VOInews.id- Sebuah serangan Rusia yang mematikan di kota timur Ukraina menewaskan setidaknya 16 orang pada Rabu saat Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengunjungi Kiev untuk menyampaikan dukungan bagi perlawanan terhadap invasi Rusia. Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy mengutuk serangan yang menimpa sebuah pasar, sejumlah toko dan apotek di kota Kostiantynivka yang berlokasi dekat medan peperangan.
Dia mengatakan ada seorang anak di antara 16 orang korban tewas dan pejabat pemerintah menyebut setidaknya 34 orang terluka. "Kejahatan Rusia ini harus dikalahkan secepatnya," kata Zelenskiy, menyebutnya sebagai serangan yang disengaja terhadap "kota yang damai".
Ajudannya kemudian mengunggah rekaman video yang menunjukkan ledakan setelah sesuatu yang terdengar seperti sebuah rudal mendekat, dan orang-orang berlarian mencari perlindungan atau jatuh ke tanah. Rusia tidak segera berkomentar mengenai serangan itu dan telah menyangkal secara sengaja menyerang warga sipil. Blinken dijadwalkan untuk mengumumkan paket asistensi perang baru AS bernilai lebih satu miliar dolar AS (Rp15,338 triliun) dalam kunjungan dua hari, menurut pejabat senior Departemen Luar Negeri AS.
Kunjungan itu merupakan yang pertama dilakukan pejabat utama AS ke Kiev sejak serangan balasan dilakukan pada awal Juni, dengan Blinken berbicara dengan Menteri Luar Negeri Ukraina Dmytro Kuleba dan kemudian bertemu Zelenskiy.
"Kami ingin memastikan Ukraina punya semua yang dibutuhkan, bukan hanya untuk keberhasilan serangan balasan tapi apa yang dibutuhkan untuk jangka panjang, memastikan bahwa mereka memiliki kekuatan untuk pencegahan," kata Blinken yang berbicara dengan didampingi Kuleba.
Media AS telah mengutip pejabat AS yang tidak disebutkan namanya yang mengatakan bahwa serangan balasan Ukraina terlalu lambat dan terhambat oleh taktik yang lemah -sebuah kritik yang membuat pejabat Ukraina marah dan menyebabkan Kuleba untuk meminta para kritikus itu untuk tutup mulut. Ukraina telah merebut kembali lebih dari selusin desa dan pemukiman kecil dalam serangannya. Namun upaya untuk lebih jauh masuk ke daerah yang dikuasai Rusia diperlambat oleh adanya ranjau darat dan parit pertahanan.
Pejabat AS tidak secara terang-terangan mengkritik taktik militer Ukraina dan pekan lalu mengatakan bahwa mereka melihat perkembangan di daerah tenggara. Pejabat Departemen Luar Negeri mengatakan Washington ingin mendiskusikan perkembangan serangan balasan dan melakukan penilaian mengenai kebutuhan peperangan sekaligus langkah yang dibutuhkan untuk mengamankan kebutuhan energi Ukraina sebelum musim dingin. "Saya pikir yang paling penting adalah kita mendapatkan penilaian sebenarnya dari Ukraina sendiri," kata pejabat tersebut.
"Kami ingin melihat, mendengar bagaimana mereka akan lanjut maju di pekan-pekan mendatang". Mengenai kunjungan Blinken, juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan Moskow yakin rencana Washington untuk terus mendanai militer Ukraina "akan mengobarkan perang ini hingga warga Ukraina terakhir". Ia mengatakan bantuan AS untuk Kiev tidak akan mempengaruhi tindakan dari apa yang dia sebut operasi militer spesial Rusia.
Sumber: Reuters
VOinews.id- Badan kemanusiaan PBB pada Selasa (5/9) mengatakan bahwa mereka mengalokasikan 125 juta dolar Amerika Serikat (AS) untuk operasi bantuan yang kekurangan dana di 14 negara di seluruh dunia.
Wakil Sekretaris Jenderal PBB untuk Urusan Kemanusiaan Martin Griffiths, yang juga merupakan Kepala Bantuan PBB, mengizinkan alokasi Dana Tanggap Darurat Pusat (CERF) untuk operasi di Afrika, Asia, Amerika, dan Timur Tengah, kata Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA). Kebutuhan pendanaan kemanusiaan global tahun ini telah melampaui 55 miliar dolar AS dan kurang dari 30 persen yang didanai, menurut OCHA.
“Ini adalah kenyataan yang kejam bahwa dalam banyak operasi kemanusiaan, lembaga-lembaga bantuan hanya menghabiskan sedikit dana pada saat kebutuhan masyarakat memaksa mereka untuk meningkatkannya,” kata Griffiths.
