Hari ini akan memperkenalkan Rumah Adat Besemah di Sumatera Selatan. pulau-pulau di Indonesia sudah sejak lama ditinggali oleh masyarakat adat dari berbagai suku bangsa. Sehingga tidak heran jika Indonesia memiliki beragam aksara, bahasa, pakaian tradisional, hingga rumah adat.
Di antara beragamnya kebudayaan itu, rumah adat merupakan tolak ukur terdepan yang menggambarkan kebudayaan suatu suku bangsa. Rumah adat Besemah yang dikenal juga sebagai Rumah Baghi, merupakan rumah adat yang sudah digunakan sejak beratus tahun lampau oleh nenek moyang masyarakat Besemah, Pagaralam.
tipe rumah ini terbagi atas dua, yaitu tatahan dan ghilapan. Yang dimaksud dengan tatahan adalah bagian-bagian rumah, terutama dinding ditatah atau diukir. Sedangkan ghilapan berdinding polos. Baik rumah tatahan maupun ghilapan berukuran sama, yaitu 8 x 8 meter.
Bagian dalam Rumah adat ini hanya terdiri dari 1 ruangan luas tanpa sekat. Namun, sebagian rumah sesuai perkembangan zaman, mulai dibuatkan sekat untuk kamar. Sedangkan bagian dapur yang disebut pawun, dibangun terpisah.
konstruksi rumah baghi sangat unik. Untuk menyatukan bagian-bagian rumah, tidak dipergunakan paku. Kalaupun ada bagian yang perlu diikat, digunakan rotan sebagai penguatnya. Demikian pula bagian tiang, yang tidak ditanam ke dalam tanah.
Tiang-tiang ini berdiri dengan alas batu. Pada konstruksi lama, digunakan tiga batu per tiang dengan posisi segitiga. Sepanjang sejarahnya di Pagaralam, yang dekat dengan Gunung Dempo, rumah baghi tidak pernah rubuh atau rusak kendati daerah itu sering dilanda gempa bumi.
Borobudur adalah candi atau kuil Budha terbesar di dunia. Sebagai salah satu ikon budaya Indonesia, kemegahan candi Borobudur menjadi tema “Jawa Tengah (Jateng Fair) 2019”. Kegiatan yang telah menjadi agenda tahunan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah ini akan digelar pada 28 Juni hingga 14 Juli 2019.
Direktur PT Pusat Rekreasi Promosi Pembangunan (PRPP) Jateng Titah Listiorini di Semarang, Kamis (16 Mei 2019) mengatakan tema Jateng Fair 2019 adalah Borobudur yang mulia dan agung atau 'Glorious Borobudur'. Menurutnya hal itu karena Candi Borobudur merupakan aset Jawa Tengah yang telah mendunia. Karena itu pihaknya bekerjasama dengan pihak pengelola Candi Borobudur, Prambanan, Ratu Boko, yang pada tahun ini akan mencanangkan Borobudur sebagai tempat spiritual dan cagar budaya, bukan hanya tempat wisata.
Dia menjelaskan pihaknya akan membuat dekorasi bernuansa Candi Borobudur selama 17 hari pelaksanaan Jateng Fair 2019 di kompleks Pusat Rekresai Promosi Pembangunan (PRPP) Semarang. Dekorasi antara lain dengan menghadirkan area Borobudur Mini Park atau taman replika Candi Borobudur, Borobudur Art and Agriculture dan area Borobudur Culinary Fair. Hampir sama dengan tahun lalu, Jateng Fair 2019 memamerkan berbagai produk unggulan hasil pertanian, kerajinan tangan dari 35 kabupaten/kota di Jawa Tengah, pariwisata, hingga perusahaan multinasional. Para pengunjung dikenakan tiket masuk sebesar 15.000 rupiah (Senin – Kamis) dan 20.000 rupiah untuk akhir pekan. Para pengunjung juga akan dihibur artis ibu kota seperti Nella Kharisma, Hanin Dhiya, Ndx Aka, Fourtwnty, Souljah, band Grassrock, dan Ita Purnamasari. Tahun ini target pengunjung sebanyak 500.000 diharapkan dapat tercapai.
Sementara itu, Sekretaris Daerah Provinsi Jateng Sri Puryono berharap ajang Jateng Fair tiap tahunnya menghadirkan inovasi dan kreasi sehingga mampu menyedot pengunjung serta meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah. Jateng Fair 2019 termasuk rangkaian perayaan Hari Jadi Provinsi Jawa Tengah. Karena itu dia ingin setiap tahun ada terobosan inovasi dan kreasi untuk memeriahkan Jateng Fair. Namun inovasi itu harus diikuti dengan jaminan keselamatan bagi para pengunjung.
