Daniel

Daniel

19
April

Wakil Presiden RI Jusuf Kalla meyakini Indonesia akan semakin maju dan berkembang. Sebab memiliki sumber daya manusia dan potensi sumber daya alam yang luar biasa. Hal itu disampaikannya saat membuka gelaran Indonesia Industrial Summit 2019 di Indonesia Convention Exhibition (ICE) BSD, Tangerang Selatan, Banten Senin (15/4). Dalam sambutannya, Jusuf Kalla optimistis ekonomi Indonesia akan semakin maju melalui industrialisasi. Ia percaya Indonesia mampu menjadi 10 besar ekonomi dunia pada tahun 2030. Ini sesuai dengan peta jalan Making Indonesia 4.0 yang telah dirancang.

Menurut Jusuf Kalla, selama ini sektor industri manufaktur memberikan kontribusi besar terhadap produk domestik bruto (PDB) nasional. Dalam kurun empat tahun terakhir, rata-rata sumbangsihnya mencapai 21,30 persen. Artinya, industri tetap menjadi kontributor tertinggi dalam pendapatan nasional. Oleh karena itu, menurut Jusuf Kalla, sudah saatnya industri nasional perlu memanfaatkan teknologi yang berkembang saat ini dalam upaya meningkatkan produktivitas dan kualitas secara lebih efisien. Sebab, kemajuan teknologi telah mengubah segalanya, baik cara untuk berproduksi, berperilaku, hingga terhadap hubungan sosial.

Sementara itu, Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto mengatakan, industri manufaktur memegang peranan penting terhadap pertumbuhan ekonomi nasional dengan memberikan kontribusi kepada produk domestik bruto (PDB) nasional sebesar 20 persen. Dari capaian 20 persen tersebut, Indonesia menempati peringkat kelima di antara negara G20. Ini artinya industri Indonesia  tetap berkembang. Posisi Indonesia berada setelah Tiongkok, dengan sumbangsih industri manufakturnya mencapai 29,3 persen. Disusul Korea Selatan, 27,6 persen, Jepang 21 persen dan Jerman 20,7 persen.

Indonesia Industrial Summit 2019 digelar Kementerian Perindustrian selama dua hari, 15 dan 16 April 2019. Acara ini menjadi ajang bertemu para pemangku kepentingan untuk mengetahui perkembangan transformasi digital sektor industri manufaktur. Sekitar 5.000 peserta mulai dari pelaku industri, pengelola kawasan industri, pelaku Industri Kecil dan Menengah (IKM) dan start-up sektor industri, Duta Besar dan lainnya menghadiri acara tersebut. Forum ini juga menghadirkan para menteri tekait untuk membahas mengenai isu-isu dan kebijakan terkini seperti kebijakan insentif fiskal untuk inovasi teknologi dan investasi para perusahaan industri.

18
April

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan memberikan bantuan berupa tempat pengelolaan sampah kepada enam kota/kabupaten di sepanjang daerah aliran sungai Citarum di provinsi Jawa Barat. Secara simbolis, pemberian fasilitas pengelolaan sampah kepada Kabupaten Bandung, Kota Bandung, Kota Cimahi, Kabupaten Subang, Kabupaten Karawang, dan Kabupaten Bekasi tersebut dilakukan di Keluarahan Jelekong, Kecamatan Baleendah, Kabupaten Bandung, Senin lalu.

Die tempat tersebut Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya meresmikan penyediaan sarana dan prasarana pengelolaan sampah pusat daur ulang bekas tempat pembuangan akhir Cicabe. Pusat daur ulang Cicabe merupakan salah satu dari tiga pengelolaan sampah yang diresmikan menteri. Peresmian ditandai dengan penekanan tombol dan penandatanganan prasasti bersama Wali Kota Bandung Oded M Danial, Menteri LHK Siti Nurbaya, Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil, dan Bupati Kabupaten Bandung Dadang M. Nasser.

Dalam sambutannya Menteri Siti Nurbaya mengatakan, pemberian fasilitas pengelolaan sampah tersebut merupakan salah satu upaya pemerintah pusat menyelesaikan berbagai persoalan di sepanjang daerah aliran sungai Citarum. Dikatakannya, program Citarum Harum diberikan dalam rangka menyelesaikan masalah sampah, maka diberikan bantuan fasilitas pengelolaan.

Dia berharap, pola penyelesaian masalah sampah, yang menjadi salah satu penyebab sendimentasi Citarum, bisa ditiru oleh daerah lain. Pengelolaan sampah dengan cara daur ulang dinilai bisa menjadi solusi menyelesaikan pencemaran dan sendimentasi di sungai Citarum yang selalu menjadi penyebab banjir.

Sementara itu Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil berharap tidak ada lagi sampah yang dibuang langsung ke Citarum. Ridwan Kamil mengatakan, pengelolaan sampah bisa dilakukan dengan membentuk bank-bank sampah sampai ke titik desa/keluarahan, bahkan Rukun Warga. Namun, penyelesaian banjir dan sendimentasi Citarum melalui bank sampah harus didukung oleh masyarakat. Menurut Ridwan Kamil masyarakat harus mulai melakukan pemilahan.

Dikatakannya, edukasi kepada masyarakat dilakukan bukan hanya memberi pengetahuan proses pemilahan sampah, namun juga memberi peluang nilai ekonomi kepada masyarakat dari pilahan sampah yang bisa dijual ke bank-bank sampah. Bukannya hanya itu, pihaknya juga sedang menjajaki kerja sama dengan Pegadaian untuk bekerja sama supaya sampah yang dikelola bisa ditukar dengan emas.

