Generasi muda erat dengan inovasi dan teknologi. Siswa SMP Negeri 1 Tasikmalaya, Jawa Barat, Alwan Hanif Ramadhan berhasil mengembangkan perangkat lengan buatan yang diberi nama Affordable Smart Prosthetic Arm untuk kebutuhan kaum difabel untuk mempermudah mereka melakukan kegiatan sehari-hari. Alwan dalam diskusi Millenial Talks: Inspiring Science Generation di Pusat Data dan Dokumentasi IlmiahLIPI, Jakarta,menjelaskan, ia membuat tangan ini karena sebagian besar orang yang membutuhkan alat ini berada di kelompok ekonomi rendah. Padahal, tangan buatan memiliki harga yang fantastis hingga ribuan dolar Amerika.
dengan harga sekitar Rp300.000, Alwan berhasil membuat perangkat lengan buatan yang terjangkau oleh penyandang disabilitas. Alwan memiliki harapan, semua anak Indonesia yang punya kebutuhan khusus bisa menggunakan tangan ini dengan harga yang lebih murah, yakni Rp300 ribu. Dengan demikian, anak berkebutuhan khusus bias mandiri atau tidak tergantung dengan orang lain.
lengan buatan Alwan terbuat dari karet dan aluminium foil serta dilengkapi sensor untuk mendeteksi tekanan. Alat itu juga dilengkapi dengan sensor suhu sehingga mengetahui temperatur. Alat tersebut menggunakan daya melalui power bank dan bisa bertahan selama 12 jam.Lengan buatan Alwan ini tahan terhadap panas hingga 190 derajat Celcius dan bisa bergerak sampai 150 derajat
Pulau Kemaro adalah sebuah delta kecil di Sungai Musi. Pulau ini merupakan tempat rekreasi yang terkenal di Sungai Musi. Di sini terdapat Klenteng Hok Tjing Rio, dan kuil Buddha yang sering dikunjungi umat Buddha untuk beribadah atau berziarah ke makam.
Selain itu, pulau ini juga sering menjadi tempat penyelenggaraan acara Cap Go Meh setiap hari raya Imlek. Tidak hanya itu, daya tarik utama Pulau Kemaro adalah Pagoda dengan 9 lantai yang menjulang di tengah pulau.
Pagoda ini dibangun pada tahun 2006. Pada sisi-sisi lantai dasar bangunan pagoda terdapat cerita yang menggambarkan legenda Pulau Kemaro. Dari atas pagoda yang memiliki sembilan lantai ini, pengunjung dapat menyaksikan keindahan Pulau Kemaro yang dikelilingi oleh Sungai Musi.
Legenda yang tertulis pada lantai dasar pagoda ini juga yang menjadi daya tarik wisatawan. Legenda tersebut bercerita tentang pertemuan antara saudagar Tiongkok bernama Tan Bun An dan wanita Palembang bernama Siti Fatima yang berujung pada pernikahan. Dari legenda ini, banyak orang yang menyebut pulau ini sebagai Pulau Jodoh.
Pulau ini berjarak sekitar 10 kilometer dari pusat kota Palembang dan tidak jauh dari Jembatan Palembang, oleh karena itu menjadi tempat wisata yang banyak dikunjungi wisatawan. Akses menuju pulau ini tidak sulit karena banyak penduduk local yang menyewakan perahunya dari dermaga Jembatan Ampera untuk menuju Pulau Kemaro.
Pada hari Kamis tanggal 7 Maret 2019 lalu, mayarakat Hindu di seluruh Indonesia telah merayakan hari Raya Nyepi tahun Saka1941. Nyepi berasal dari kata sepi. Hari Raya Nyepi sebenarnya merupakan perayaan Tahun Baru Hindu berdasarkan penanggalan atau kalender caka yang dimulai sejak tahun 78 Masehi. Tidak seperti tahun baru Masehi, tahun baru Saka di Bali dimulai dengan menyepi. Pada hari Nyepi ini, tidak ada kegiatan seperti biasa. Semua kegiatan ditiadakan, termasuk pelayanan umum seperti Bandar Udara Internasional juga tutup, tetapi tidak untuk rumah sakit.
Biasanya menjelang Hari Raya Nyepi, masyarakat Hindu menjalani sejumlah ritual khas yang pada dasarnya merupakan upaya pensucian diri dan lingkungan . Pada 2 sampai 4 hari sebelum Nyepi, masyarakat mensucikan diri dan perangkat peribadahan, yang biasanya dilakukan di pura. Tujuan utama Hari Raya Nyepi adalah memohon kehadapan Tuhan yang Maha Esa untuk mensucikan alam manusia dan alam semesta.
