(voinews.)Balai Penelitian Pertanian Lahan Rawa (Balittra) pada Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan), Kementerian Pertanian berhasil melakukan uji inovasi teknologi guna memperpendek waktu tanam padi varietas lokal di Kalimantan Selatan (Kalsel) dari 8 bulan menjadi 4 bulan.
"Melalui pengaturan budidaya dengan menerapkan teknologi budidaya padi unggul (RAISA) terhadap varietas lokal diharapkan dapat mempercepat umur panen dan meningkatkan produksi padi varietas lokal," kata Kepala Balittra Agus Hasbianto di Banjarbaru, Minggu.
Adapun demplot inovasi teknologi tersebut berada di lokasi kegiatan optimasi lahan rawa di Desa Danda Jaya, Kecamatan Rantau Badauh, Kabupaten Barito
Kuala.
Lahan seluas 0,5 hektar menjadi area uji teknologi terhadap empat jenis padi lokal yaitu siam marley, setara, mayang dan madu.
Diungkapkan Agus, padi varietas lokal yang secara luas ditanam oleh petani di lahan rawa memiliki umur yang sangat panjang dari persemaian hingga panen, yakni 8 bulan. Petani umumnya memulai kegiatan menanam padinya pada Januari dan panen pada Agustus setiap tahun.
Dengan menerapkan teknologi yang dikenalkan peneliti Balittra, diharapkan petani dapat menanam padi dua kali dalam satu tahun dengan varietas lokal dan unggul.
Agus menyebut ternyata padi lokal memperlihatkan respons yang baik terhadap pemupukan.
Untuk itulah, diharapkan produksi tanaman juga meningkat dan akhirnya meningkatkan pendapatan petani.
Kemudian keuntungan lain yang diperoleh yaitu penyediaan benih yang bermutu dapat dilakukan secara partisipatif, sehingga memberikan peluang bagi petani sebagai penangkar dan menjaga kualitas dan ketersediaan benih bagi petani setempat.
Sementara Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Barito Kuala Murniati mengakui padi varietas lokal telah menjadi kearifan masyarakat dan petani Banjar.
Harga yang tinggi dan cita rasa yang disukai menjadi alasan kuat bertahannya padi lokal ditanam petani yang luasannya mencapai 70 persen di Barito Kuala.
"Maka dengan inovasi teknologi ini petani masih dapat terus menanam padi lokal sekaligus meningkatkan indeks pertanamannya dari 1,00 menjadi 2,00," ucapnya.
antara
(voinews.id)Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan mengutarakan harapannya agar peluncuran Biomedical and Genome Science lnitiative (BGS-I) akan turut mendorong terobosan Indonesia di bidang riset dan kesehatan.
Hal itu disampaikan Luhut saat menghadiri peluncuran Biomedical and Genome Science lnitiative (BGS-I) dan peresmian Fasilitas Sekuensing Genomik BGS-I di Gedung Eijkman Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dr.Cipto Mangunkusumo di Jakarta, Minggu.
Peluncuran BGS-I dihadiri oleh Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin; Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK) Muhadjir Effendy, Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Laksana Tri Handoko, dan sejumlah duta besar negara sahabat.
"Kami suka bergerak untuk melakukan 'frog jump'," kata Menko Marves dalam keterangan tertulis di Jakarta, Minggu.
BGSI merupakan bagian dari transformasi teknologi kesehatan untuk mendeteksi potensi penyakit di masa depan dengan mengandalkan teknologi pengumpulan informasi genetik atau genom dari manusia maupun patogen seperti virus dan bakteri yang disebut dengan 'whole genome sequencing' atau WGS.
Menurut Luhut, BGS-I bisa digunakan melihat banyaknya jumlah penduduk Indonesia yang mencapai 278 juta. Ia menyebut dibutuhkan inovasi dan terobosan serta kerja sama untuk membangun sumber daya manusia.
Dengan kehadiran BGS-I, lanjut Luhut, setidaknya ada tiga bidang atau lini yang bisa dikerjakan secara kolektif untuk kebaikan untuk Indonesia, yakni di bidang kesehatan, pertanian, dan hewan. Ia bahkan menyebut beberapa di antaranya sudah berjalan dan dikerjakan.
Melihat kondisi hari ini, Luhut juga menyadari betul bahwa adanya tekanan di global berupa kenaikan harga pangan dan harga energi. Dengan demikian, dibutuhkan terobosan maupun pengelolaan yang baik untuk menghadapi persoalan tersebut.
"Jadi sekali lagi, ini menurut saya terobosan pemerintah yang baik," imbuhnya.
Luhut juga membuka kesempatan berbagai negara dan pihak yang ingin menjalin kerja sama di bidang tersebut.
"Kami akan bekerja dengan negara mana pun, Bank Panin, Etana, banyak dukungan dari teman-teman di sini, karena Indonesia akan berkembang di banyak area. Kami bangga dengan Indonesia, kami akan melakukan apapun itu," ujarnya.
Luhut juga berharap dengan kehadiran BGS-I ini dapat mempercepat penciptaan sektor kesehatan yang mandiri di negara Indonesia.
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) meluncurkan Biomedical and Genome Science Initiative (BGS-I) yang merupakan inisiatif nasional pertama untuk mendeteksi potensi penyakit di masa depan.
"Teknologi ini sangat penting untuk kesehatan masyarakat ke depan. Melalui bioteknologi 'genome sequencing' ini, kemampuan untuk mengidentifikasi sumber penyakit dan mengobatinya akan sangat pasti dan personal," kata Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin.
Melalui BGS-I, kata Menkes, metode WGS akan dimanfaatkan untuk penelitian pengembangan pengobatan pada enam kategori penyakit utama lainnya, yaitu kanker, penyakit menular, penyakit otak dan neurodegeneratif, penyakit metabolik, gangguan genetik dan penuaan.
Dalam implementasinya, BGSi dilaksanakan di tujuh rumah sakit vertikal yaitu RSUPN RSCM, RS Pusat Otak Nasional (RS PON), RSPI Sulianto Saroso, RSUP Persahabatan, RS Kanker Dharmais, RSUP Sardjito hingga RS Prof I.G.N.G. Ngoerah.
antara
(voinews.id)
Rektor Institut Pertanian Bogor (IPB) Arief Satria menyatakan pihaknya siap memberikan totalitas jika telah resmi ditunjuk pemerintah terlibat dalam penelitian cacar monyet dan kian menyebar di sejumlah wilayah.
(voinews.id)Institut Pertanian Bogor (IPB) mengembangkan ayam pedaging dengan nama IPB D1 yang merupakan hasil persilangan antara ayam lokal dengan ayam pedaging luar negeri Parent Stock Cobb yang lebih kuat terhadap penyakit dan bisa dikembangkan di pedesaan untuk menyumbang ketahanan pangan dari sektor hewani.