Profesi petani semakin tidak diminati generasi muda Indonesia. Menurut data dari Badan Pusat Statistik (BPS), pekerja di sektor pertanian pada tahun 2018 tercatat 35,7 juta orang atau 28,79 persen dari 124,01 juta penduduk bekerja. Sementara di tahun 2017, jumlah pekerja sektor pertanian di angka 35,9 juta orang atau 29,68 persen dari 121,02 juta penduduk bekerja. Dari profil usia pun, rata-rata petani di Indonesia kini berusia lebih dari 50 tahun dengan minat anak muda menjadi petani sangat minim.
Kurangnya minat generasi muda Indonesia untuk menjadi petani disebabkan karena masyarakat Indonesia meremehkan profesi petani. Citra petani, yang lusuh dan kotor, tidak memikat hati anak-anak muda. Selain itu, banyaknya petani yang hidup dalam kemiskinan membuat profesi petani jauh tertinggal, bila dibandingkan profesi dokter atau polisi.
Berkurangnya jumlah petani tentu saja tidak bisa dibiarkan karena kebutuhan pangan terus meningkat sejalan dengan pertumbuhan populasi penduduk di Indonesia. Hal ini bisa menimbulkan kedaulatan pangan menjadi terancam.
Bila ingin mandiri dari impor maka sangat penting menjaga eksistensi kaum tani. Mendorong minat generasi muda untuk menjadi petani menjadi prioritas. Upaya menjaga eksistensi kaum tani yang pertama-tama dilakukan adalah mengubah citra petani di mata generasi anak muda.
Teknologi pertanian saat ini sebenarnya mampu mengubah pandangan anak muda soal bertani. Penggunaan peralatan moderen di sektor pertanian perlu diterapkan mulai dari sektor hulu hingga hilir, sejak pengolahan tanah sampai panen. Pemanfaatan peralatan ini berkonsekuensi mengurangi jumlah petani. Akan tetapi itu tidak masalah, karena sebenarnya di bagian lain bisa menyedot lebih banyak tenaga kerja. Penggunaan teknologi bertujuan selain untuk menaikkan produktivitas juga untuk merangsang generasi muda agar berminat menjadi petani dan berbisnis di bidang pertanian.
Dalam rangka menggencarkan penggunaan teknologi di sektor pertanian, pemerintah Indonesia saat ini fokus memperkuat pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia. Strategi pemerintah ini sudah mulai menunjukan hasil, terbukti dengan semakin banyaknya mahasiswa yang belajar di Politeknik Pembangunan Pertanian.
Dalam pertemuan bilateral baru-baru ini, Selandia Baru bahkan mengakui Indonesia berhasil menerapkan strategi untuk menarik minat generasi muda untuk menjadi petani.
Apa yang kita harapkan dari mereka? Para pemuda yang belajar teknologi pertanian ini kelak menjadi petani yang produktif dan bukan malah memilih profesi lain.