Sebelum Hari Raya Nyepi, terdapat beberapa rangkaian upacara yang dilakukan umat Hindu, khususnya di daerah Bali, seperti Ritual Buta Yadnya. Ritual ini dilakukan satu hari sebelum nyepi. Buta Yadnya adalah rangkaian upacara untuk menghalau kehadiran Buta Kala yang merupakan manifestasi unsur-unsur negatifdalam kehidupan manusia. Dalam rangkaian Buta Yadnya, terdapat tradisi pawai ogoh-ogoh yang akhirnya menjadi festival tahunan yang semarak dan menjadi daya tarik pariwisata。
ogoh ogoh merupakan boneka atau patung beraneka rupa yang menjadi symbol unsur negatif yang menggambarkan kepribadian Bhuta Kala, sifat buruk dan kejahatan yang ada di sekeliling kehidupan manusi.Dalam wujudpatung, Bhuta Kala digambarkan sebagai sosok yang besar dan menakutkan, biasanya dalam wujud raksasa. Selain wujud raksasa , ogoh-ogoh sering pula digambarkan dalam wujud mahluk-mahluk yang hidup di dunia, surga dan neraka seperti naga, gajah, bidadari dan lain-lain. Bahkan dalam perkembangannya ada yang dibuat menyerupai orang-orang terkenal seperti para pemimpin dunia, artis atau tokoh agama bahkan penjahat serta ada pula yang menyimpang dari prinsip dasar ogoh-ogoh , contohnya ogoh-ogoh yang menggambarkan seorang teroris.
Boneka tersebut dahulu terbuat dari kerangka bambu yang dilapisi kertas. Seiring waktu, kebanyakan ogoh-ogoh ini dibuat dengan bahan dasar Styrofoam karena menghasilkan bentuk tiga dimensi yang lebih halus. Pembuatan ogoh-ogoh ini dapat berlangsung sejak berminggu-minggu sebelum Nyepi. Waktu pembuatan sebuah ogoh-ogoh dapat bervariasi bergantung pada ukuran, jenis bahan dan jumlah sumber daya manusia yang mengerjakan dan kerumitan desain dari ogoh-ogoh。
pelaksanaan ritual pawai ogoh-ogoh berlangsung serempak sehari menjelang Hari Raya Nyepi atau disebut juga dengan tilem sasih kesanga di setiap banjar di seluruh Bali。 Persiapan pawai biasanya telah dimulai sejak sore dan pawai akan berlangsung hingga menjelang tengah malam.
Indonesia mendapat kehormatan sebagai tuan rumah Pelaksanaan Sebelas Maret Cup (SMC) 2019 – XI, yang digelar di Gedung Olah Raga (GOR) Sritex Arena Solo, Jawa Tengah. Kegiatan ini dilaksanakan pada 8 – 10 Maret 2019 dan diikuti 55 kontingen dengan jumlah peserta lebih dari 320 atlet karate. Kejuaraan karate ini merupakan event ke-11 yang merupakan lanjutan dari Sebelas Maret Cup X. SMC telah diselenggarakan setiap dua tahun sekali. Kontingen yang berlaga memperebutkan Piala Bergilir Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti).
Piala tersebut terakhir kali dipegang oleh juara umum SMC X yaitu Universitas Negeri Jakarta (UNJ). Para peserta terdiri dari mahasiswa yang tidak hanya berasal dari Indonesia. Ketua panitia penyelenggara Sebelas Maret Cup XI, Rizki Mica Saputra, mengatakan ratusan atlet dari 5 negara sahabat turut ambil bagian dalam SMC XI, yaitu Singapura, Brunei Darussalam, Malaysia, dan Timor Leste. Jumlah kontingen dan peserta SMC XI memang lebih sedikit dibanding SMC sebelumnya. Pada Sebelas Maret Cup 2017 atau perhelatan ke-10, terdapat 58 kontingen dari berbagai universitas di Indonesia dan mancanegara yang berpartisipasi. Jumlah peserta saat itu adalah 380 karateka. Namun, panitia menyatakan terdapat peningkatan kualitas kejuaaraan pada tahun ini.
Menurut Rizki, kejuaraan tersebut merupakan sarana pengembangan prestasi dan sebagai tolak ukur untuk menilai perkembangan teknik karate di kancah internasional, khususnya di kalangan mahasiswa. Dia mengatakan sebanyak 17 kelas yang dipertandingkan, dan terdapat tambahan nomor yakni 12 kelas Best of the Best. Kelas itu terbagi menjadi dua kategori yaitu kelas seni (kata) dan kelas tanding (komite) dengan total hadiah hingga jutaan rupiah. Kejuaraan Sebelas Maret Cup XI mengangkat tema "Brave to Break the Limit", yang artinya mampu melampaui batas-batas yang dimiliki sehingga mampu menjadi lebih baik lagi.
Rizki menjelaskan, untuk meningkatkan mutu dari pertandingan karate yang diselenggarakan, Sebelas Maret Cup XI mengundang wasit dari luar negeri. Dengan adanya wasit dari luar negeri diharapkan pertandingan akan lebih baik lagi. Selain itu, adanya wasit dari luar negeri juga menjadi salah satu daya tarik untuk para atlet baik dalam maupun luar negeri supaya berminat bergabung dan mengikuti kejuaraan karate Sebelas Maret Cup XI. Acara pembukaan kejuaraan Sebelas Maret Cup XI dimeriahkan dengan penampilan hiburan antara lain Kemlaka, Rowdra, Voca Erudita, All Star, Nuansa, dan Tim Performer dari Dinas Kebudayaan Surakarta.