Indonesia akan memiliki sirkuit MotoGP pertama pada tahun 2020 di Nusa Tenggara Barat. Menteri Pariwisata Arief Yahya mengatakan, sirkuit tersebut akan dibangun di Kawasan Ekonomi Khusus atau KEK Mandalika, Lombok Tengha, Nusa Tenggara Barat. Mandalika adalah kawasan super prioritas untuk mendongkrak jumlah turis asing. Harapannya setelah Sirkuit tersebut selesai dibangun, dapat meningkatkan nilai tambah kawasan tersebut. Sebelumnya, Indonesia Tourism Development Corporation (ITDC) mendapat sertifikan Hak Pengelolaan Lahan (HPL) dari Badan Pertahanan Nasional pada tahun 2016. Serifikat tersebut digunakan untuk membangun sirkuit balap yang memiliki standar internasional. Arena balap motor kelas dunia ini dijanjikan bakal lebih menantang dan menarik dengan suguhan pemandangan indah gunung dan pantai.
Rencana pembangunan sirkuit itu diawali dengan penandatanganan nota kesepahaman antara ITDC dengan Roadgrip Motorsports UK Ltd dan Mrk1 Consulting, dua perusahaan perancang, pengembang dan operator sirkuit balap motor global, pada 20 Januari 2017. Abdulbar M. Mansoer, selaku Direktur Utama ITDC mengatakan sirkuit di Mandalika akan menjadi satu-satunya sirkuit jalanan di dunia yang memiliki panorama indah laguna, kampung bertenaga surya, lapangan golf, area komersial dan perkotaan, serta Samudra Hindia.
Konsep arena balap tersebut didesain ramah lingkungan atau sirkuit hijau dengan pemandangan sangat indah. Sirkuit tersebut akan dibangun seperti kawasan wisata populer di Bali, Nusa Dua yang asri dan hijau. Di samping lintasan akan ada. Ini kan street sirkuit, jalan biasa yang dijadikan arena balap. Menurut Abdulbar, konsep sirkuit seperti ini sangat berbeda dengan sirkuit berkelas dunia lainnya.
Keindahan Alam Indonesia menjadi sebuah tolak ukur bagi wisatawan mancanegara dan domestik untuk menelusurinya. Indonesia yang merupakan negara kepulauan terdiri dari 17.000 pulau. Masih banyak pulau-pulau kecil di wilayah Indonesia yang tidak di ketahui oleh wisatawan, salah satunya adalah Pulau Bungin. Pulau ini terletak di Kabupaten Sumbawa. Pulau ini berada 70 kilometer arah barat dari pusat kecamatan Sumbawa besar. Dari daratan utama, Pulau Bungin dapat dijangkau menggunakan perahu motor maupun sebuah jalan buatan.
Desa Pulau Bungin ini disebut sebagai pulau yang terpadat di dunia.Pulau kecil ini dihuni oleh penduduk dari suku Bajo yang berasal dari Sulawesi Selatan. Hampir tidak dijumpai lahan yang kosong di pulau ini. Setiap tahun pulau yang sangat padat ini terus bertambah luasnya karena adanya reklamasi untuk menampung penambahan keluarga yang baru menikah. Rata-rata di setiap tahunnya, bertambah 100 buah rumah baru di Pulau Bungin. Pulau ini yang memiliki luas 8,5 hektar ini dihuni oleh 3.400 jiwa.
Masyarakat Bungin mayoritas keturunan Suku Bajo, dari Sulawesi, yang dikenal sebagai suku pengembara laut dan penyelam ulung. Sejak bayi, anak-anak Bungin sudah dikenalkan pada dunia bahari melalui Upacara Toyah. Dalam ritual Toyah, bayi dipangku 7 perempuan secara bergantian yang duduk di atas ayunan. Ayunan diibaratkan seperti gelombag lautan yang akan dihadapi sang anak saat besar nanti ketika menjadi pelaut. Asal mula dari suku Bajo menghuni pulau ini adalah ketika pemukiman pertama disana dirintis oleh Palema Mayu, salah seorang dari 6 orang anak raja Selayar, di abad ke-19.
