VOI PESONA INDONESIA Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur terkenal dengan keunikan budayanya. Di wilayah ini, ada tarian perang yang diberi nama tarian Tua Reta Lou.Tarian adat ini sudah dikenal dari generasi ke generasi. Tarian ini ada sejak generasi ke-10.Tua Reta Lou adalah salah satu tarian tradisional yang berasal dari kampung Hewokloang-Seusina Raya, meliputi kampung Hewokloang, He'o, dan Kewa-Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur.
Tarian ini menggambarkan teknik berperang dan bagaimana leluhur mereka pada waktu itu mengalahkan lawannya hanya dengan sebatang bambu.Tarian tersebut terdiri atas 3 tarian yang dikombinasikan, yaitu tarian Awi Alu, tarian Mage Mot dan tarian Tua Reta Lou. Tarian itu ditarikan secara beruntun oleh belasan penari perempuan dan laki-laki. Biasanya para penari akan diiringi dengan tabuhan irama gong waning dengan berbagai jenis pukulan. Ketiga tarian tersebut berkaitan dengan ketangkasan perang yang wajib dimiliki oleh setiap laki-laki.
Tarian Awi Alu menggambarkan latihan ketangkasan tubuh bagian bawah. Pada tahap ini para penari akan melompat diantara tongkat-tongkat kayu atau bambu yang dibenturkan oleh penari lain. Selanjutnya ada tarian Mage Mot. Tujuan tarian Mage Mot ditujukan untuk melatih ketangkasan tubuh bagian atas. Pada tarian Mage Mot tongkat akan ditempatkan sejajar dengan leher. Terakhir adalah tarian Tua Reta Lou yang menunjukkan keterampilan mengintai. Pada sesi ini seorang penari pria lengkap dengan pedangnya akan dinaikkan ke sebuah tiang bambu oleh teman-temannya. Si penari akan bertumpu pada ujung tiang dengan perutnya. Ia berputar ke segala arah seperti sedang memantau keadaan sedangkan beberapa penari wanita menari di sekeliling mereka.
VOI PESONA INDONESIA Malang adalah salah satu kota di Jawa Timur yang mempunyai udara sejuk. Kali ini kami akan perkenalkan kepada anda Air terjun Sumber Pitu yang terletak di Dusun Tulungrejo, Desa Pujon Kidul, Kecamatan Pujon, Malang, Jawa Timur. Air terjun ini sekarang dikelola oleh Perhutani. Air Terjun Sumber Pitu ini masih alami dan letaknya tersembunyi di tengah hutan. Masyarakat Pujon Kidul biasa menyebutnya dengan Sumber Pitu atau Air Terjun Tujuh.
Sangat disarankan, bahwa pengunjung yang ingin menikmati air terjun Sumber Pitu adalah benar-benar pecinta alam ataupun wisatawan yang mempunyai minat khusus, karena jalan masuk ke kawasan Air Terjun Coban Sumber Pitu ini terhitung cukup berat untuk dilalui. Pengunjung harus berjalan kaki sejauh 7 Km untuk sampai ke lokasi air terjun. Dalam perjalanan pengunjung harus melintasi jalan setapak yang sangat berbahaya dan juga melewati sejumlah perbukitan, menembus hutan pinus dan hutan belantara serta padang rumput dengan jurang yang amat curam di kiri kanannya. Walaupun perjalanan menuju lokasi cukup sulit, tetapi dalam perjalanan, anda juga dimanjakan dengan pemandangan yang indah.
tanda jika lokasi Sumber Pitu sudah dekat adalah adanya suara bunyi air yang cukup deras, udara dingin, lembab dan tumbuhan di sekitar terlihat basah.Setelah itu pengunjung akan disambut dengan air terjun yang cukup besar. Walaupun namanya Sumber Pitu, di kawasan hutan lindung ini sedikitnya terdapat 14 coban atau air terjun yang jaraknya saling berdekatan. Meskipun jumlahnya ada sembilan air terjun , tetapi warga sekitar tetap menamainya Coban Sumber Pitu.
