VOInews.id- Presiden Vladimir Putin mengatakan bahwa Rusia telah mengirimkan set senjata nuklir taktis pertama ke sekutu tetangganya Belarus, sebuah langkah yang tampaknya akan meningkatkan ketegangan lebih jauh dengan Barat atas perang di Ukraina. Hal tersebut menandai pertama kalinya Rusia menurunkan senjata nuklir di luar perbatasan sejak mereka melepaskan diri dari bekas republik Uni Soviet saat keruntuhannya pada 1991.
Dalam pernyataan di forum ekonomi internasional di St. Petersburg, Putin mengatakan bahwa "hulu ledak nuklir telah dikirimkan ke wilayah Belarus" dan "ini adalah pengiriman pertama." "Kami akan menyelesaikan pekerjaan ini pada akhir tahun," tambah dia, sambil menegaskan bahwa keputusan mengirimkan senjata nuklir taktis, yang dirancang untuk serangan terbatas di medan perang, merupakan langkah pencegahan. Belarus saling berbatasan dengan negara-negara NATO, termasuk Polandia, dan telah membantu Rusia dalam agresi militernya meski tidak ikut serta langsung dalam penyerangan.
antara
VOInews.id- Dimulainya gencatan senjata 72 jam yang bertujuan untuk menenangkan konflik antara faksi-faksi militer Sudan mampu meredam bentrokan di Khartoum pada Minggu pagi setelah pertempuran serangan udara semalaman, kata penduduk setempat. Konflik antara tentara Sudan dan Pasukan Pendukung Cepat (RSF) telah berjalan selama dua bulan.
Keduanya sepakat untuk menahan diri dari serangan dan mencari keuntungan militer selama periode gencatan senjata, yang dimulai pukul 6 pagi waktu setempat. Gencatan senjata juga memungkinkan pengiriman bantuan bagi warga terdampak, ujar mediator Arab Saudi dan Amerika Serikat.
Beberapa gencatan senjata sebelumnya gagal menghentikan pertempuran. Perebutan kekuasaan antara kedua belah pihak telah mengubah ibu kota menjadi zona perang yang dilanda penjarahan, memicu ledakan pertempuran di wilayah lain, dan memicu peningkatan tajam kekerasan di Darfur, Sudan barat.
Beberapa jam sebelum masa gencatan senjata dimulai, para saksi melaporkan bentrokan dan serangan udara di beberapa wilayah Khartoum dan Omdurman, salah satu dari dua kota yang berdampingan yang membentuk ibu kota yang lebih luas di pertemuan Sungai Nil.
"Situasi di Khartoum tenang, dibandingkan tadi malam dengan adanya serangan udara. Itu adalah hal yang menakutkan," kata seorang warga, Salaheldin Ahmed sambil mengungkapkan bahwa gencatan senjata ini bisa menjadi awal untuk mengakhiri konflik. "Kami lelah. Sudah cukup perang, kematian, dan penjarahan," sambungnya.
Gencatan senjata sebelumnya yang ditengahi oleh Arab Saudi dan Amerika Serikat pada pembicaraan di Jeddah telah membuka pintu pengiriman beberapa bantuan kemanusiaan karena pertempuran yang mereda, namun kedua belah pihak berulang kali melanggar perjanjian tersebut.
Konflik berawal dari perselisihan tentang rencana transisi ke pemilu di bawah pemerintahan sipil yang telah berjalan empat tahun setelah otokrat Omar al-Bashir digulingkan selama pemberontakan rakyat. Konflik telah meningkat sejak awal Juni. Jerman, Qatar, Arab Saudi, Mesir dan PBB akan menjadi tuan rumah konferensi donatur di Jenewa yang bertujuan untuk menarik janji pendanaan untuk bantuan kemanusiaan di Sudan.
PBB mengatakan separuh dari 49 juta populasi di Sudan membutuhkan bantuan kemanusiaan sekitar tiga miliar dolar AS (Rp44 triliun) hingga akhir tahun. PBB juga meminta hampir 500 juta dolar AS (Rp7 triliun) untuk bantuan krisis pengungsi yang disebabkan oleh konflik. Lebih dari 500.000 orang telah mengungsi ke negara-negara tetangga Sudan dan hampir 1,7 juta orang mengungsi di dalam negeri.
Sumber: Reuters
VOInews, Jakarta: Frekuensi penerbangan dari beberapa kota di Tiongkok ke beberapa kota di Indonesia terus ditingkatkan sering dengan makin intensifnya pergerakan masyarakat di kedua negara.
Duta Besar RI untuk Tiongkok Djauhari Oratmangun menyambut positif peningkatan jadwal penerbangan kedua negara.Menurut dia hal itu akan membantu mempercepat pemulihan perekonomian nasional Indonesia, terutama sektor pariwisata. Hampir semua maskapai penerbangan Tiongkok melayani penerbangan ke Indonesia. (antara)
VOInews, Jakarta: Setidaknya 98 orang meninggal di negara bagian Uttar Pradesh dan Bihar, India dalam beberapa hari terakhir akibat panas ekstrim, menurut pihak berwenang. Saat sebagian wilayah India menyaksikan gelombang panas parah dalam beberapa hari dengan suhu melewati 40 derajat Celcius di banyak tempat, 54 orang meninggal di utara Uttar Pradesh dan 44 di Bihar timur.
Seluruh 54 orang yang meninggal di Uttar Pradesh dilaporkan berasal dari satu distrik Ballia. dimana setidaknya 400 orang dibawa ke rumah sakit distrik untuk mendapatkan perawatan. Distrik Ballia mencatat suhu maksimum mencapai 43 derajat Celcius. Sementara itu 44 orang lainnya meninggal di negara bagian timur,Bihar akibat kondisi cuaca panas. (antara)