Akbar

Akbar

31
October

 

VOInews.id, Istanbul:Israel telah menyandera semua lembaga yang bertugas melindungi prinsip-prinsip internasional seperti perdamaian, hak asasi manusia, dan demokrasi, kata Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan pada Rabu (31/10). “Pemerintah Israel, yang dibutakan oleh ilusi Zionis, tidak hanya merebut Dewan Keamanan PBB tetapi juga semua lembaga yang bertugas melindungi perdamaian, hak asasi manusia, kebebasan pers, dan demokrasi,” ujar Erdogan dalam sebuah acara di ibu kota Ankara. "Genosida di Gaza telah menyingkap semua topeng dunia. Pengabaian hukum oleh Pemerintahan Israel sekali lagi mengingatkan kita bahwa nilai-nilai yang diklaim Barat telah dibelanya selama beberapa dekade ternyata tidak berarti apa-apa. Kita semua melihat bahwa apa yang mereka sebut peradaban hanyalah monster tanpa taring.”

 

“Saya harus mengungkapkan kebenaran berikut meskipun sangat menyakitkan: Dunia Islam kita, yang populasinya hampir dua miliar, sayangnya gagal dalam ujian di Gaza dan Lebanon. Kita tidak mampu mencegah 50.000 saudara-saudari kita dari terkoyak oleh mesin pembunuh rezim Zionis.” Erdogan mengutuk sikap diam global terhadap krisis Gaza, menyebutnya “memalukan” bagi kemanusiaan ketika warga sipil menghadapi serangan bom yang terus menerus dan kondisi yang memburuk di wilayah Palestina itu.

 

“Kita sedang menjalani hari-hari yang memalukan bagi kemanusiaan dan peradaban, di mana 50.000 orang tak bersalah, sebagian besar anak-anak dan perempuan, telah dibunuh secara brutal, dan dua juta orang dipenjara di sebidang tanah kecil yang terus dibom,” ujar Erdogan. Tidak ada langkah pencegahan yang diambil untuk menghentikan “musuh kemanusiaan, (Presiden Israel) Netanyahu,” tambahnya, menyebut situasi ini sebagai “kehancuran kemanusiaan.” Selain dari beberapa negara, tidak ada reaksi kuat dari dunia Islam mengenai Gaza, kata presiden Turki tersebut, menambahkan bahwa sikap diam ini akan “dicatat dalam sejarah.”

 

“Kita memiliki tanggung jawab terhadap saudara-saudari kita di Gaza yang dibakar hidup-hidup, menjadi martir oleh bom-bom para kriminal Zionis di tenda-tenda tempat mereka tinggal,” ujar Erdogan. Erdogan juga memperingatkan bahwa Israel akan membuat dua juta orang mengalami penderitaan “seperti di kamp Nazi” pada musim dingin ini, menyerukan tindakan untuk “mencegah kemanusiaan mencapai titik terendah.”

 

Tentara Israel terus melakukan serangan dahsyat terhadap Jalur Gaza sejak serangan lintas batas oleh Hamas Oktober lalu, meskipun ada resolusi Dewan Keamanan PBB yang menuntut gencatan senjata segera. Dalam lebih dari setahun, serangan Israel telah menewaskan lebih dari 43.000 orang, kebanyakan perempuan dan anak-anak, serta melukai lebih dari 101.000 orang, menurut otoritas kesehatan setempat. Serangan Israel telah menyebabkan hampir seluruh penduduk wilayah tersebut terlantar di tengah blokade yang sedang berlangsung, yang telah menyebabkan kekurangan parah makanan, air bersih, dan obat-obatan. Israel juga menghadapi kasus genosida di Pengadilan Internasional atas tindakannya di Gaza.

 

Sumber: Anadolu

31
October

 

VOInews.id, Tokyo:Perdana Menteri Jepang Shigeru Ishiba mengumumkan bahwa Dewan Keamanan Nasional negaranya akan mengadakan pertemuan terkait peluncuran rudal balistik oleh Korea Utara. "Hari ini, Korea Utara meluncurkan rudal balistik. Saya telah memberikan instruksi untuk menyampaikan informasi kepada masyarakat dan memastikan keselamatan. Hingga saat ini, tidak ada kerusakan yang tercatat. Setelah itu, saya akan menerima laporan rinci dan kami akan mengadakan sidang Dewan Keamanan Nasional," ujar Ishiba kepada wartawan.

 

Korea Utara menembakkan apa yang diyakini sebagai rudal balistik pada pukul 7:11 pagi (22:11 Rabu GMT), kemungkinan dengan lintasan tinggi, yang berarti diluncurkan pada sudut lebih vertikal untuk mengurangi jarak tempuh dengan meningkatkan ketinggiannya. Rudal Korea Utara tersebut jatuh pada pukul 8:37 pagi (23:37 GMT Rabu) di dekat Pulau Okushiri di Hokkaido, di luar zona ekonomi eksklusif Jepang, menurut Menteri Pertahanan Jepang Gen Nakatani kepada wartawan. Penerbangan rudal Korea Utara ini merupakan yang terlama dibandingkan peluncuran sebelumnya, dan kemungkinan tipe rudal yang berbeda telah digunakan, lapor NHK, mengutip Kementerian Pertahanan Jepang. Penerbangan rudal tersebut berlangsung selama 1 jam 26 menit.

