyak kesulitan lain dalam mitigasi bencana banjir ditengah pandemi Covid-19, antara lain menyediakan perangkat evakuasi lebih luas serta obat-obatan yang lebih banyak. Selain itu, prasyarat dan kebutuhannya tidak sama. Kebutuhan sumber daya saat evakuasi dan pengelolaan pengungsian akan lebih sulit.
Terkait mitigasi bencana banjir, daerah-daerah yang tergolong rawan banjir perlu segera menyiapkan dari sekarang lokasi pengungsian dua kali lipat dari kapasitas normal. Dengan kapasitas tempat pengungsian yang besar dari biasanya, maka masyarakat terdampak yang bergerak dan berkumpul di tempat pengungsian yang lebih luas dapat menerapkan protokol kesehatan untuk mencegah ancaman kluster baru Covid-19.
Untuk mengantisipasi dampak yang tidak diinginkan, pemerintah daerah dan pusat, termasuk semua stakeholders terkait harus bekerjasama dan melakukan koordinasi dengan baik.