10
February

 

Jakarta (voinews.id) : Pemerintah Indonesia melalui Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Ankara kembali menurunkan tim yang bergerak ke wilayah terdampak gempa di Turki. Direktur Perlindungan WNI dan Badan Hukum Indonesia Kementerian Luar Negeri Judha Nugraha, Jumat (10/2), di Kementerian Luar Negeri di Jakarta mengatakan tim kedua itu bergerak pada Jumat pagi menuju ke 6 titik terdampak gempa yaitu Dyarbakir, Malatya, Sanliurfa, Gaziantep, Kahramanmaras dan Hatay.

“Jadi di ke-6 titik ini tim KBRI yang kedua saat ini sedang menuju ke lokasi. Memang tidak mudah karena cuaca musim dingin dan juga akses jalan menuju ke lokasi yang padat dengan berbagai macam kendaraan untuk pertolongan termasuk juga alat-alat berat,” katanya.

Menurut Judha Nugraha, tim kedua yang diturunkan KBRI Ankara bertugas untuk memastikan tidak ada warga negara Indonesia (WNI) yang tidak mendapatkan pertolongan setelah dilanda musibah gempa dengan magnitudo 7,2 Senin (6/2) lalu. Selain itu, tim yang diturunkan tersebut juga bergerak untuk memberikan bantuan logistik.

“Ada 179 paket logistik sudah disiapkan antara lain bahan makanan, selimut, jaket musim dingin, dan juga peralatan bayi,” kata Judha.

Lebih lanjut Judha menjelaskan, tim KBRI Ankara juga bergerak ke Adana untuk mengadakan pertemuan dengan badan penanggulangan bencana Turki. Pertemuan ini dilakukan untuk mengkoordinasikan bantuan yang akan datang dari Indonesia.

“Untuk mengkoordinasikan ketibaan tim MUSAR (Medium Urban Search and Rescue) yang akan segera dikirim oleh Indonesia dan juga tim EMT (Emergency Medical Team) yang juga akan segera dikirimkan oleh Indonesia,” katanya.

Hingga informasi ini diturunkan, tercatat 2 orang WNI meninggal dunia akibat gempa yang terjadi di Turki. 10 orang menderita luka-luka dimana 4 diantaranya sudah dirawat di RS setempat dan 6 lainnya dievakuasi ke Ankara. Menurut Judha, kondisi WNI yang mengalami luka mayoritas didominasi oleh luka akibat tertimpa reruntuhan bangunan dan juga patah tulang.

“Kondisi ke-10 WNI kita yang luka-luka tersebut dalam keadaan stabil,” katanya.

Sementara itu terkait informasi awal yang menyebutkan 5 WNI mengalami hilang kontak, Judha mengatakan, 1 orang ibu dan 2 orang anak sudah bisa dihubungi oleh KBRI Ankara. Menurut Judha, mereka terkendala alat komunikasi yang rusak saat gempa terjadi.

Selain itu, terkait 2 orang pekerja Indonesia yang disebutkan mengalami hilang kontak, menurut Judha, hingga hari ini, 1 dari 2 pekerja tersebut sudah dapat dihubungi, sementara 1 lainnya masih dalam tahap pencarian.

“Posisi pekerja kita ada di Dyarbakir,” kata Judha.

Sementara itu, terkait gempa yang juga melanda Suriah, Judha Nugraha menyampaikan, hingga Jumat (10/2), lebih dari 2 ribu orang meninggal dunia akibat gempa, lebih dari 5 ribu orang mengalami luka-luka dan sekitar 5100 bangunan mengalami kerusakan.

Menurutnya, KBRI Damaskus telah mengirimkan 2 tim ke 2 titik dimana WNI berada, yaitu di Aleppo dan Lattakia.

“Kedua tim tersebut telah berkoordinasi dengan otoritas setempat mengecek ke setiap RS yang ada berkomunikasi dengan WNI alhamdulillah hingga saat ini tidak tercatat ada WNI yang menjadi korban baik meninggal maupun luka-luka,” katanya.

Secara total, ada 116 orang WNI yang tinggal di wilayah terdampak gempa, yaitu di Aleppo, Lattakia, Tartus dan Hama.

09
February

 

Jakarta (voinews.id) : Menteri Luar Negeri Retno Marsudi melakukan serangkaian pertemuan di dalam kunjungannya ke Canberra, Australia. Selain melakukan pertemuan bilateral dengan Menlu Australia Penny Wong dan menghadiri pertemuan Indonesia-Australia 2+2, Menlu Retno juga bertemu dengan Wakil Presiden World Bank Manuella Ferro.

"Dalam pertemuan itu, kita bahas mengenai kolaborasi antara World Bank dengan ASEAN, termasuk proyek bersama yang sudah disetujui yaitu mengenai marine plastic," kata Retno Marsudi dalam keterangan video yang diterima, Kamis (9/2) di Jakarta.

Selain itu, menurut Retno, keduanya juga berdiskusi mengenai prioritas Indonesia di ASEAN.

"Saya harapkan agar World Bank akan terus memberikan dukungan terhadap proyek-proyek kerja sama di ASEAN, termasuk di bidang prioritas seperti kesehatan, gender, perubahan iklim dan juga ekonomi," kata Retno.

Selain bertemu dengan Wakil Presiden World Bank, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi juga melakukan sejumlah courtesy call, yaitu dengan Gubernur Jenderal Australia David Hurley dan Perdana Menteri Anthony Albanese.

