ofra voi

ofra voi

23
December

Pondok Pesantren merupakan bagian pendidikan berbasis keagamaan yang sudah ada sebelum Indonesia merdeka. Kemunculan pesantren dalam Lembaga Pendidikan diawali dari masa peralihan kerajaan Majapahit ke Kerajaan Islam pertama Demak. Seiring berjalan waktu, pesantren terus berkembang dari yang model tradisional menuju era modern. Tidak dapat dipungkiri bahwa keberadaan pesantren dalam mengisi kemerdekaan dan pembangunan negara cukup signifikan. Para santri yang mengenyam pendidikan di pondok kini bukan hanya bekerja sebagai pendakwah atau pengajar di institusi keagamaan tetapi juga sudah tersebar di berbagai lapangan kerja.

Terkait hal pesantren, dalam muktamar ke-34 Nahdlatul Ulama -NU di Pondok Pesantren Darussa’adah, Kabupaten Lampung Tengah, Provinsi Lampung, Presiden Joko Widodo dalam pidatonya Rabu (22/12) mengajak para kader NU untuk menghadapi pesatnya kemajuan teknologi yang dapat mengubah kegiatan sehari-hari. Dengan kemajuan teknologi saat ini, pemuda dan para santri NU dapat menggerakkan ekonomi umat secara bersama-sama guna menciptakan kesejahteraan yang dapat dirasakan oleh semua pihak. Presiden juga mengatakan bahwa saat ini, Indonesia menjadi Presidensi G-20, sebuah forum global penyumbang 80 persen produk domestik bruto (PDB) dunia. Sebagai pemegang keketuaan G-20, Indonesia ingin mempengaruhi kebijakan-kebijakan dunia mengenai digitalisasi, perubahan iklim dan ekonomi hijau.

Tidak dapat dipungkiri bahwa keberadaan NU dengan sejumlah pesantrennya secara khusus dan pesantren-pesantren lainnya secara umum telah memberikan peranan penting dalam pergerakan kemerdekaan Indonesia di zaman kolonial hingga pasca kemerdekaan 1945. Karena dengan perubahan dalam dunia pendidikan di pesantren menuju modernisasi dengan tidak meninggalkan sisi sejarah ketradisionalannya akan membuat Indonesia menjadi lebih baik lagi ke depan. Apalagi saat ini, ditengah pandemi Covid-19, peran pesantren dan santrinya dalam memerangi ancaman virus, melakukan vaksinasi menjadi model percontohan bagi masyarakat sekitar dan dunia pendidikan lainnya.  Selain itu, model pesantren merupakan ciri khas pendidikan keagamaan di Indonesia. Sehingga, model pendidikan dan keilmuan yang menerima kemajuan zaman dapat memberikan kesempatan para santri dan kader NU untuk dapat berkontribusi dalam berbagai aspek, khususnya pembangunan SDM dengan pendekatan agama.

Selain itu, kemandirian NU sebagai salah satu organisasi keagamaan terbesar di Indonesia mampu memberikan warna dalam pembangunan Indonesia. NU sebagai aset bangsa Indonesia, organisasi ini sudah menjadi milik masyarakat akar rumput yang tersebar hampir di setiap wilayah Indonesia dan hal ini menjadi kekuatan sosial politik ekonomi yang mampu menunjukan jati diri bangsa. Sehingga, keberadaannya diperhitungkan oleh berbagai pihak baik di dalam maupun di luar negeri.

20
December

VOI PESONA INDONESIA Rapa'i Geleng adalah tarian yang berasal dari Manggeng, yang sekarang masuk kawasan Kabupaten Aceh Barat Daya. Tarian ini diperkirakan sudah berkembang sejak tahun 1965, namun baru marak di tahun 1980-an dan dikenal secara luas setelah dipertunjukkan dalam Pekan Kebudayaan Aceh tahun 2004. Tidak diketahui secara jelas siapa penciptanya. Tarian ini menggunakan alat musik tabuh Rapa’i, yaitu alat musik perkusi sejenis rebana yang berkembang seiring dakwah Islam di wilayah pesisir Aceh. Saat tarian ini berlangsung penarinya sering menggelengkan kepala, sehingga tarian ini kemudian dikenal dengan nama Rapa’i Geleng.  

