(voinews.id)- Pemerintah menyatakan bahwa ancaman krisis pangan dan energi dunia semakin nyata sehingga perlu penguatan produk-produk pertanian di dalam negeri. "Indonesia memiliki potensi pangan yang besar, saatnya memperkuat produksi komoditas pertanian dan pangan yang bersumber lokal," kata Asisten Staf Khusus Wakil Presiden RI Guntur Subagja Mahardika saat menjadi pembicara webinar International Conference on Indonesia and Global Affairs (ICIGA) bertajuk Ketahanan Pangan dan Industri Halal Indonesia.Guntur mengungkapkan, krisis pangan dan tingkat kelaparan di banyak negara semakin meningkat.
Salah satu penyebabnya karena pandemi Covid-19 yang berkepanjangan dan faktor geopolitik, termasuk dampak perang Rusia - Ukraina. Menurut dia, kondisi ini dapat berdampak kepada negara-negara lainnya apabila apabila tidak melalukan langkah-langkah strategis memperkuat ketahanan pangan.
Data Organisasi Pangan Dunia (FAO) memproyeksikan pada tahun 2022 terdapat 181 juta jiwa di 41 negara yang terancam kelaparan. Namun demikian, secara indikator ekonomi pasar pelonggaran pandemi Covid-19, Indonesia justru mampu pulih lebih cepat. Pertumbuhan ekonomi nasional semester I 2022 di atas 5 persen dan tingkat kemiskinan yang pada saat pandemi tembus di atas 10 persen kembali turun menjadi satu digit.
"Hanya saja tingkat ketimpangan pendapatan yang ditunjukkan oleh rasio gini masih tinggi per Maret 2022 sebesar 0,384," katanya. Ketua Center for Strategic Policy Studies (CSPS) Sekolah Kajian Strategic dan Global (SKSG) Universitas Indonesia itu menuturkan, pada masa pandemi Indonesia justru mampu mandiri beras.
Produksi padi surplus sehingga tidak melakukan impor bahkan mendapat penghargaan IRRI swasembada pangan. Data FAO menunjukkan Indonesia sebagai 3 besar produsen padi dunia setelah China dan India, begitu pula dalam komoditas sawit dan minyak sawit di mana Indonesia sebagai produsen terbesar yang diikuti Malaysia dan Thailand.
Tantangannya adalah Indonesia masih mengimpor komoditas utama konsumsi masyarakat seperti kedelai, bahan baku tahu tempe yang 97 persen masih impor, jagung pakan sebagian impor, dan jenis kacang-kacangan bawang putih, dan lainnya juga masih tinggi impornya.
"Masyarakat harus shifting dan mengubah pola hidup dengan mengkonsumsi produk-produk lokal," katanya.
antara
(voinews.id)- Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) mengingatkan pentingnya vaksinasi dosis ketiga atau penguat bagi kelompok lansia guna memberikan perlindungan optimal dari risiko penularan COVID-19.
"Vaksinasi penguat sangat diperlukan oleh lansia dan kelompok rentan lainnya, termasuk mereka yang memiliki komorbid," kata Deputi Bidang Koordinasi Peningkatan Kualitas Kesehatan dan Pembangunan Kependudukan Kemenko PMK Agus Suprapto ketika dihubungi dari Jakarta, Kamis. Agus mengatakan, vaksinasi penguat diperlukan untuk menurunkan angka hospitalisasi dan mencegah sakit dengan gejala yang berat.
"Meskipun kasus COVID-19 sudah mulai terkendali, namun penerapan prokes dan vaksinasi masih menjadi keharusan, termasuk bagi para lansia," katanya. Pemerintah, kata dia, terus mengajak masyarakat untuk mendukung upaya pemerintah dalam meningkatkan cakupan vaksinasi penguat atau booster.
"Masyarakat dapat berperan aktif dengan berinisiatif mendatangi puskesmas terdekat atau gerai-gerai vaksin bagi mereka yang belum mendapatkan vaksinasi dosis penguat," katanya. Sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat mengenai manfaat dosis penguat, kata dia, terus diintensifkan dalam rangka meningkatkan kesadaran dan juga pemahaman mengenai pentingnya vaksinasi.
"Kami kembali meminta agar masyarakat saling mengingatkan anggota keluarga dan juga orang di sekitarnya yang belum mendapatkan dosis penguat agar segera melengkapi diri dengan vaksinasi," katanya.
Sementara itu, Ketua Umum Ikatan Praktisi dan Ahli Demografi Indonesia (IPADI) Sudibyo Alimoeso mengatakan edukasi dan sosialisasi kepada para lansia terkait vaksinasi COVID-19 dan penerapan protokol kesehatan perlu terus digencarkan.