Di depan Coban Sumber Pitu terdapat sebuah batang pohon yang berusia puluhan tahun dan telah tumbang. Akar pohon ini terangkat ke atas dan sekarang menjadi tempat pengambilan foto yang menawan. Perpaduan antara keindahan, kedamaian, tantangan serta panorama yang ada di Sumber Pitu sungguh menarik perhatian pengunjung yang datang. Air Terjun Sumber Pitu yang mempunyai tinggi kurang lebih 70 meter di tengah hutan ini memang memiliki pesona yang luar biasa. Selain itu, di dekat sumber air terjun terdapat hamparan rumput lebat yang bisa digunakan untuk bersantai//.
Gunung Sewu merupakan kawasan karst tropik terluas di Asia tenggara. Daerah ini secara administrasi termasuk wilayah Kabupaten Gunungkidul, DI Yogyakarta; Kabupaten Pacitan, JawaTimur; dan Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah. Deretan pegunungan Sewu terbentuk karena pengangkatan dasar laut ribuan tahun silam. Batuan kapur menjadi ciri khas pegunungan ini. Pegunungan ini memiliki bentang alam kawasan karst yang sangat unik, hal tersebut dicirikan dengan adanya fenomena di permukaan (eksokarst) dan bawah permukaan (endokarst). Karena keunikan ekosistemnya, maka tahun 1993 International Union of Speleology mengusulkan agar Kawasan Karst Pegunungan Sewu masuk ke dalam salah satu warisan alam dunia. Pada September 2015, UNESCO menetapkan kawasan Pegunungan Sewu sebagai kawasan geopark dunia.
Dikukuhkannya Geopark Gunung Sewu menjadi Gunung Sewu Unesco Global Geopark dalam simposium di Totton City, Jepang, 19 September 2015, membawa perubahan positif bagi dunia pariwisata dan penelitian di Indonesia, khususnya di kawasan Gunung Sewu. Geopark Gunung Sewu memiliki Gunung Api Purba Nglanggeran yang berlokasi di Desa Nglanggeran, Kecamatan Patuk, Kabupaten Gunung Kidul, yang yang berada pada deretan Pegunungan Baturagung. Gunung ini merupakan suatu gunung api purba yang terbentuk sekitar 0,6-70 juta tahun yang lalu. Pendakian menuju puncak Gunung Api Purba Nglanggeran berdurasi kurang lebih dua jam, Jika berangkat sore, turis bisa menikmati matahari terbenam dari puncaknya. Ada dua hutan di Geopark Gunung Sewu, yakni Hutan Wanagama yang berlokasi di Desa Banaran, Kecamatan Playen, dan Hutan Wisata Turunan yang berlokasi di Desa Girisuko, Kecamatan Panggang. Keduanya berada di Kabupaten Gunungkidul.
Terdapat juga Lembah Kering Sadeng – atau Bengawan Solo Purba, berlokasi di Desa Pucung, Kecamatan Girisubo, Kabupaten Gunungkidul. Medannya yang berbukit dan berkelok membuat area ini kerap dikunjungi para turis yang hobi bersepeda downhill. Lalu ada juga Lembah Karst Mulo yang berlokasi di Desa Mulo, Kecamatan Wonosari, Kabupaten Gunungkidul. Beragam wahana permainan di ketinggian bisa dijajal di sini. Air Terjun Sri Gethuk berlokasi di Desa Bleberan, Kecamatan Playen, Kabupaten Gunungkidul. Ada juga Air terjun yang berada di tepi Sungai Oyo. Untuk menikmati keindahannya Anda harus menyusuri sungai dengan rakit. Di musim kemarau, airnya terlihat jernih biru. Air yang jatuh dari Tebing Setinggi 25 meter ini berasal dari tiga sumber mata air, yaitu mata air Ngandong, Dong Poh, dan Ngumbul.