 

Sumber: Sputnik-OANA

30
October

 

VOInews.id, Jenewa:Organisasi Migrasi Internasional (IOM) pada Selasa (29/10) melaporkan lebih dari 14 juta orang, termasuk pengungsi di dalam negeri (internal) dan yang melintasi perbatasan, terus bergerak ke tempat pengungsian akibat konflik di Sudan. Sebanyak 11 juta orang mengungsi di dalam negeri, sementara 3,1 juta orang lainnya telah melintasi perbatasan, kata Direktur Jenderal Amy Pope dalam jumpa pers di Jenewa. “Itu berarti ada lebih dari 14 juta orang yang sedang mengungsi saat ini,” ujarnya. Pope menambahkan bahwa sekitar 200.000 orang telah melarikan diri dari kampung halaman mereka sejak September.

 

Dia mencatat bahwa total 14 juta orang tersebut termasuk “orang-orang yang telah mengungsi sebelum” konflik yang dimulai pada April lalu antara militer dan Pasukan Dukungan Cepat (RSF). Juru bicara kantor hak asasi manusia PBB menyampaikan bahwa kepala kantor tersebut, Volker Turk, “sangat prihatin dengan meningkatnya permusuhan dan kekerasan di negara bagian Al-Jazirah, Sudan, yang semakin memperburuk risiko serangan terhadap warga sipil, kekerasan yang bermotif etnis, dan kejahatan kekejaman.” Sejak pembelotan Abu Aqla Keikel, seorang komandan RSF, ke tentara Sudan pada 20 Oktober, serangan RSF terhadap desa-desa di Al-Jazirah semakin meningkat, diduga sebagai balasan atas pembelotannya dan menargetkan anggota kelompok etnisnya, ujar Seif Magango. Magango mengatakan sedikitnya 124 orang dilaporkan tewas pada Jumat (25/10) dalam serangan pasukan darat RSF di desa Al-Seriha, dengan sejumlah video yang belum terkonfirmasi menunjukkan deretan puluhan jenazah siap dimakamkan.

 

Insiden ini mengikuti setidaknya dua serangan lain pasukan darat RSF di kota-kota terdekat yakni Tamboul dan Rufaa pada awal pekan ini, katanya. Laporan menunjukkan ratusan orang tewas di Tamboul di tengah penjarahan luas, sambil menambahkan bahwa setidaknya 25 kasus kekerasan seksual dilaporkan di beberapa desa di wilayah Sharq Al-Jazira, termasuk terhadap tiga tenaga medis dan seorang gadis berusia 11 tahun yang meninggal akibat insiden tersebut. Wanita dan anak perempuan juga dilaporkan telah diculik. Dia juga menyebutkan laporan bahwa RSF menahan dan memperlakukan warga sipil di desa-desa yang menjadi sasaran dengan tidak layak, serta menyita perangkat internet dan telepon di sekitar 30 desa, memutuskan saluran komunikasi vital, yang dia sebut “mengkhawatirkan.” Sembari menekankan bahwa ada laporan bahwa lahan pertanian dibakar, dia mengatakan: “Di saat lebih dari 25 juta warga Sudan menghadapi kerawanan pangan akut akibat konflik yang berlangsung, perusakan tanaman di wilayah yang dianggap sebagai lumbung pangan negara ini hanya akan memperparah situasi yang sudah sangat kritis.”

 

“Akibat kekerasan tersebut, ribuan keluarga dilaporkan mengungsi dari negara bagian Al-Jazirah ke negara-negara tetangga, Gedaref dan Kassala, menambah krisis pengungsian yang sudah parah di negara itu,” katanya. Kantor tersebut juga menyuarakan kekhawatiran atas meningkatnya seruan mobilisasi warga sipil di negara bagian Al-Jazirah dan laporan tentang ujaran kebencian yang beredar di media sosial. “Para pemimpin kedua belah pihak harus segera mengambil semua langkah untuk meredakan situasi,” desak juru bicara itu.

 

Sumber: Anadolu

30
October

 

VOInews.id, Jakarta:Kepala Badan Kesehatan Dunia (WHO) memperingatkan bahwa larangan Israel terhadap Badan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) akan menimbulkan "dampak yang menghancurkan" karena badan tersebut merupakan "penyelamat hidup yang tak tergantikan." "UNRWA merupakan penyelamat hidup yang tak tergantikan bagi rakyat Palestina. Dan mereka sudah beroperasi selama tujuh dekade terakhir," kata Tedros Adhanom Ghebreyesus di X pada Senin (28/10) malam. "Keputusan Parlemen Israel hari ini yang melarang UNRWA dari usahanya menyelamatkan nyawa dan melindungi kesehatan atas nama jutaan warga Palestina akan menimbulkan konsekuensi yang menghancurkan.

 

Ini tidak bisa ditoleransi," kata Tedros. Dia menekankan bahwa hal itu melanggar kewajiban dan tanggung jawab Israel, dan mengancam nyawa serta kesehatan semua orang yang bergantung pada UNRWA. Meski ada keberatan dari seluruh dunia, anggota parlemen Israel pada Senin mengesahkan rancangan undang-undang 92-10, yang melarang UNRWA bekerja di Israel dan wilayah pendudukan. Israel menuding karyawan UNRWA terlibat dalam serangan lintas batas yang dilakukan Hamas pada 7 Oktober 2023. Namun, UNRWA membantah tudingan tersebut. Sejak saat itu, Israel telah menewaskan lebih dari 43 ribu orang di Gaza dan menciptakan kondisi seperti kelaparan di seluruh wilayah yang diblokade.

 

Undang-undang tersebut, yang akan berlaku dalam tiga bulan mendatang, akan mengakhiri kontak antara UNRWA dan pejabat Israel, mencegah badan itu memberikan dukungan penyelamatan nyawa bagi warga Palestina di seluruh Gaza dan Tepi Barat yang diduduki. Badan itu didirikan oleh Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada Desember 1949 untuk melaksanakan program bantuan dan pekerjaan bagi para pengungsi Palestina. UNRWA mulai beroperasi pada 1 Mei 1950.

 

Sumber: Anadolu