17
April

Tanggal 17 April 2019,  menjadi hari yang bersejarah bagi bangsa Indonesia. Sebagai salah satu negara demokrasi terbesar di dunia, di hari ini Indonesia menyelenggarakan pemilihan umum.     Ada lebih dari 190 juta orang yang berhak mengikuti pemungutan suara. Pemilihan kali ini menjadi istimewa karena dilaksanakan secara serentak dalam satu waktu. Di dalam negeri, pemilihan presiden berikut wakil presiden, legislatif atau dewan perwakilan tingkat nasional dan daerah (DPR, DPRD) serta Dewan Perwakilan Daerah (DPD)  hanya dilakukan dalam 1 hari saja, 17 April 2019. Sedangkan bagi lebih dari 2 juta warga negara Indonesia di luar negeri sudah dilaksanakan terlebih dahulu. Antusias ditunjukkan para pemilih ini dengan mengantri di kantor perwakilan Indonesia di masing-masing negara.

Jika dibandingkan dengan pemilihan umum di India yang masih berlangsung saat ini, ada perbedaan sistem dan waktu. Pertama, India melaksanakan pemilihan umum untuk memilih anggota legislatif. Partai yang memenangkan mayoritas di parlemen akan memerintah, baik secara tunggal ataupun berkoalisi. Jadi tidak ada pemilihan presiden. Kedua, waktu yang disediakan untuk pemilihan sekitar 1 bulan, yaitu sampai bulan Mei mendatang.

Baik di Indonesia maupun India permasalahannya       adalah penyaluran peralatan pemilu, yang tersebar luas bahkan hingga daerah yang cukup terisolasi. Soalnya,  baik di Indonesia maupun di India, rakyatnya   tidak hanya hidup di kawasan perkotaan. Mayoritas  tinggal di pedesaan bahkan  di kawasan terpencilyang relatif sulit dijangkau.

Bukan hendak membahas perbedaan sistem keduan negara, tetapi esensi dari pemilihan umum baik di Indonesia maupun di India adalah penyaluran hak warga negara secara konstitusional. Memberi kesempatan kepada warga negara memilih Kandidat yang terbaik untuk penyelenggaraan negara.

Rakyat menentukan siapa kandidat yang mereka pilih dan  partai yang mereka dukung. Rakyat pula yangberhak menolak kandidat yang berkinerja buruk, atau partai yang mengabaikan harapan-harapan rakyat. Itulah sesungguhnya esensi dari demokrasi. Rakyat yang berkuasa meskipun mungkin hanya terlihat di hari pemilihan itu saja.

16
April

Badan Pusat Statistik (BPS) merilis nilai neraca perdagangan Indonesia pada Maret 2019 mengalami surplus 540 juta dolar AS, atau lebih tinggi dari posisi surplus Februari 2019 sebesar 330 juta dolar AS.  Kepala BPS Suhariyanto dalam konferensi pers di Gedung BPS Jakarta, Senin mengatakan  pada periode Januari-Maret 2019, neraca perdagangan Indonesia masih mengalami defisit 0,19 miliar dolar atau 190 juta dolar AS. Hal tersebut karena neraca perdagangan nonmigas masih mengalami surplus sedangkan neraca perdagangan migasnya masih defisit.

Kinerja ekspor Indonesia tidak terlepas dari situasi ekonomi global yang masih buruk. Susah-payahnya kinerja ekspor Indonesia terlihat dari neraca  perdagangan non-migas yang kinerjanya turun drastis dibanding tahun lalu. Pada kuartal I-tahun ini neraca non-migas hanya bisa mencatatkan surplus sebesar 1,15 miliar dolar Amerika. Capaian tersebut turun hingga 61,6 persen dibanding kuartal I-tahun lalu sebesar 2,99 miliar dolar Amerika.

Lagi-lagi harga komoditas menjadi penyebabnya. Pasalnya, volume ekspor batu bara, sepanjang kuartal I-tahun ini masih lebih tinggi dibanding kuartal I-tahun lalu. Akan tetapi karena harganya turun tajam, maka total nilai ekspor batu bara harus terkoreksi hingga 9,26 persen pada kuartal I-tahun ini. Padahal diketahui bahwa batu bara memiliki peran yang paling besar terhadap total ekspor Indonesia, yaitu 15,26 persen.

Penurunan harga di pasar global juga dialami oleh golongan barang Lemak & Minyak Hewan/Nabati yang didominasi oleh minyak sawit. Menurut Suhariyanto harga minyak sawit yang melemah hingga 15,2 persen menjadi penyebab hal tersebut. Nasib paling buruk dialami komoditas karet. Harga karet yang merosot tajam telah memaksa tiga negara penghasil karet, yaitu Indonesia, Malaysia dan Thailand untuk sepakat menurunkan produksi.

Surplus perdagangan pada bulan Maret dapat dikatakan sebuah prestasi, mengingat situasi perekonomian global masih tidak mudah. Banyak negara sasaran ekspor utama Indonesia yang mengalami pelemahan permintaah sedangkan harga komoditas masih fluktuatif. Pemerintah perlu mengintensifkan diversifikasi pasar. Kini saatnya mencari pasar baru, di luar negara sasaran ekspor utama.