Tanggal 21 Mei dikenang rakyat Indonesia sebagai hari bersejarah. 21 tahun lalu pada tanggal ini, kekuasaan Orde Baru berhasil ditumbangkan. Namun tanggal ini juga penting bagi Indonesia dan dunia. 21 Mei diperingati dunia sebagai Hari Keragaman Budaya, Dialog dan Pembangunan.
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menetapkan 21 Mei sebagai Hari Dunia untuk Keragaman Budaya, Dialog dan Pembangunan sejak 2002. Peringatan ini berawal saat Badan PBB untuk Pendidikan dan Kebudayaan UNESCO mengeluarkan Deklarasi Universal tentang Keragaman Budaya. Melalui Resolusi PBB Nomor 57/249, ditetapkanlah 21 Mei sebagai hari untuk merayakan keragaman di seluruh dunia.
PBB mencatat sebanyak 75 persen dari konflik besar yang terjadi di dunia saat ini berakar pada dimensi kultural. PBB pun mencanangkan dialog untuk menjembatani budaya demi menciptakan perdamaian. Tindakan sederhana yang disarankan PBB untuk merayakan keberagaman budaya antara lain mengunjungi pameran kebudayaan, mendengarkan musik dari kebudayaan berbeda, mengundang tetangga beda agama atau suku untuk makan bersama, atau menonton film yang berkisah seputar budaya berbeda.
Indonesia sendiri tercatat sebagai salah satu negara paling beragam di dunia. Badan Pusat Statistik menyebut ada 1.128 suku di Indonesia yang tersebar di lebih dari 17 ribu pulau.
Keragaman budaya sebenarnya adalah suatu aset yang besar bagi Indonesia yang bersifat dinamis, selalu berkembang. Sekecil apapun perubahannya, semua budaya di negeri ini berkembang. Karena berkembang secara bersamaan tak jarang muncul konflik antarkelompok budaya. Sebut saja konflik antara etnis Dayak dan Madura di Sampit, konflik antara kelompok Kristen dan Islam di Ambon, serta kerusuhan Mei 1998 yang berimbas pada etnis Tionghoa.
Namun sejarah juga mencatat keberhasilan bangsa Indonesia dalam mengatasi konflik berlatar belakang keragaman budaya. Bangsa ini berhasil dalam mengelola keberagaman budaya sedemikian rupa sehingga menjadi sumber kekayaan, bukan sumber perpecahan.
Hari ini, 20 Mei 1908 atau 111 tahun yang lalu, berdiri organisasi pemuda pertama di Indonesia yang bernama Boedi Oetomo. Organisasi yang digagas Dr. Wahidin Sudirohudo ini didirikan Dr. Soetomo dan para mahasiswa Sekolah Pendidikan Dokter Hindia-Belanda, STOVIA, saat Indonesia masih dijajah Belanda.
Boedi Oetomo adalah organisasi sosial, ekonomi, dan kebudayaan tetapi tidak bersifat politik. Namun berdirinya Boedi Oetomo menjadi awal gerakan yang bertujuan mencapai kemerdekaan Indonesia. Sehingga tanggal 20 Mei kemudian diperingati sebagai Hari Kebangkitan Nasional.
Tema Hari Kebangkitan Nasional tahun ini adalah Bangkit Untuk Bersatu. Tema tersebut sangat relevan dengan kondisi bangsa Indonesia saat ini pasca Pemilu April lalu. Ketika energi dan emosi sebagian besar bangsa Indonesia terkuras demi suksesnya pesta demokrasi atau Pemilu, ketika aspirasi bangsa Indonesia terpecah karena perbedaan pilihan, inilah saat yang tepat bagi bangsa Indonesia untuk kembali bangkit dan bersatu.
Masih melekat dalam ingatan bangsa Indonesia, di masa penjajahan Belanda, perjuangan bangsa Indonesia untuk merdeka masih bersifat kedaerahan. Masing-masing daerah di Indonesia berusaha lepas dari penjajahan. Namun, kemerdekaan yang diharapkan belum tercapai karena belum adanya persatuan di masyarakat Indonesia. Penjajah dengan mudahnya dapat menumpas perjuangan bangsa Indonesia pada masa itu. Sampai akhirnya berdirilah organisasi pemuda Boedi Oetomo pada 20 Mei 1908 dilanjutkan dengan Kongres Pemuda Kedua pada 28 Oktober 1928 yang menghasilkan Sumpah Pemuda yang menyuarakan tekad bangsa Indonesia untuk bersatu.
Kemerdekaan yang dicapai Indonesia 74 tahun yang lalu bermula dari bangkitnya rasa persatuan para pemuda dan pendiri bangsa. Kini saatnya bangsa Indonesia untuk bangkit kembali dari berbagai masalah yang mengarah ke perpecahan. Dan tetap bersatu demi kemajuan dan terlaksananya pembangunan di segala bidang.
Telah lebih satu abad bangsa Indonesia menorehkan catatan penghormatan dan penghargaan atas kemajemukan bangsa yang ditandai dengan berdirinya organisasi Boedi Oetomo. Dalam kondisi kemajemukan bahasa, suku, agama, kebudayaan, ditambah dengan bentang geografis yang merupakan salah satu yang paling ekstrem di dunia, bangsa Indonesia dapat membuktikan mampu menjaga persatuan sampai saat ini.
Bangsa Indonesia tentu tidak ingin para pendiri bangsa menangis karena persatuan yang sudah dirintis dengan susah payah sebelum kemerdekaan menjadi terkoyak karena perbedaan pilihan dalam Pemilu semata.