Menurut cerita rakyat yang berkembang, Palema Mayo datang ke Sumbawa sebelum meletusnya gunung Tambora di daratan utama, pada 1812. Saat itu, pulau Bungin yang berpasir putih ini masih kosong dan hanya ditumbuhi pepohonan bakau saja. Meskipun pulau ini relatif kecil, tetapi di sana tersedia 2 buah dermaga, di selatan dan barat. Penyeberangan Alas Bungin cukup ramai. Ada delapan buah perahu Jonson yang menyeberangi Bungin-Alas sejak pagi hari hingga senja. Karena keunikan meluasnya pulau seiring dengan pertambahan rumah penduduk, Bungin menjadi salah satu obyek wisata untuk kabupaten Sumbawa. Setiap Minggu pulau ini dikunjungi wisatawan mancanegara.
Pada edisi kali ini kami hadirkan sebuah lagu melayu yang berjudul "BUJANG TELAJAKā.
Lagu BUJANG TELAJAK dinyanyikan oleh BUJANG TANJAK DAN CIK INONG. Dalam bahasa Melayu, Bujang telajak adalah definisi untuk seorang lelaki yang terlambat membangun rumah tangga. Sesuai dengan judul lagunya, lirik-lirik lagu ini bercerita tentang betapa malangnya nasib si bujang telajak yang tak berkawan dan tak berduit. Menariknya lirik-liriknya berbentuk pantun jenaka. Musiknya pun bertempo cepat dan mengajak orang yang mendengarkan untuk bedendang dan bergoyang.
Lampung Selatan memiliki berbagai keindahan alam yang beragam. Salah satunya adalah Desa Wisata Kunjir. Kecantikan ekosistem terumbu karang yang ada di Pantai Kunjir atau Way Kunjir di desa ini merupakan salah satu yang terbaik di Lampung Selatan. Selain panorama bawah laut, di daratan pemandangannya juga tak kalah eksotis dibanding pantai-pantai terkenal di Lampung. Ada pasir putih dan lautan biru serta sunset yang menawan di pantai ini. Namun keindahan tersebut sirna setelah wilayah Lampung Selatan di hantam Tsunami beberapa waktu yang lalu. Industri pariwisata yang menjadi sandaran hidup masyarakat di wilayah pesisir ini pun berantakan. Pusat oleh-oleh di sana hanyut ditelan ombak, penginapan dan resort luluh lantah serta berbagai fasilitas industri pariwisata lainnya tersapu gelombang tsunami.
Kabupaten Lampung Selatan merupakan salah satu wilayah yang terdampak tsunami Selat Sunda beberapa bulan silam. Untuk memulihkan pariwisata di wilayah Lampung Selatan Kementerian pariwisata mencanangkan program "Selat Sunda Bangkit" . Melalui program ini, perlahan tapi pasti industri pariwisata di wilayah Lampung Selatan bangkit. Pemerintah daerah yang di dukung oleh pemerintah pusat pun mulai memperbaiki jalan menuju berbagai objek wisata yang terkena dampak tsunami. Berbagai fasilitas penunjang pariwisata seperti penginapan, pusat oleh-oleh, pusat kerajinan tangan, sanggar seni dan lainnya diberikan kemudahan untuk peminjaman dana kredit usaha rakyat atau KUR.
Tercatat sebanyak 13 sub-bidang usaha pada sektor pariwisata yang dibiayai melalui program KUR, diantaranya usaha agen perjalanan wisata, sanggar seni, pentas seni, serta penyelenggara meeting, incentive, convention, dan exhibition (MICE). Kemenpar juga akan berkoordinasi dengan Kementerian/Lembaga terkait dengan infrastruktur agar dapat segera memperbaiki fasilitas pendukung pariwisata yang terdampak.
Kepala Dinas Pariwisata (Kadispar) Lampung Selatan, Yuda Sukmarina, mengharapkan hal ini dapat membuka wawasan kepada Pemerintah Daerah dan pelaku UMKM yang terdampak tsunami untuk bangkit dan kembali bersemangat dalam menggeluti usaha pasca tsunami. Kebangkitan industri pariwisata Lampung Selatan juga di tandai dengan akan diselenggarakannya event internasional seperti International Surfing Competition pada 14 sampai 17 April 2019.