(voinews.id) Inggris menyambut baik pernyataan penolakan Indonesia tentang referendum palsu Rusia dan pencaplokan secara ilegal wilayah kedaulatan Ukraina. Demikian pernyataan Kedutaan Besar Inggris di Jakarta yang dikutip Antara Selasa. Duta Besar Inggris untuk Indonesia dan Timor Leste Owen Jenkins dalam pernyataan tersebut mengatakan, Inggris memiliki pandangan yang sama dengan Indonesia bahwa semua negara harus menghormati kedaulatan dan integritas wilayah negara lain.
Sebelumnya. Pemerintah Indonesia melalui pernyataan Kementerian Luar Negeri RI menegaskan, Indonesia secara konsisten menjunjung tinggi dan menghormati prinsip-prinsip Piagam PBB. Prinsip-prinsip ini juga berlaku dalam kasus referendum empat wilayah di Ukraina. Pelaksanaan referendum tersebut melanggar prinsip-prinsip Piagam PBB dan hukum internasional. (antara)
(voinews.id)
(voinews.id)Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko mengatakan perluasan penanaman sorgum di Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB), sejalan dengan instruksi Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk memacu produksi dan hilirisasi komoditas tersebut.
"Pengembangan sorgum di Bima ini untuk memperkuat ketahanan pangan sesuai arahan Presiden," kata Moeldoko saat meninjau lahan untuk perluasan penanaman sorgum di Bima, dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Selasa.
Moeldoko mengatakan Kabupaten Bima memiliki lahan sangat luas dengan karakter tanah yang cocok untuk pengembangan budi daya tanaman sorgum.
Lokasi perluasan penanaman sorgum di Bima berada di Desa Sampungu, Kecamatan Soromandu, atau sekitar 80 kilometer dari pusat kota Bima, sementara lahan yang disiapkan itu seluas 200 hektare.
"Selama ini lahan hanya ditanami jagung pada musim hujan. Saat kemarau, lahan kurang dimanfaatkan dengan baik karena tandus dan kering. Dengan karakter lahan seperti itu, tanaman sorgum yang cocok," tambahnya.
Pengembangan budi daya sorgum di Bima itu juga untuk mengembangkan tanaman pengganti gandum dan membantu pencapaian ketahanan pangan nasional. Pada peta jalan pengembangan sorgum hingga 2024, lanjut Moeldoko, terdapat sasaran luas tanam seluas 40 ribu hektare yang tersebar di 17 provinsi dengan produksi sebesar 154.464 ton.
Pengembangan sorgum tersebut akan diintegrasikan dengan peternakan sapi, unggas, dan pengembangan bioetanol. Oleh karena itu, dia meminta jumlah off takeratau perusahaan yang bisa menghubungkan komoditas petani ke pasar harus diperbanyak.
"Minimnya off taker ini menyebabkan industri sorgum tidak bisa berkembang. Makanya budi daya sorgum tidak bertumbuh secara masif," katanya.
Dia juga meyakini jika persoalan ketersediaan off taker dapat diatasi, maka ekosistem sorgum akan berkembang.
"Industrinya jalan dan petani juga semangat menanam sorgum," katanya.
Saat ini, Pemerintah mempertimbangkan salah satu off taker yang merupakan industri pakan ternak dengan mengandalkan bahan baku 50 persen jagung dan 50 persen protein lain seperti sorgum.
"Kalau ekosistem ini sudah terbentuk, maka ketika dibutuhkan untuk alternatif pangan kita tinggal menggeser sorgum untuk pengganti beras" ujar Moeldoko.
Sementara itu, Bupati Bima Indah Dhamayanti Putri mengatakan pengembangan budi daya tanaman sorgum di Bima dapat meningkatkan kesejahteraan dan perekonomian masyarakat setempat. Namun, dia meminta program tersebut juga dibarengi dengan pembangunan sarana prasarana terutama pengairan lahan.
"Yang tidak kalah pentingnya adalah bagaimana meyakinkan petani bahwa program sorgum lebih bagus dari jagung atau paling tidak sama," kata Indah.
antara
(voinews.id)Perkumpulan warga negara Indonesia (WNI) yang tergabung dalam Asosiasi Indonesia Jenewa (AIJ) mengenakan kebaya dan berbatik meski di tengah musim gugur yang dingin, sebagai upaya promosi sekaligus merayakan Hari Batik Nasional pada 2 Oktober 2022.
"Meskipun jauh dari Tanah Air, warga Indonesia di Swiss memiliki kecintaan yang mendalam terhadap budaya dan Tanah Air, sehingga ajakan AIJ untuk berkumpul berkebaya dan berbatik disambut hangat dan antusias oleh teman-teman diaspora yang tinggal di Swiss khususnya Jenewa," kata Koordinator acara dari AIJ, Cessy Karina, melalui keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Selasa.
Ia menjelaskan ajang yang digelar di depan Gedung PBB di Jenewa, Minggu (2/10) itu, juga sebagai upaya mempromosikan kebaya agar diakui sebagai warisan kemanusiaan untuk budaya lisan dan tak benda di UNESCO.
Kegiatan itu juga didukung Perutusan Tetap Republik Indonesia (PTRI) Jenewa. Hal itu, lanjutnya, terlihat dari banyaknya para diplomat beserta ibu-ibu dari Darma Wanita Persatuan (DWP) yang ikut hadir.
Pada kesempatan itu Devi Iswara dari DWP PTRI mengungkapkan pihaknya sangat mengapresiasi gerakan "Kebaya Goes To UNESCO" oleh para diaspora Indonesia yang berada di Swiss.
"Kebaya adalah identitas wanita Indonesia dan merupakan warisan budaya yang harus kita lestarikan dan kita cintai. Semoga upaya kita semua membuahkan hasil yang baik, yaitu dapat diakuinya Kebaya sebagai warisan budaya tak benda dari Indonesia oleh UNESCO," katanya.
Tidak hanya dari Jenewa, masyarakat diaspora dari wilayah Swiss lainnya dan warga yang tinggal di perbatasan Swiss seperti Prancis juga ikut meramaikan ajang itu mulai dari foto bersama hingga peragaan busana kebaya secara spontan di bawah monumen kursi patah depan Gedung PBB tersebut.
Vemma Kiss-Borlase, salah satu pengunjung yang hadir menyebutkan "Senang bisa membaur dalam atmosfir positif memperkenalkan kebaya di Hari Batik kita. Bahkan dalam kesempatan acara lokal warga Swiss pun selalu mengapresiasi kebaya atau gaun batik kita katanya elegan. Jadi kita memang harus berbangga punya pakaian khas kita, yang seharusnya dipatenkan UNESCO."
"Mereka semua menyadari kebaya adalah identitas perempuan Indonesia. Dengan mengenakan kebaya, terpancar keanggunan, kelembutan tetapi tetap tangguh dalam menjalankan tugas," imbuh Christiana Streiff warga yang tinggal di Zurich yang khusus datang ke Jenewa untuk acara itu.
"Secara pribadi, saya sangat terkesan dengan antusiasme masyarakat Indonesia di Swiss Dan Prancis yang hadir pada peringatan Hari Batik Nasional. Di saat yang sama mereka juga mempromosikan kebaya ke UNESCO. Energi positif seperti ini sangat perlu dan penting untuk menjaga dan melestarikan warisan budaya Indonesia," kata Didik Siswantoyo, WNI yang juga dikenal sebagai ahli bela diri dan Youtuber.
antara