Sehari setelah serangan pesawat tanpa awak oleh pihak Houthi ke tujuh lokasi di Arab Saudi hari Rabu ( 15 Mei ), Koalisi pimpinan Arab Saudi melancarkan 11 serangan udara ke Sana, ibukota Yaman dan sekitarnya. Setelah kejadian itu, koalisi mengklaim sasaran seluruhnya adalah instalasi militer Houthi. Sebelum terjadinya penyerangan ke Arab Saudi, 2 kapal tanker Saudi dan 1 tanker Uni Emirat Arab mendapat serangan dari pihak tidak dikenal.Hingga hari ini, tidak ada yang mengklaim melakukan serangan ke ketiga kapal itu. Amerika Serikat menuding Iran, sementara Iran menuding Israel, sekutu Amerika Serikat.
Serangan Houthi membawa pesan bahwa kelompok militan ini sudah bisa melakukan serangan yang dapat mengganggu keamanan di negara sekitarnya. Dengan demikian, Houthi mendapatkan posisi tawar yang lebih tinggi jika kemudian maju dalam perundingan.
Dua kejadian ke sasaran di wilayah koalisi ini membuat Pemerintah Arab Saudi menggelar pertemuan yang dipimpin langsung oleh Raja Salman. Setelah pertemuan itu, muncul pernyataan bahwa tindakan terorisme dan sabotase tidak hanya menargetkan kerajaan, namun juga keamanan pasokan minyak dan perekonomian dunia.
Abu Dhabi, satu wilayah dalam Uni Emirat Arab, yang menjadi anggota koalisi Arab Saudi segera merespon ketegangan meningkat itu. Putra Mahkota Abu Dhabi, Mohammed bin Zayed al Nahyan menemui Presiden Mesir Abdel Fattah al-Sisi setelah peristiwa penyerangan itu. Menurut sumber di Mesir, Presiden Al-Sisi mendukung Saudi dan UAE.
Menjadi keprihatinan bersama jika ketegangan di kawasan Teluk semakin meningkat. Bukan hanya karena saling balas serangan namun juga karena meningkatnya ketegangan antara Amerika Serikat dan Iran. Jelas ketegangan kawasan ini dapat mengganggu lalu lintas ekspor minyak dan perekonomian kawasan. Sekarang, bagaimana semua pihak yang bertikai menurunkan ketegangan dan mencari solusi dengan tidak mengedepankan konfrontasi apalagi sampai pecah konflik bersenjata.
Hari Buku Nasional yang ditetapkan oleh menteri Pendidikan Abdul Malik Fajar pada 17 Mei 2002 diambil dari momentum tanggal peresmian Perpustakaan Nasional pada 17 Mei 1980. Meskipun perayaannya memang tak semeriah Hari Musik maupun Hari Film Nasional, namun sudah selayaknya Hari Buku dirayakan bagi para pembaca setia. Tujuan dari ditetapkannya Hari Buku Nasional adalah untuk meningkatkan minat dan kegemaran membaca masyarakat Indonesia. Selain itu, dengan adanya Hari Buku Nasional ini di harapkan dapat melestarikan budaya membaca buku serta meningkatkan penjualan buku.
Hari buku nasional memiliki visi dan misi yang sama dengan hari buku internasional yaitu merayakan budaya membaca agar kita bisa menambah wawasan, menambah pengetahuan, serta mengasah kreativitas, dan imajinasi. Hari Buku Sedunia dirayakan oleh UNESCO dan organisasi terkait lainnya setiap tahun pada tanggal 23 April . Tanggal tersebut dipilih oleh UNESCO untuk memberi penghormatan kepada tokoh-tokoh sastra besar termasuk William Shakespeare, Miguel Cervantes dan Inca Garcilaso de la Vega yang meninggal 23 April dan ditetapkan untuk pertama kalinya pada tahun 1995 di UNESCO General Conference, yang diadakan di Paris, untuk menghormati penulis dan buku di seluruh dunia. Tujuan diperingatinya Hari Buku Sedunia untuk mengenali ruang lingkup buku yang dipandang sebagai penghubung antara masa lalu dan masa depan dan jembatan antara budaya dan generasi.
Pepatah “buku adalah jendela dunia?”. Ungkapan itu benar adanya, karena jika menilik masa lalu, tokoh proklamator Moh. Hatta bahkan rela dipenjara asalkan bersama buku. Hal itu menunjukkan bahwa buku merupakan salah satu kebutuhan yang penting. Berbagai ilmu hanya akan didapatkan melalui buku. Buku juga menjadi bentuk ekspresi budaya yang hidup dari bahasa yang sudah dipilih. Setiap publikasi dibuat dalam bahasa yang berbeda dan ditujukan untuk pembaca yang sesuai dengan bahasanya tersebut.Hal ini dikatakan oleh Audrey Azoulay, Direktur Jenderal UNESCO pada Hari Buku Sedunia tahun ini.
Berdasar survey tahun 2005, minat baca masyarakat Indonesia rata-rata hanya 18.000 judul buku per tahun. Jumlah ini bukan tidak mungkin dapat ditingkatkan lebih banyak lagi. Buku dan membaca adalah kesatuan yang erat. Membeli buku berarti kita juga turut mendorong masyarakat untuk aktif menulis dan berlomba-lomba untuk menjadi penulis. Selain itu, perlu ada wadah apresiasi dan kreatifitas para penulis melalui lomba lomba mulai dari tingkat dasar hingga perguruan tinggi. Adanya lomba juga memberi sebuah alasan untuk penulis dan calon calon penulis handal untuk tetap berkarya.Wujud apresiasi kepada penulis adalah membeli buku dari penerbit asli bukan dari bajakan.
Selamat hari buku! Selamat membaca dan menambah wawasan dan selamat mengapresiasi karya penulis-penulis lokal!