"Hal itu bertujuan untuk meningkatkan pemahaman dan kesadaran para lansia akan pentingnya protokol kesehatan dan vaksinasi COVID-19 guna mencegah penularan COVID-19," katanya.
antara
(voinews.id)- Presiden Joko Widodo mengatakan Pemerintah tetap konsisten memperbaiki aspek-aspek fundamental seperti membangun infrastruktur dan meningkatkan daya saing, meskipun kondisi global sedang sulit.
"Meski dalam keadaan sulit, kita tetap konsisten membenahi hal-hal yang fundamental, infrastruktur terus, karena di situlah pondasi kita dalam jangka menegah dan panjang," kata Presiden Jokowi di Jakarta, Kamis.
Jokowi menyampaikan hal tersebut dalam acara United Overseas Bank (UOB) Economic Outlook 2023 yang juga dihadiri Menteri Koordinator bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, dan pejabat terkait lain.
Upaya peningkatan daya saing, lanjut Presiden, dilakukan dengan membangun infrastruktur konektivitas, seperti jalan, bandara, pelabuhan, dan pembangkit listrik. "Kalau ingin bersaing dengan negara lain, kalau itu kita tidak miliki, stok infrastruktur kita rendah, mana bisa bersaing?" katanya.
Dia menjelaskan Pemerintah juga terus berupaya meningkatkan daya saing bangsa dengan menerapkan hilirisasi sumber daya alam dan menghentikan ekspor bahan mentah.
Secara bertahap, tambahnya, Pemerintah telah memulai untuk menghentikan ekspor bahan mentah seperti nikel. Kemudian, Pemerintah akan menghentikan ekspor bahan mentah timah dan tembaga. Saat kunjungan kerja ke Buton, Sulawesi Tenggara.
Jokowi juga mengambil keputusan untuk menghentikan impor aspal di 2024. Hal itu karena Buton memiliki kekayaan aspal yang melimpah hingga 662 juta ton. "Kenapa sih kita masih impor aspal? Data yang saya terima kira-kira (impor) lima juta ton per tahun," kata Jokowi. Dia juga mengatakan akan memperbaiki hal fundamental di sektor pangan dan energi agar Indonesia memiliki ketahanan dua komoditas strategis tersebut. "Ketahanan pangan, energi terus kami perbaiki, B30 (Biodiesel 30), B40 (Biodiesel 40) ditingkatkan supaya ketahanan energi kita benar-benar kuat," ujarnya.
(voinews.id)- Menteri Luar Negeri Selandia Baru Nanaia Mahuta pada Kamis mengatakan bahwa Amerika Serikat dan China harus terlibat dengan Pasifik melalui Forum Kepulauan Pasifik, dan berusaha memenuhi kebutuhan kawasan tersebut.
Mahuta mengatakan pada sidang komite pemilihan Urusan Luar Negeri dan Perdagangan Selandia Baru bahwa dia telah menyampaikan kepada AS tentang pentingnya bagi mereka dan negara adidaya lain untuk terlibat dengan negara-negara di Pasifik dengan menggunakan sistem yang ada.
Dia mengatakan kegagalan Menlu China Wang Yi untuk mengubah hubungan bilateral menjadi kesepakatan multilateral menunjukkan bahwa negara-negara di Pasifik mulai berpikir tentang bagaimana mereka ingin kepentingan keamanan mereka direfleksikan.
"Saya kira tidak semua dari mereka merasa nyaman dengan negara adidaya mana pun," katanya. Meski AS menganggap Pasifik sebagai halaman belakang maritim mereka sejak Perang Dunia Kedua, pengaruh China telah meningkat dalam beberapa tahun terakhir.
Beberapa negara di Pasifik mengeluh karena terjebak di antara perang pengaruh negara-negara adidaya. AS mengadakan pertemuan puncak selama dua hari dengan para pemimpin Pasifik yang berfokus pada isu seperti perubahan iklim dan kesehatan.
Menlu AS Antony Blinken mengatakan bahwa AS dan negara-negara yang hadir menyepakati "deklarasi kemitraan antara AS dan Pasifik". Mahuta mengaku telah memberi tahu para mitra pertemuan Pasifik Biru bahwa mendengarkan aspirasi negara-negara Pasifik dan kebutuhan mereka merupakan hal penting.
"Saya kira sangat penting bagi kami untuk berkoordinasi dan berkolaborasi di beberapa bidang utama yang dapat membantu Pasifik mencapai prioritas mereka," kata dia.
Sumber: Reuters