Didalam pertemuan dengan keduanya, Menlu Retno menyampaikan hubungan Indonesia dan Australia semakin kuat dan telah membuahkan berbagai kerja sama konkret yang bermanfaat bagi rakyat kedua negara.

"Indonesia dan Australia juga merupakan mitra komprehensif strategis yang sama-sama menganut demokrasi, pengormatan terhadap HAM dan hukum internasional," katanya.

Lebih lanjut, Menlu Retno juga menyampaikan kesiapan rencana penyelenggaraan Annual Leaders Meeting tahun ini di Australia. Ia pun menekankan pentingnya kolaborasi untuk penguatan hilirisasi industri di Indonesia.

Sementara itu, dalam pertemuannya dengan Gubernur Jenderal Australia David Hurley, Menteri Retno Marsudi menekankan pentingnya memajukan people to people contact.

"Dan dengan Gubernur Jenderal, kita tekankan secara khusus mengenai pentingnya people to people contact yang akan menjadi landasan yang sangat kuat bagi upaya untuk terus memajukan hubungan kita dengan Australia," katanya.

Menlu Retno menjelaskan Indonesia telah memutuskan untuk terus memperkuat hubungan dengan Australia. Menurutnya, jika kedua negara terus berkomitmen untuk hal yang sama, kedua belah pihak akan meraih keuntungan dan manfaat yang akan dirasakan oleh rakyat kedua negara.

09
February

 

Jakarta (voinews.id) : Menteri Luar Negeri Retno Marsudi bertemu dengan Menteri Luar Negeri Australia Penny Wong. Pertemuan tersebut dilakukan satu hari sebelum keduanya mengikuti pertemuan Indonesia-Australia 2+2 bersama dengan Menteri Pertahanan RI Prabowo Subianto dan Menteri Pertahanan Australia Richard Marles.

Dalam pertemuan bilateral dengan Penny Wong, Retno Marsudi mengatakan Australia kembali menyampaikan ucapan selamat kepada Indonesia atas kesuksesannya dalam memimpin G20. Selain itu, dirinya pun menyampaikan prioritas-priotas Keketuaan Indonesia di ASEAN tahun ini.

"Australia adalah salah satu dari Mitra Komprehensif Strategis pertama bagi ASEAN. Tahun depan, ASEAN-Australia akan peringati hubungan 50 tahun," katanya dalam keterangan yang disampaikan secara virtual dan diterima di Jakarta, Kamis (9/2).

Di dalam pertemuan tersebut, kedua belah pihak juga membahas upaya penguatan kerja sama bilateral. Menurut Retno, dirinya menekankan pentingnya penguatan isu-isu atau hubungan kerja sama perdagangan, ekonomi serta hubungan antar masyarakat.

"Kemudahan visa bagi warga negara Indonesia ke Australia, saya juga singgung termasuk untuk para pekerja migran terampil Indonesia," katanya.

Selain itu, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi mengatakan, di dalam pertemuannya dengan Menteri Luar Negeri Penny Wong, dirinya juga menekankan pentingnya intensifikasi pengajaran bahasa Indonesia di Australia untuk mendorong penguatan people to people contact.

09
February

Jakarta (voinews.id) : Menteri Luar Negeri Retno Marsudi menyampaikan komitmen kuat Indonesia untuk terus meningkatkan kerja sama bilateral dengan Australia, termasuk di bidang ekonomi. Hal itu disampaikannya dalam pertemuan Indonesia-Australia 2+2 bersama dengan Menteri Pertahanan Prabowo Subianto di Canberra.

“Indonesia Australia-CEPA hendaknya menjadi aset baru untuk lebih meningkatkan hubungan di bidang ekonomi,” katanya dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Kamis (9/2).

Retno Marsudi mengatakan Indonesia menyambut baik terus meningkatnya perdagangan dan juga investasi. Menurutnya, investasi Australia di Indonesia mengalami peningkatan sebesar 270% tahun lalu.

Didalam pertemuan dengan Menteri Luar Negeri Australia Penny Wong dan Menteri Pertahanan Australia Richard Marles, dirinya juga menyampaikan kebijakan Indonesia untuk melanjutkan pembangunan industri hilir.

“Di dalam konteks pembangunan industri hilir ini, Indonesia melihat ada peluang kolaborasi antara Indonesia sebagai produsen utama nikel dengan Australia sebagai produsen utama lithium,” katanya.

Isu lain yang menjadi pembahasan dalam agenda bilateral kedua negara adalah komitmen kedua belah pihak untuk kerja sama keamanan siber dan mengatasi disinformasi digital. Selain itu, kedua negara juga melakukan pembicaraan terkait kebijakan pertahanan dan keamanan.

“Saya tegaskan bahwa upaya kita untuk meningkatkan pertahanan dan keamanan nasional harus dilakukan sebagai building block dalam menciptakan stabilitas dan perdamaian di kawasan yang lebih luas,” kata Retno.

Selain itu, menurut Retno, Indonesia juga menyampaikan kembali pentingnya transparansi kerja sama pakta keamanan trilateral AUKUS dan pentingnya komitmen kepatuhan terhadap non-proliferasi nuklir, serta mematuhi traktat non-proliferasi nuklir (NPT) dan IAEA Safeguards.