Voice of Indonesia, dari Indonesia untuk Dunia. Edisi kali menghadirkan lagu keroncong berjudul “ Terkenang – Kenang. Lagu keroncong asli ini bercerita tentang seorang lelaki yang terpesona akan kecantikan seorang wanita. Wajah dan senyumannya selalu terbayang dan sulit dilupakan. Sang lelaki berharap suatu hari bisa bertemu dan diterima oleh wanita pujaan hatinya.
inilah lagu Keroncong “”Terkenang - kenang” dinyanyikan oleh Bram Aceh.
Kulonprogo merupakan salah satu kabupaten di provinsi Yogyakarta. Kabupaten ini menawarkan wisata alam seperti kebun teh, air terjun, dan pantai. Edisi pesona Indonesia kali ini, akan memperknalkan kepada Anda salah satu daya tarik wisata Kulonprogo dalam bentuk air terjun, yakni Air Terjun Kembang Soka. Dinamakan air terjun Kembang Soka, karena air terjun ini berasal dari mata air kembang soka, dimana dulunya terdapat pohon kembang sokayang, ukurannya cukup besar. Airnya selalu mengalir sepanjang tahun dan hingga kini masih digunakan warga setempat untuk kebutuhan hidup.
Air Terjun Kembang Soka berada di Desa Jatimulyo, Kecamatan Girimulyo, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta. Jarak tempuh dari pusat kota Yogyakarta adalah sekitar 32 kilometer. Waktu tempuhnya kurang-lebih satu jam. Kondisi jalannya menanjak dan berkelok, terutama di kawasan perbukitan. Tiba di lokasi parkir, Anda masih harus berjalan menuju air terunnya, karena berada di dasar lembah. Untuk masuk ke air terjun Kembang Soka, Anda harus membayar tiket Rp.6.000 per orang. Dari lahan parkir, Anda harus berjalan kaki menyusuri jalan setapak melewati hutan milik masyarakat setempat. Setelah sampai di ujung tebing, Anda bisa melihat indahnya air terjun Kembang Soka dari atas.
Air terjun Kembang Soka sebenarnya merupakan hasil dari pertemuan tiga sumber air, yaitu mata air Kembang Soka (Toyotombo) yang seperti saya sampaikan diatas pada akhirnya menjadi nama air terjun ini, mata air Tuk Jaran atau dapat diartikan sumber rezeki, dan juga mata air Kalimiri. Ketiga mata air ini menjelma menjadi aliran tiga air terjun kecil setinggi kurang lebih 5 meter, 15 meter dan 30 meter. Ketiganya kemudian bertemu pada satu aliran terbesar setinggi kurang lebih 40 meter. Berjalan menuju air terjun, perjalanan anda akan sampai di kolam pertama yang berasal dari tuk atau pancuran Jaran. Kolam ini menjadi yang pertama di Air Terjun Kembang Soka. Menuju ke arah dasar lembah, ada jalan berupa jembatan kayu yang melintas tepat di depan air terjun. Aliran air terjun yang pertama ini berasal dari Sungai Mudal di area atasnya.
Terus berjalan, selanjutnya akan dijumpai air terjun cukup besar yang merupakan terusan dari aliran sebelumnya. Air Terjun Kembang Soka ini alirannya mengalir ke sebuah kolam besar di bawah. Jembatan kayu pun berakhir di kolam itu. Selain cukup besar, sumber kolam ini ternyata tidak hanya berasal dari satu aliran air terjun. Terdapat air terjun lain di sisi barat kolam, yakni Kali (Sungai) Miri
di air terjun ini, ada beberapa kolam air. Air di kolam pun begitu segar dan sejuk karena berasal dari mata air di Perbukitan Menoreh. Begitu menceburkan diri ke dalam kolam, anda pasti ingin berlama-lama berenang dan berendam di kolam air terjun Kembang soka. Tiba di air terjun ini, jangan lupa juga mengabadikan keindahan dan keasrian air terjun kembang soka. Berwisata ke sini, anda tak perlu khawatir, Air Terjun Kembang soka sudah dilengkapi dengan lahan parkir, kamar mandi, dan rumah makan.
Prestasi membanggakan kembali ditorehkan oleh anak bangsa. Tepatnya 5 Januari 2020 kemarin, empat siswa SMK(Sekolah Menengah Kejuruan) NU Banat Kudus menjuarai ajang bergengsi Grand Prix Sakura Collection “Asia Students Awards 2020” di Atrium Jewel Changi Airport, Singapura. Prestasi siswa Indonesia tersebut dipersembahkan oleh Dania Pulungan (Juara 2), Najla Mufida (Juara 3), Salsabila Nizatin (Juara 4) dan Fira Aulia (Juara 5).
