Wakatobi merupakan salah satu kabupaten di provinsi Sulawesi Tenggara. Kabupaten ini merupakan salah satu tujuan wisata bahari di Sulawesi Tenggara, karena sebagian wilayahnya merupakan taman laut nasional dengan kekayaan dan keindahan bawah laut yang memukau. Selain berwisata bahari, wisata kuliner merupakan kegiatan yang wajib dilakukan ketika berkunjung kesini. Ada beragam kuliner lezat, khususnya kuliner laut yang bisa anda coba. Salah satunya kuliner Parende.
Daging kakap segar ditemani kuah kekuningan berbumbu rempah. Rasanya asam pedas. Itulah kuliner Parende, kuliner khas kota Wangi-Wangi, kabupaten Wakatobi. Selain ikan kakap merah, ikan kerapu juga sering digunakan sebagai bahan utama kuliner ini. Dipilihnya ikan kakap merah atau kerapu, karena ikan tersebut punya tekstur dagingnya yang lembut, juga rasa dagingnya yang sangat enak. Selain ikan laut, Bahan-bahan lain yang digunakan untuk membuat parende adalah tomat, belimbing wuluh, daun kemangi, asam jawa atau jeruk nipis, bawang merah, bawang putih, kunyit, dan daun serai.
ikan parende biasanya disuguhkan saat masih hangat. Kerika disajikan, aroma khas langsung tercium. Selain asam dan pedas, rasanya dominan gurih. Tekstur daging ikannya sangat lembut. Parende biasanya disajikan dengan tambahan nasi. Konon, menurut warga setempat, sajian ini cocok bagi mereka yang sedang flu dan kehilangan selera makan. Rempah-rempah pada sajiannya ampuh mengusir flu. Di Wakatobi, anda bisa menjumpai banyak rumah makan yang menjual ikan Parende. Harganya Rp. 15.000 hingga Rp. 20.000 per porsi.
Dalam edisi Warna Warni kali ini saya sajikan informasi mengenai Mahasiswa Universitas Indonesia Ciptakan Masker Anti Penularan TBC . Sebuah solusi untuk mencegah penularan penyakit TBC telah ditemukan empat sivitas akademika Fakultas Teknik Universitas Indonesia (FTUI). Caranya dengan memakai MASKIT atau Mask in Tech. Tak hanya TBC, masker ini juga dapat mencegah penularan penyakit lainnya melalui udara.
Selain masker dalam bentuk fisik, terobosan teknologi ini juga dapat dijumpai dalam bentuk aplikasi mobile bernama “MASKIT”. Di aplikasi, karya yang memenangkan medali emas di ‘’Indonesia International Invention Festival 2019’’ yang diadakan dari tanggal 22 sampai 25 April 2019 di Malang ini dapat memantau tingkat polusi dan tingkat penyakit menular di lingkungan sekitarnya.
Keempat inventor MASKIT adalah Yolla Miranda S.T (Lulusan Teknik Kimia FTUI); Eliza Habna S.T (Lulusan Teknik Kimia FTUI); Wahidin (Teknik Kimia); dan Wulan Silvia (Teknik Kimia). Perbedaan MASKIT dengan masker lainnya adalah MASKIT memiliki filter dengan teknologi karbon aktif dan nano silver yang dapat diganti selama maksimum 2 minggu sekali.
Masker ini telah teruji di laboratorium Universitas Indonesia dengan hasil efektif membunuh bakteri dan polusi lebih dari 90%. MASKIT pun sudah memiliki izin edar penjualan dan telah disertifikasi oleh Kementerian Kesehatan. Saat ini MASKIT sudah mampu menjual rutin rata-rata 2500 pieces per bulannya.
Salah satu tim inventor MASKIT, Yolla, menuturkan, TBC menyerang usia produktif dengan lama pengobatan selama 1 tahun. Banyak kasus pemecatan kerja terjadi akibat seseorang menderita TBC.
Berangkat dari permasalahan tersebut, kami menciptakan sebuah masker yang diharapkan menjadi solusi untuk mencegah penularan TBC dan diharapkan dapat menurunkan angka penyebaran TBC di Indonesia. MASKIT dirancang sesuai dengan masker pada umumnya namun memiliki kantong di bagian belakang masker yang ukurannya mengikuti ukuran filter.
MASKIT memiliki desain yang stylish dengan pilihan warna dan motif beragam, serta nyaman dan fleksibel bagi pengguna hijab. Diharapkan terobosan inovatif karya sivitas akademika Universitas Indonesia ini mampu menjadi solusi atas permasalahan yang dihadapi bangsa. Selain itu, dapat memotivasi mahasiswa lainnya untuk terus berkarya dan turut berkontribusi menjawab tantangan yang dihadapi dalam pembangunan masyarakat Indonesia dan dunia.
Bersantai di pinggir pantai dan menikmati matahari terbenam selalu menjadi pilihan yang sangat menenangkan ketika Anda berlibur. Terdengar biasa memang namun untuk daerah Pantai Tanjung Setia di wilayah Lampung Barat memiliki matahari terbenam yang sangat luar biasa. Untuk mencapai pantai yang indah tersebut, anda membutuhkan waktu 8 jam dari Bandara Radin Inten Dua Bandar Lampung melalui jalan darat. Kira kira berjarak sekitar 273 Km dari ibukota Bandar Lampung. Pantai Tanjung setia terletak di sepanjang Pantai Barat propinsi Lampung, lokasinya berada di dekat TamanNasional Bukit Barisan Selatan.
