Beberapa waktu yang lalu, pemerintah kota Bandung, Jawa Barat mensosialisasikan aplikasi baru bernama “Si Calakan”. Si Calakan' merupakan kepanjangan dari Sistem Informasi Kecelakaan Lalu Lintas. Nama 'Si Calakan' sendiri diambil dari bahasa Sunda yang berarti Si Cerdas. Aplikasi 'Si Calakan' berfungsi untuk menghimpun data kecelakaan lalu lintas melalui rumah sakit di Kota Bandung sejak 14 Februari 2019. Saat ini, total sudah ada 21 rumah sakit yang terhubung dengan sistem aplikasi itu.
Cara kerja aplikasi ini dimulai dengan pihak rumah sakit yang melaporkan kejadian kecelakaan yang korbannya masuk ke rumah sakit melalui aplikasi 'Si Calakan'. Dengan itu akan bisa diketahui penyebab kecelakaan hingga tingkat luka pasien. Dengan cara itu, kejadian kecelakaan diharapkan bisa diketahui lebih detail, sehingga, dinas atau instansi terkait nantinya bisa merumuskan dan menjalankan program untuk mencegah terjadinya kecelakaan serupa. Misalnya, jika kecelakaan terjadi karena jalan yang rusak, laporan nantinya akan diteruskan ke Dinas Pekerjaan Umum agar dilakukan perbaikan di lokasi kecelakaan.
Si Calakan merupakan aplikasi berbasis data kecelakaan yang pertama di Indonesia. Aplikasi 'Si Calakan' sendiri melibatkan berbagai pihak di dalamnya, seperti dari Dinas Komunikasi dan Informasi, Badan Penelitian dan Pengembangan, dan Dinas Kesehatan. Dinas Komunikasi dan Informasi dan Dinas Kesehatan bersama 21 rumah sakit yang sudah menjalin komitmen adalah pihak-pihak yang bisa mengakses aplikasi ini. Ke depan, aplikasi ini akan diintegrasikan dengan berbagai pihak terkait, di antaranya kepolisian dan Jasa Raharja, sehingga, harapannya tidak ada lagi perbedaan data satu sama lain terkait kecelakaan lalu lintas. Dari sisi penanganan dan pencegahan, langkah yang diambil nantinya juga diharapkan lebih efektif.
Edisi kali ini, menghadirkan informasi dan lagu bergendre keroncong berjudul Bandung Selatan di Waktu Malam.
Lagu ini diciptakan oleh komposer Indonesia Ismail Marzuki. Bandung merupakan salah satu wilayah di Jawa Barat. Lagu ini menceritakan Bandung Selatan di waktu malam. Keindahan Bandung di malam hari telah menginspirasi penulis untuk menuangkannya dalam bentuk sebuah lagu. Lirik lagu ditulis seperti puisi, misalnya “ Laksana putri lenggang kencana duduk murung menanti kekasih.
Banyak penyanyi keroncong Indonesia yang telah membawakan lagu ini, salah satunya Gina Sadeli. Baiklah pendengar, inilah Gina Sadeli dengan Bandung Selatan di Waktu Malam.
Indonesia merupakan negara yang memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi. Baru-baru ini, ditemukan jenis katak baru di Indonesia. Katak ini diberi nama Latin Microhyla gadjahmadai sebagai bentuk penghormatan kepada Mahapatih Gadjah Mada. Biro Kerja Sama, Hukum, dan Humas Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia-LIPI memberikan keterangan bahwa pemberian nama itu didedikasikan untuk Mahapatih Gadjah Mada, yang telah menyatukan Nusantara di era Kerajaan Majapahit. Penemuan jenis baru Microhyla gadjahmadai ini menambah kekayaan jenis amfibi Indonesia.
Tercatat saat ini ada 407 jenis katak asli Indonesia. Secara morfologi, Microhyla gadjahmadai memiliki letak lubang hidung yang cenderung di tengah antara mata dan ujung moncong. Persebaran katak jenis baru ini meliputi Bengkulu, Jambi, Lampung, dan Sumatera Selatan pada ketinggian sekitar 700-1.600 mdpl. Habitat tempat hidupnya adalah area yang memiliki sumber air, seperti area dekat aliran sungai, kolam, sawah, dan perkebunan warga.
Peneliti Amir Hamidy mengatakan katak ini ditemukan di daerah Lampung hingga Bengkulu. Dia sudah mendeteksi katak ini sejak 2011-2012. Katak ini ditemukan sejak tahun 2010 namun baru dinyatakan sebagai spesies terpisah pada tahun 2018 lalu. Dia mengatakan katak ini memang masuk grup katak yang berukuran kecil. Namun masih ada katak yang ukurannya lebih kecil dari Microhyla gadjahmadai ini. Katak Microhyla Gadjahmadai berukuran 18.2 mm sampai 21.3 mm untuk jantan. Sementara katak betina berukuran 20.4 mm sampai 25.5 mm.
Masjid Agung Batam atau disebut juga Masjid Raya Batam terletak di kawasan Batam Center yang merupakan pusat pemerintahan kota Batam. Kubah masjid ini memiliki bentuk yang cukup unik, yaitu berbentuk limas persegi empat menyerupai piramida. Karena keunikan dan keindahan bangunannya, masjid ini tidak hanya menjadi tempat ibadah, tetapi juga menjadi daya tarik wisata di kota Batam.
Masjid Agung Batam terletak di pusat kota, maka tidak terlalu sulit untuk mengunjunginya, Dari Bandara Hang Nadim, anda dapat langsung menggunakan taksi. Namun bagi anda yang ingin menggunakan transportasi umum seperti bus, anda dapat menggunakan bus Damri jurusan Batu Aji atau Jodoh dan turun di Kepri Mall. Dari halte bus Kepri Mall, naik bus Trans Batam jurusan Batam Center, kemudian turun di halte Masjid Raya. Dari halte ini anda hanya perlu jalan kaki sedikit menuju Masjid Agung Batam.
Masjid Agung Batam mulai dibangun pada tahun 1999 dan rampung tahun 2001. Selain bangunan yang bercorak Melayu, arsitektur masjid ini termasuk unik karena pada bagian dalam masjid ini tidak memiliki tiang penyanggah sehingga ruangannya tampak luas. Masjid ini juga dilengkapi dengan menara setinggi 66 meter. Kubahnya yang berbentuk limas dan terbagi menjadi 3 bagian, mempunyai perspektif vertikalisme yang menuju satu titik di atas sebagai simbol hubungan manusia dan Tuhan.