“Dari Januari-Juli 2023 kita (Indonesia) telah mengalami setidaknya 2.500 bencana terkait air; misalnya banjir, tsunami, tanah longsor, dan likuefaksi. Kini, karena efek El Niño, kita menghadapi kekeringan. Beruntungnya, Kementerian PUPR (berencana) membangun 61 dam dalam 10 tahun ini, 36 (di antaranya) telah selesai,” kata Basuki dalam gelar wicara World Water Week (WWW) 2023 di Stockholm, Swedia, yang dipantau dari Jakarta, Selasa (22/8/2023).
Basuki mengutip studi Indonesia Water Institute, bahwa kebutuhan air Indonesia kini tiga kali lebih banyak dibandingkan sebelum pandemi. Selain itu, dampak bencana alam dan fenomena alam di suatu tempat juga memengaruhi suplai air.
Ia berharap agar World Water Forum (WWF) ke-10 pada 2024 mendatang menjadi ajang berbagi pengalaman manajemen air. Ia juga menyinggung sistem pengairan Subak di Bali, sebagai contoh manajemen sumber daya air tradisional di Indonesia. Sistem tersebut berlandaskan Tri Hita Karana, filosofi yang menekankan hubungan erat antara masyarakat, lingkungan, dan Tuhan.
Sementara itu, anggota Dewan Gubernur World Water Council Peter McCormick membagikan persiapan menuju WWF ke-10. Menurut petinggi dewan air sedunia itu, Indonesia telah melakukan sejumah agenda untuk menyelenggarakan forum tersebut.
“Kami telah mengadakan pertemuan pemangku kepentingan di Jakarta (jelang WWF ke-10) di Februari (2023). Pertemuan itu sangat berhasil dan membawa para pemangku kepentingan bersama-sama. Ada banyak persiapan di Indonesia, bila Anda mengikuti Instagram forum ini, Anda menemukan detail forum ini di (akun) Instagramnya,” katanya.
Gelar wicara WWW 2023 bertajuk “Road to 10th World Water Forum 2024: Water for Shared Prosperity”. Bahasan ini diangkat untuk menyambut WWF ke-10, forum air sedunia yang rencananya berlangsung di Bali 18-24 Mei 2024. Forum tersebut mengangkat tema “Water for Shared Prosperity” (Air untuk Kesejahteraan Bersama).