Meskipun tertutup dari lampu sorot, gelombang di Tanjung Setia disebut sebagai salah satu yang terbaik di dunia oleh peselancar dari seluruh dunia, dan setara dengan tempat surfing terkenal di dunia, Hawaii. Pantai Tanjung Setia terletak tepat di jalur arus besar Samudera Hindia dengan gelombang besar konstan. Sayang nya Pantai Tanjung Setia belum cukup populer untuk olahraga Surfing apalagi untuk perlombaan seperti halnya di Bali atau Lombok. Hanya para pecinta surfing individu dan beberapa kalangan saja yang mengetahui lokasi pantai tersebut memang cukup menarik bagi bagi peselancar.
Selama musim berselancar pada puncaknya yang berlangsung dari bulan Juni sampai Agustus, gelombang bisa mencapai enam dan bahkan tujuh meter dan peregangan selama 200 meter, menjadikannya tempat bermain utama untuk peselancar. Untuk mempopulerkan Pantai Tanjung Setia beberapa pihak melakukan usaha mengadakan lomba agar keindahannya dapat diketahui banyak pihak.
Keindahan Pantai tersebut kini sepertinya akan dikenal oleh para peselancar mancanegara dan dalam negeri dengan adanya penyelenggaraan tingkat Internasional. Karena Pantai ini telah menjadi tempat penyelenggaraan Kompetisi selancar Internasional akhir awal Mei 2019. Acara ini mampu menarik peselancar dari 23 negara. Semua peserta menyatakan dengan tegas bahwa Ombak yang Ada di pantai ini merupakan ombak yang sangat sempurna bagi peselancar professional.
Pantai berpasir putih lembut yang membentang dari pantai ke pantai dan pemandangan matahari terbenam menawarkan atraksi menarik, di samping gelombang yang menantang. Tepi Pantai Tanjung Setia juga dihiasi dengan pohon-pohon palem yang subur yang memberikan pemandangan yang indah dan suasana santai menunggu gelombang yang sempurna.Selain itu, jauh dari garis pantai dan ombak yang menggelora, lepas pantai Tanjung Setia menantikan para penggemar olahraga memancing untuk dapat mengail ikan yang cukup berlimpah. Dari semua berbagai koleksi ikan di lepas pantai, ikan raksasa Blue Marlin yang legendaris adalah primadona tangkapan di perairan tersebut. Masyarakat lokal mengenalnya sebagai Iwa Tuhuk, Blue Marlins ini dapat memiliki berat kira-kira antara 50 sampai 70 kilogram dan panjang sampai 170 cm.
Bulan Ramadhan segera tiba. Beragam tradisi unik digelar oleh masyarakat Indonesia untuk menyambut Bulan suci ini. Salah satunya Tradisi Suro’ Baca. Menjelang bulan Ramadhan, masyarakat suku Bugis dan Makasar menggelar Tradisi Suro’Baca atau membaca doa bersama di depan aneka menu khas suku tersebut sebelum bersantap bersama. Tradisi turun-temurun ini umumnya dilakukan sehari sebelum hari pertama Ramadhan. Selain untuk menyambut bulan Ramadhan, tradisi ini juga digelar untuk memupuk kebesamaan dan silaturrahim.
pada saat acara Tradisi Suro’ Baca anggota keluarga berkumpul di rumah keluarga inti atau yang dituakan. Sebelumnya, biasanya pihak keluarga yang sudah berumah tangga mengumpulkan dana ke pihak yang dituakan atau dipercaya melaksanakan tradisi itu. Uang suka rela dikumpulkan sesuai dengan kemampuan ekonominya. Diperbolehkan juga bagi siapapun yang ingin menyumbangkan hasil ternak dan kebun secara sukarela atau dikenal dengan nama “bilang ulu”. Sehari sebelum Suro’ Baca biasanya para perempuan sibuk menyiapkan makanan yang akan disajikan pada tradisi tersebut. Ada kuliner dari ayam kampung, ikan bandeng, dan lawa, semacam sayuran dari pisang batu. Tak ketinggalan "paria kambu" atau masakan pare yang sudah dibuang bagian tengahnya, kemudian diisi dengan daging ikan yang sudah dihaluskan yang sudah diberi bumbu.
pada saat tradisi Suro’ Baca, Masyarakat Bugis dan Makasar berdo’a yang ditujukan kepada almarhum dan almarhumah keluarga yang sudah meninggal, juga memohon kepada Allah SWT agar yang masih hidup diberi kesehatan, rezeki dan umur panjang. Selain itu juga bersyukur, karena masih bisa berkumpul sebelum Ramadhan tiba.
Selepas berdoa, makanan yang sudah dipersiapkan kemudian disantap bersama-sama. Lalu seluruh masyarakat yang hadir saling meminta maaf sebelum memasuki bulan suci Ramadhan. Sedang menu yang masih ada, disisihkan untuk dibagikan ke tetangga. Selain memupuk silaturrahim, tradisi ini juga mengajarkan untuk berbagi dengan orang-orang di sekitar.