Budaya Bali memang selalu unik. Salah satunya yang selalu menarik perhatian wisatawan adalah tradisi Megibung Karangasem. Budaya ini menjadi salah satu tradisi yang terus dijaga oleh masyarakat Karangasem,bahkan menjadi salah satu wisata budaya yang popular di Bali。Tradisi Megibung Karangasem ini juga dapat diartikan sebagai kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat dengan berkumpul dan duduk bersama saling berbagi makanan. Atau bisa dikatakan sebagai tradisi makan bersama dalam satu wadah yang selalu dilakukan oleh masyarakat Karangasem Bali.
biasanya setelah upacara adat selesai, masyarakat secara berkelompok duduk bersila bersama dan membentuk lingkaran. Di tengah lingkaran sudah terhadang nasi dan lauk pauknya yang diletakkan dalam nampan atau wadah lain yang dialasi dengan daun pisang. Mereka lalu makan sesuap demi sesuap nasi dengan tertib, sambil diselingi ngobrol-ngobrol ringan。Pada tradisi Megibung ini tidak ada perbedaan status sosial maupun kasta, semua membaur dan makan bersama. Sekarang megibung sering dijumpai saat prosesi berlangsungnya upacara adat dan keagamaan, upacara potong gigi , pernikahan hingga upacara ngaben。
ketika Megibung digelar, semua orang ikut berpartisipasi, mulai dari anak-anak hingga dewasa untuk memasak aneka masakan tradisional. Masakan yang diolah terdiri dari berbagai jenis daging, ikan serta bermacam sayuran. Semua diolah menjadi masakan tradisional. Selain itu , ada juga lauk khusus yang biasa disajikan yakni sate. Sate khusus untuk megibung ini terdiri dari sembilan jenis sebagai perlambang sembilan arah mata angin.
Selain menyiapkan lauk dan sayurannya, juga dipersiapkan nasi putih untuk dimakan bersama. Setelah masakan matang warga meletakkan makanan di atas nampan yang sudah dialasi daun pisang. Nasi putih yang diletakkan di wadah itu disebut gibungan, sedangkan lauk dan sayurannya disebut karangan atau selaan
sebelum memulai makan, ada etika yang perlu diperhatikan seperti mencuci tangan terlebih dahulu, tidak boleh mengambil makanan yang ada disebelahnya, dan apabila sudah kenyang tidak boleh meninggalkan tempat atau meninggalkan temannya .
tradisi megibungyang bertujuan mengikat kebersamaan warga ini masih secara turun temurun dilakukan. Selain menjadi pendidikan moral agar setiap bagian masyarakat selalu menjaga kebersamaan dan keakraban dalam lingkungan, tradisi ini juga sudah menjadi kebanggaan masyarakat Karangasem。
Memasuki bulan Ramadhan, beragam kuliner menu berbuka puasa yang biasanya tak ada di hari biasa mulai bermunculan. Berbagai menu puasa ini ramai dijajakan para pedagang pada sore hari, menjelang waktu berbuka. Di Banyuwangi, tepatnya di Gesibu, ratusan pedagang menjajakan menu berbuka. Gesibu merupakan pusat perbelanjaan makanan takjil selama bulan Ramadan di Banyuwangi. Dari berbagai kuliner buka puasa, Kopyor Roti menjadi salah satu jajanan takjil yang banyak diburu warga Banyuwangi. Kuliner ini merupakan sajian khas menu berbuka masyarakat Bayuwangi.
Kopyor Roti terbuat dari bahan-bahan alami yakni roti, bihun, nangka, dan santan. Bungkusnya bukan plastik, melainkan menggunakan daun pisang. Proses pembuatannya pun dilakukan dengan cara sederhana yakni daun pisang yang dijadikan pembungkus diisi roti tawar, bihun, nangka dan santan yang dipanaskan lalu dikukus selama 15 menit. Ketika disantap, rasa kopyornya begitu nikmat. Manis dan gurih santannya terasa sangat pas. Para pedagang biasanya mencampur kopyornya dengan nangka, sehingga aromanya wangi dan rasa manisnya terasa legit.
karena terbuat dari bahan alami, seperti nangka, santan dan dibungkus daun pisang, kuliner ini tergolong menyehatkan. Rasanya yang manis dan tekstur kuenya yang lembut membuat makanan ini cocok sebagai santapan menu berbuka. Harganya pun cukup murah, sekitar Rp.2.000 hingga Rp.5.000 per bungkus. Karena merupakan menu berbuka puasa pavorit masyarakat Banyuwangi, tidak sulit menemukan kuliner ini. Di berbagai pasar atau Festival Ramadhan, pasti banyak pedagang menjajakan Kopyor Roti.