Salah satu juara dalam ajang Grand Prix Sakura Collection “Asia Students Awards 2020”, Dania Pulungan mengusung konsep “SHINOGIRI” yaitu kolaborasi ide dari “SHINOBI x ONIGIRI”. Shinobi merupakan nama lain dari ninja dan onigiri adalah salah satu jenis street food populer di kalangan masyarakat Jepang. Dania menyatakan, proses kreatif yang mengantarkannya menjadi juara dimulai sejak beberapa bulan lalu dengan mencari konsep desain yang tepat sesuai dengan tema kompetisi ini.
Akhirnya Ia mengambil ide “SHINOGIRI”, karena dua elemen tersebut mempunyai daya tarik warna monokromatik yang bersatu padu hingga dapat membuahkan look yang bersifat Urban dan Streetwear.
Lebih lanjut Dania menjelaskan bahwa, Warna Hitam pada Shinobi melambangkan gagah, tak terlihat dan menyelinap. Lalu untuk warna putih pada onigiri melambangkan arti bersih dan suci. Dua filosofi warna yang sangat menarik untuk dijadikan Urban Streetwear.
Keempat siswa SMK tersebut tak mudah untuk meraih gelar juara di ajang yang sudah diselenggarakan tujuh tahun berturut-turut ini. Di fase awal kompetisi yakni November 2019, para siswa SMK NU Banat Kudus harus mencari ide dan mengirimkan konsep desain mereka ke penyelenggara. Mereka harus bersaing dengan ribuan peserta dari berbagai sekolah fashion dari enam negara di Asia Tenggara. Hasilnya, SMK binaan Djarum Foundation ini sukses mengirimkan 7 siswa dari 10 finalis yang mewakili Indonesia untuk memperebutkan hadiah berkolaborasi dengan proyek Citizen Eco Bag dan pengalaman belajar di Esmod Japon, Tokyo.
Berwisata ke Sumbawa Besar, ibukota provinsi Nusa Tenggara Barat, ada Desa Wisata Datu Dulang yang bisa anda kunjungi. Desa yang berada di ketinggian 850 meter di atas pemukaan laut, dengan suhu berkisar 18 hingga 21 derajat celcius menawarkan suasana alami pedesaan dengan udara yang sejuk. Berkunjung ke Desa Wisata ini, anda bisa menyaksikan lanskap kota Sumbawa Besar, Pulau Moyo, dan Gunung Tambora. Desa Wisata Batu Dulang terletak sekitar 26 kilometer dari arah kota Sumbawa Besar ke selatan. Desa ini bisa dijangkau dalam waktu sekitar 45 menit.
Berkeliling di Desa Wisata Batu Dulang, anda bisa mendengarkan kicauan puluhan jenis burung di sepanjang jalan desa. Ada 25 jenis burung di Batu Dulang. Diantaranya punglor, sameong, pelatuk, kenenang kuning, burung kipas, dan burung Hantu. Di desa ini, anda bisa bergabung dengan aktivitas warga, yang memproduksi kopi arabika dan robusta dengan cara tradisional. Anda juga bisa menyinggahi galeri UMKM (Usaha Mikro, Kecil dan Menengah) setempat, berupa hasil hutan, seperti madu, kopi, minyak kemiri dan buah-buahan di antaranya manggis. Di Batu Dulang, tersedia paket wisata panen hingga pengemasan madu dan kopi bubuk, kunyit, serta buah kemiri menjadi minyak. Desa ini juga penghasil madu hutan yang berkualitas karena hutannya masih sangat baik sebagai sumber pakan lebah hutan. Desa Wisata Batu Dulang merupakan desa pertama yang menerapkan panen lestari madu hutan dan dengan teknik tiris madu tanpa peras tangan, dibawah pembinaan Jaringan Madu Hutan Sumbawa (JMHS) sejak 2008 lalu hingga sekarang.
Berwisata di Desa Batu Dulang, anda juga dapat menikmati kesejukan air terjun Tiu Dua. Dari Desa Batu Dulang, jarak lokasi Air Terjun Tiu Dua, sekitar tiga kilometer atau kurang lebih lima menit bersepeda motor lalu dilanjutkan jalan kaki 25 menit. Ketinggian air terjun itu sekitar delapan meter. Di atas air terjun tersebut terdapat dua kolam besar yang bisa digunakan untuk mandi. Di Desa Batu Dulang juga menyiapkan beberapa menara untuk swafoto, bagi anda yang suka berfoto. Di desa wisata ini tersedia empat homestay yang masing-masing memiliki tiga kamar. Tarifnya Rp75.000 semalam.