Disini juga terdapat Gua Jomblang, Gua Pindul, Gua Kali Suci, dan Gua Cokro masuk dalam area Geopark Gunung Sewu. Kegiatan wisata seperti caving dan tubing bisa dilakukan di sini. Pemandangan stalakmit dan stalaktit-nya juga sangat mempesona. Anda wajib masuk gua dengan bantuan pemandu wisata demi menjamin keselamatan. Keunikan lain pegunungan Sewu ini adalah letaknya yang tidak jauh dari pantai. Pantai Baron dikenal sebagai salah satu spot memancing yang paling menantang di Indonesia. Sementara Pantai Wediombo populer menjadi spot surfing karena gulungan ombaknya yang dahsyat. Bagi Anda yang ingin memiliki petualangan tentu destinasi wisata gunung Sewu ini adalah tempat yang tepat bagi Anda.
11 Agustus 2021, umat Islam merayakan tahun baru Hijriah 1443. Bagi Indonesia yang mayoritas penduduknya beragama Islam, Tahun Baru Hijriah menjadi momentum penting. Tahun Baru Islam tahun ini menjadi lebih istimewa, karena jatuh satu minggu menjelang Peringatan Hari Ulang Tahun ke-76 Kemerdekan Republik Indonesia dan masih dalam masa berjuang mengatasi pandemi Covid-19.
Presiden Joko Widodo dalam sambutan Peringatan Tahun Baru Islam 1 Muharram 1443 Hijriah menyampaikan harapannya agar momentum tahun baru 1 Muharam ini dapat dimanfaatkan untuk melipatgandakan ikhtiar melawan Covid-19. Dalam sambutan yang disiarkan melalui akun YouTube Sekretariat Presiden, Senin (9/8), Kepala negara juga menyampaikan Proklamasi 17 Agustus 76 tahun yang lalu merupakan wujud hijrah bangsa Indonesia melepaskan diri dari kolonialisme untuk menjadi bangsa yang merdeka dan berdaulat. Presiden Joko Widodo menekankan bahwa momentum ini harus dimanfaatkan untuk melipatgandakan ikhtiar lahiriah dan batiniah dalam melawan pandemi Covid-19.
Harapan Presiden Joko Widodo tentunya harus didukung oleh seluruh rakyat Indonesia. Memang pandemi Covid-19 telah lebih menguatkan semangat gotong royong bangsa Indonesia. Tetapi itu saja tidak cukup. Kesadaran, kepatuhan dan kedisiplinan setiap orang di bumi Indonesia melaksanakan protokol kesehatan adalah hal utama. Ikhtiarnya itu justru yang akan membawa bangsa Indonesia bisa segera keluar dari pandemi Covid-19. Kedisiplinan dan kepatuhan dalam melaksanakan protokol kesehatan saat ini bisa menjadi dasar untuk disiplin dan patuh menjalankan aturan, kebijakan, himbauan dalam segala bidang. Ikhtiar terlihat sederhana, tetapi berkontribusi besar untuk Indonesia menjadi lebih tangguh dan terus tumbuh.
Hakikat dari pergantian tahun dan pertambahan usia adalah perubahan. Tentunya ke arah dan kondisi yang lebih baik. Hakikat itu telah dituangkan dalam tema Peringatan Hari Ulang Tahun ke-76 Kemerdekaan, yaitu “Indonesia Tangguh, Indonesia Tumbuh”. Ini menjadi tugas dan kewajiban seluruh rakyat Indonesia untuk mewujudkannya. Upaya itu bisa dibuktikan dengan mendukung program percepatan vaksinasi. Melakukan kreasi dan inovasi untuk bangkit dari keterpurukan ekonomi yang terdampak Covid-19. Dengan ikhtiar seluruh rakyat Indonesia tanpa kecuali, diiringi dengan keyakinan dan doa, Insya Allah Indonesia akan semakin tangguh bisa segera keluar dari pandemi Covid-19, dan tumbuh dalam segala sektor.