ofra voi

ofra voi

27
March

Sebagai salah satu dari sepuluh destinasi prioritas, Labuan Bajo di Nusa Tenggara Timur (NTT) kini siap memberikan pengalaman baru bagi para wisatawan dalam bentuk _Nomadic Tourism_ di samping atraksi wisata komodo dan selam. Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya menyebut konsep nomadic tourism sebagai solusi sementara untuk selamanya.

Live a board yang telah berkembang lima hinga tujuh tahun terakhir di Labuan Bajo adalah contoh dari solusi sementara itu. Ini bisa jadi solusi amenitas dan juga akses bagi wisatawan nomad. Dulu kita mengenalnya sebagai wisata minat khusus, tapi seiring perkembangan zaman, tren ini menjelma menjadi wisata minat umum. Menurut Menpar, untuk membangun destinasi Labuan Bajo membutuhkan waktu sekitar 20-30 tahun, karena itu ia memutuskan menjalankan solusi sementara yaitu Nomadic Tourism.

pengembangan Nomadic Tourism di Labuan Bajo bisa dipercepat agar mendapat hasil yang lebih baik baik terutama dalam bidang amenitas. Untuk atraksi, Labuan Bajo sudah tidak perlu ditanyakan lagi, karena sudah terkenal dengan Pulau Komodo dan tempat menyelam terbaik dunia, sementara untuk amenitas konsep Nomadic Tourism bisa mempercepat pertumbuhan wisatawan.

Selain itu, sejumlah tempat glamping atau glamour camping terlihat mulai muncul di kawasan ini. Di antaranya di Pulau Saloka yang digarap oleh sebuah social enterprise bernama Pulau Bahagia Ekosistem. Terdapat juga CND Nomadic Huts yang dibangun oleh CND Dive Center yang dipimpin oleh Condo Subagyo, salah seorang nomad terpandang di dunia diving di Labuan Bajo. Untuk wisatawan yang ingin melakukan liburan glamor, mereka dapat mencoba mengarungi pantai-pantai indah dengan menggunakan kapal-kapal mewah seperti Sea Safari Cruise, Salila, Grace Alone, Maluku, Plataran Komodo, dan lain-lain. Berbagai kapal mewah ini dapat dengan mudah ditemukan di Kawasan Marina Pelabuhan Labuan Bajo.

27
March

Budaya Betawi ditampilkan dalam ajang Super Design Show. Acara ini digelar pada 21 Maret lalu, yang merupakan bagian dari rangkaian perhelatan desain terbesar di dunia, Milan Design Week 2019. Di Super Design Show tahun ini, budaya Betawi ditampilkan oleh Indonesian Contemporary Art & Design (ICAD). ICAD berkolaborasi dengan pemerintah provinsi DKI Jakarta, dengan mengusung tema Essential Jakarta. Ada 8 ikon Betawi yang diangkat, yaitu ondel-ondel, kembang kelapa, ornamen gigi balang, baju sadariah, kebaya kerancang, batik Betawi, kerak telor, dan bir pletok. Kemudian untuk kuliner, selama pameran pengunjung disuguhi gado-gado dan soto Betawi. 

Di pavilun seluas 200 m2, ikon-ikon tradisional Betawi modern ditampilkan disana. Kepala Seksi Promosi Luar Negeri, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI Jakarta, Sherly Yuliana mengatakan, event ini sebagai salah satu media promosi pariwisata Jakarta ke mancanegara. Milan Design Week merupakan perhelatan pameran seni kontemporer terbesar dan tertua di dunia. Diharapkan dari event ini, bisa meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara yang tahun ini ditargertkan sebanyak 2,9 juta orang.

 

Budaya Betawi dipilih karena memiliki banyak keunikan budaya dan tradisi turun temurun Secara biologis, masyarakat Betawi sebagai salah satu suku yang multikultur berasal dari kaum berdarah campuran aneka suku dan bangsa yang didatangkan oleh Belanda ke Batavia. Desainer dan seniman yang terpilih mengikuti acara ini diantaranya Aloysius Baskoro Junianto (desain produk), Ayang Kalake (fotografi) dan Danton Sihombing (desain grafis).

27
March

Lagu ciptaan Nahum Situmorang ini menceritakan ungkapan kecintaan pada Pulau Samosir sebagai kampung halaman yang akan selalu diingat. Di Pulau Samosir, ada banyak ikan, ternak, dan tanaman. Meskipun merantau, hati akan selalu rindu pada kampung halaman, yaitu Pulau Samosir. Beberapa sumber menyebutkan lagu “Pulo Samosir” sebagai salah satu lagu yang merepresentasikan jati diri orang Tapanuli . Maka, banyak musisi Tapanuli, maupun dari daerah lain menyanyikan lagu ini seperti Victor Hutabarat, Vicky Sianipar, Budi Doremi, dan masih banyak lagi.

Untuk mengetahui Pulau Samosir, kami hadirkan lagu “Pulo Samosir” yang dibawakan oleh Victor Hutabarat.

26
March

dalam penyelenggaraan Malang Beach Festival, ada lima pantai yang menjadi lokasi utama sekaligus ikon. Pantai-pantai tersebut adalah Pantai Sendang Biru, Pantai Ungapan, Pantai Nganteb, Pantai Wedi Awu, dan Pantai Modangan. Masing-masing pantai memiliki acara tersendiri dengan tanggal penyelenggaraan yang berbeda. Pantai Sendang Biru akan menjadi pembuka Malang Beach Festival pada 27 September 2019. Di pantai ini bakal diadakan upacara Petik Laut, yang merupakan tradisi tahunan para nelayan dan warga sekitar. Upacara yang rutin dihelat tiap  27 September ini merupakan wujud rasa syukur warga setempat kepada Tuhan Yang Maha Esa. 

pada 28 September 2019, gelaran Malang Beach festival dilanjutkan dengan Kirab Budaya yang diadakan di Pantai Ungapan. Sama seperti tahun-tahun sebelumnya, Kirab Budaya diadakan untuk merayakan hari jadi kabupaten Malang. Rangkaian acara kemudian berlanjut di Pantai Nganteb pada 12 Oktober 2019. Di pantai ini akan digelar dua acara, yakni Malang Beach Culinary dan Malang Beach Run. Kemudian di tanggal 2 November 2019 akan dipentaskan Malang Night Surfing di Pantai Wedi Awu, satu-satunya pantai dengan spot surfing di Jawa Timur. Gelaran Malang Beach Festival akan ditutup pada 23 hingga 25 November 2019 di  Pantai Modangan dengan pertunjukan paralayang.