(voinews.id)Harga minyak sedikit menguat di perdagangan Asia pada Kamis pagi, memperpanjang kenaikan dari sesi sebelumnya, didukung oleh persediaan minyak mentah yang lebih rendah dan permintaan bensin yang lebih tinggi di Amerika Serikat.
Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman September naik 40 sen atau 0,4 persen, menjadi diperdagangkan 107,02 dolar AS per barel pada pukul 00.10 GMT, setelah naik 2,22 dolar AS pada Rabu (27/7/2022).
Minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS untuk pengiriman September berada di 97,78 dolar AS per barel, terangkat 52 sen atau 0,5 persen, setelah melonjak 2,28 dolar AS di sesi sebelumnya.
Stok minyak mentah AS turun 4,5 juta barel minggu lalu, sementara permintaan bensin AS rebound 8,5 persen minggu ke minggu, menurut data dari Badan Informasi Energi AS.
Ekspor juga naik ke rekor tertinggi karena WTI diperdagangkan dengan diskon tajam terhadap Brent, membuat pembelian minyak mentah AS lebih menarik bagi pembeli asing.
Di sisi permintaan, Federal Reserve AS menaikkan suku bunga acuan overnight sebesar tiga perempat poin persentase, sesuai dengan ekspektasi, untuk mendinginkan inflasi, sementara dolar jatuh di tengah harapan jalur pendakian suku bunga yang lebih lambat.
Dolar yang lebih lemah juga membantu harga minyak mentah mencatatkan beberapa keuntungan karena membuat minyak, yang dihargai dalam dolar, lebih murah untuk dibeli oleh pembeli di negara lain.
Harga juga mendapat dukungan karena Kelompok Tujuh (G7) ekonomi terkaya bertujuan untuk memiliki mekanisme pembatasan harga pada ekspor minyak Rusia pada 5 Desember, seorang pejabat senior G7 mengatakan pada Rabu (27/7/2022).
Pertumbuhan produksi minyak mentah AS juga dapat dibatasi oleh ketersediaan peralatan dan kru fracking, serta kendala modal, kata para eksekutif minggu ini.
Sementara itu, Rusia telah memotong pasokan gas melalui Nord Stream 1 - penghubung gas utamanya ke Eropa - menjadi hanya 20 persen dari kapasitas. Itu dapat menyebabkan beralih ke minyak mentah dari gas dan menopang harga minyak dalam jangka pendek, kata para analis.
(voinews.id)Presiden Joko Widodo melakukan pertemuan bilateral dengan Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida membahas peningkatan kerja sama ekonomi kedua negara,di Tokyo, Jepang. Presiden Jokowi mengundang Jepang untuk berinvestasi di berbagai bidang dan meminta para investor yang sudah ada untuk mempercepat penyelesaian beberapa proyek strategis di Indonesia.
antara
(voinews.id)Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto meminta akses pasar untuk ekspor tuna kaleng ke Jepang saat bertemu dengan Menteri Ekonomi, Perdagangan dan Industri (METI) Jepang Koichi Hagiuda.
“Kami melihat ada complementary antara demand di Jepang dan supply di Indonesia atas produk tuna ini, sehingga Indonesia berharap Jepang dapat menurunkan tarif untuk produk tuna Indonesia agar Indonesia memiliki level playing field yang sama dengan negara lain di kawasan,” kata Menko Airlangga dalam keterangan resmi yang diterima di Jakarta, Senin.
Permintaan tersebut disampaikan Menko Airlangga karena Thailand saat ini telah memiliki tarif yang lebih rendah untuk mengekspor tuna mereka ke Jepang. Isu tersebut merupakan bagian dari Indonesia–Japan Economic Partnership Agreement (IJEPA) yang general review pada 2019 lalu dan saat ini masih diadakan pembahasan protokol antara tim negosiasi kedua negara.
Kedua menteri juga membahas perkembangan terkait kerjasama Forum Public and Private Dialogue Track 1.5 : Japan Indonesia Co-Creation Partnership for Innovative.
“Pemerintah Indonesia dan Pemerintah Jepang telah menyepakati sejumlah bidang kerja sama, yaitu pengembangan sumber daya manusia, teknologi digital, rantai pasok dan promosi industri hijau. Ini termasuk proyek pengembangan sumber daya manusia yang bekerja sama dengan Badan Pendidikan dan Pelatihan Kerja (BPPK) Bekasi atau yang lebih dikenal dengan CEVEST,” ujar Airlangga.
antara
(voinews.id)Satuan Tugas (Satgas) Penanganan COVID-19 menginformasikan kasus positif COVID-19 di Indonesia bertambah 4.048 pada Senin sehingga total pada saat ini mencapai 6.172.390 orang.
Menurut data Satgas Penanganan COVID-19 yang dikutip ANTARA di Jakarta, Senin, diketahui bahwa tambahan kasus positif COVID-19 terbanyak disumbang oleh DKI Jakarta, yaitu sebanyak 2.168 orang terinfeksi COVID-19.
Selanjutnya Provinsi Jawa Barat dengan tambahan 698 orang positif COVID-19, Banten 534 orang, Jawa Timur 220 orang, Bali 132 orang, dan Jawa Tengah 61 orang.
Sementara itu kasus sembuh COVID-19 di Tanah Air bertambah 4.023 orang sehingga jumlah total keseluruhan yang telah sembuh hingga saat ini menjadi 5.975.011 orang.
Berdasarkan data dari Satgas diketahui bahwa penambahan kasus sembuh COVID-19 paling banyak berasal dari DKI Jakarta sebanyak 2.377 orang, selanjutnya Jawa Barat 644 orang, Banten 317 orang, Jawa Timur 250 orang, Bali 105 orang, dan Jawa Tengah 80 orang.
Berdasarkan data juga diketahui bahwa terdapat 14 kasus meninggal akibat COVID-19 di Indonesia, yakni tiga berasal dari DKI Jakarta, dua dari Jawa Barat, satu dari Jawa Timur, tiga dari Bali, satu dari Jawa Tengah, satu dari Kalimantan Selatan, satu dari Sumatera Utara, satu dari Sumatera Selatan, dan satu dari Sulawesi Utara.
Sementara itu, kasus aktif di Tanah Air meningkat sebanyak 11 orang sehingga total hingga saat ini terdapat 40.463 orang yang masih menjalani perawatan.
Terkait kondisi peningkatan kasus COVID-19 tersebut, Satgas Penanganan COVID-19 kembali mengingatkan masyarakat untuk terus memperkuat protokol kesehatan guna mencegah penyebaran COVID-19 mengingat saat ini masih dalam masa pandemi COVID-19.
Protokol kesehatan yang dimaksud antara lain menggunakan masker, mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir, menjaga jarak dan juga menghindari kerumunan.
Satgas juga mengingatkan masyarakat untuk melengkapi vaksinasi mulai dosis pertama hingga dosis penguat atau "booster".
Sebelumnya Ketua Umum Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) Dr. dr. Agus Dwi Susanto, Sp.P(K) mengajak masyarakat untuk segera melengkapi diri dengan vaksinasi COVID-19 guna mencegah risiko terjadinya long COVID-19 atau sindrom pasca-COVID-19.
"Risiko terjadinya long COVID-19 atau sindrom pasca-COVID-19 meningkat ketika seseorang terinfeksi COVID-19 dengan gejala berat. Karena itu, dengan mendapatkan vaksinasi lengkap hingga booster diharapkan tidak bergejala berat dan tidak mengalami sindrom pasca-COVID-19," katanya.
antara