“Berkat kemurahan hati sejumlah besar donor, kita dapat mengandalkan CERF untuk mengisi beberapa kekurangan yang ada. Sebagai hasilnya, banyak nyawa terselamatkan. Namun kita memerlukan donor individu untuk mengambil tindakan juga -- ini adalah dana dari semua pihak dan untuk semua," katanya pula. OCHA mengatakan pendanaan tersebut mendukung 250 juta orang yang terkena dampak konflik, dampak iklim, bencana alam, wabah penyakit, pengungsian dan krisis lainnya.
“Dengan pendanaan tambahan ini, CERF telah mengalokasikan dana sebesar 270 juta dolar AS sepanjang tahun ini melalui program Underfunded Emergencies,” kata OCHA. “Ini adalah jumlah tahunan terbesar yang pernah dialokasikan, ke sejumlah negara terbanyak, yang mencerminkan meroketnya kebutuhan kemanusiaan,” kata OCHA. Alokasi CERF, kata OCHA lagi, akan membantu meningkatkan bantuan kemanusiaan di beberapa krisis yang paling berkepanjangan dan terabaikan di dunia: Afghanistan dan Yaman (masing-masing 20 juta dolar AS), Burkina Faso dan Myanmar (masing-masing 9 juta dolar AS), Haiti dan Mali (masing-masing 8 juta dolar AS) dan juga akan mendukung operasi pengungsi di Bangladesh (8 juta dolar AS) dan Uganda (6 juta dolar AS).
OCHA mengatakan dana juga akan disalurkan ke Venezuela (8 juta dolar AS), Republik Afrika Tengah dan Mozambik (masing-masing 6,5 juta dolar AS), Kamerun dan Wilayah Pendudukan Palestina (masing-masing 6 juta dolar AS), dan Malawi (4 juta dolar AS).
Antara
VOInews.id- Seorang pejabat senior Ukraina menolak saran Turki bahwa Kiev harus melunakkan sikapnya untuk menghidupkan kembali kesepakatan biji-bijian Laut Hitam, dan mengatakan Ukraina tidak akan mendukung keringanan sanksi untuk Moskow atau kebijakan "pemuasan". "Mari kita bersikap realistis dan berhenti membahas opsi-opsi yang tidak ada, apalagi mendorong Rusia untuk melakukan kejahatan lebih lanjut," kata penasihat presiden Mykhailo Podolyak kepada Reuters.
Pernyataan tersebut disampaikan Podolyak ketika ditanya tentang komentar yang dibuat oleh Presiden Turki Tayyip Erdogan pada Senin setelah pembicaraan dengan pemimpin Rusia Vladimir Putin. Podolyak mengatakan bahwa Rusia "sangat tertarik" dengan penghancuran pelabuhan Ukraina dan infrastruktur pengiriman biji-bijian. Dia mengatakan Rusia tidak memerlukan kesepakatan biji-bijian dan Moskow tertarik untuk memisahkan Ukraina dari pasar biji-bijian global, menaikkan harga biji-bijian, dan memonopoli kendali atas Laut Hitam.
"Di manakah bidang bagi Ukraina untuk 'melunak' di sini? Dan mari kita perjelas, kami pasti tidak akan memainkan 'kebijakan untuk memuaskan agresor'... dan mengumbar program pencabutan sanksi," katanya. Erdogan mengatakan setelah pembicaraan dengan Putin bahwa akan segera ada kemungkinan untuk menghidupkan kembali kesepakatan gandum yang menurut PBB membantu meringankan krisis pangan dengan memasarkan gandum Ukraina.
Rusia keluar dari perjanjian tersebut pada Juli, dengan mengeluhkan bahwa ekspor makanan dan pupuknya menghadapi hambatan serius. Seorang pejabat senior Pemerintah Ukraina mengatakan kepada Reuters pada Selasa bahwa Kiev tidak berharap situasi ekspor gandumnya akan berubah setelah pembicaraan Senin antara Putin dan Erdogan.
Sumber: Reuters
VOInews.id- Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un akan segera bertemu dengan Presiden Rusia Vladimir Putin untuk membahas potensi kesepakatan senjata, kata seorang pejabat keamanan nasional AS. Perkembangan terbaru menunjukkan hubungan yang lebih erat antara kedua negara di tengah posisi mereka yang berhadapan dengan Amerika Serikat.
Tatkala isolasi terhadap Rusia akibat perang di Ukraina semakin ketat, para analis menyebut perkembangan terbaru itu menunjukkan nilai Korea Utara di mata Rusia semakin besar. Bagi Korea Utara, hubungan dengan Rusia tidak selalu sehangat pada masa kejayaan Uni Soviet, namun kini negara itu mendapatkan manfaat nyata dari kebutuhan Rusia untuk bersahabat dengan negara itu.
Antara