Pada mulanya, Tarian Rapai Geleng di bawakan untuk mengisi kekosongan waktu santri yang jenuh usai belajar. Lalu, tarian ini dijadikan sarana dakwah dan kemudian sekarang berkembang menjadi sarana hiburan. Tarian ini juga sering dipertunjukkan pada upacara perkawinan, sunatan, serta pertunjukan pada acara-acara penyambutan tamu kehormatan.

Tari Rapa’i Geleng dibawakan oleh 12 penari. Tarian ini pada awalnya hanya dilakukan oleh laki-laki, namun pada perkembangannya dapat juga ditarikan oleh perempuan, tentunya ditarikan secara terpisah. Saat menari, penari mengenakan kostum berwarna hitam-kuning berpadu manik-manik merah. Mereka menari dengan tabuhan gendang sambil bernyanyi. Syair yang dibawakan adalah sosialisasi kepada masyarakat tentang bagaimana hidup bermasyarakat, beragama dan solidaritas yang dijunjung tinggi. Bagi masyarakat Aceh, tarian ini adalah syiar agama, menanamkan nilai moral kepada masyarakat, dan juga menjelaskan tentang bagaimana hidup dalam masyarakat.

20
December

VOI KOMENTAR Institusi pendidikan tinggi Indonesia diminta terus melakukan transformasi dan memperkuat kolaborasi dengan berbagai pemangku kepentingan termasuk dunia usaha dan dunia industri, pemerintah, lembaga non-pemerintah, organisasi profesi, masyarakat, dan media. Dua upaya ini penting agar perguruan tinggi dapat menjawab tantangan perubahan zaman.

Wakil Presiden Ma’ruf Amin saat hadir di acara International Seminar and Conference on Global Issues ke-5 Tahun 2021 secara daring, Sabtu lalu (18/12) mengatakan, transformasi dan kolaborasi diperlukan untuk menjadikan pendidikan Indonesia tinggi berkelas dunia.

Berdasarkan penilaian dari QS World Universities Ranking 2022, ada tujuh universitas di Indonesia yang masuk dalam daftar 1.000 universitas terbaik di dunia, termasuk Universitas Gajah Mada yang berada di posisi ke-254 dan Universitas Indonesia di peringkat ke-290.

Dalam pemeringkatan, metodologi yang digunakan dengan melakukan penilaian setiap institusi berdasar enam indikator di antaranya kolaborasi riset dengan pihak internasional, reputasi akademik, reputasi lulusan.

Menurut Wakil Presiden, kolaborasi dan transformasi dapat diterapkan dalam beberapa kerangka. Pertama, peremajaan tata kelola dan manajemen sistem pendidikan, termasuk riset dan pengembangan, dengan mengedepankan good university governance. Selain itu, pendidikan tinggi sebagai motor inovasi dapat menginisiasi kolaborasi dalam bentuk joint-research. Hal ini penting agar pembiayaan semakin efisien, serta pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi selaras dengan kebutuhan industri dan masyarakat.

Kedua,peninjauan metodologi penelitian agar adaptif dengan kemajuan teknologi informasi. Ia mencontohkan, banyak lembaga riset telah memanfaatkan kecerdasan buatan dan big data dalam survei massal.

Upaya ketiga adalah peningkatan kerja sama internasional antar universitas pada tataran individu, seperti program pertukaran antar dosen maupun antar mahasiswa. Ma’aruf Amin berharap program ini dapat meningkatkan kualitas penelitian dosen, kualitas alumni, model pengajaran dan pembelajaran, hingga program pengabdian masyarakat.

Kemudian, ia meminta pendidikan tinggi sebagai pusat budaya dan penggerak perubahan sosial menuju masyarakat yang demokratis, berpandangan maju, sekaligus beriman dan berakhlak mulia.

Jika poin-poin dalam kolaborasi dan transformasi ini dapat dilaksanakan, maka harapan untuk menjadikan Universitas di Indonesia berkelas dunia dan menjawab tantangan jaman dapat dicapai.

19
December




VOI PESONA INDONESIA Jika suatu hari anda bisa berkunjung ke Indonesia, berwisatalah ke Aceh. Berwisata ke Aceh, janganlah lupa membeli produk khas daerah tersebut sebagai buah tangan anda. Disana ada beragam produk khas Aceh yang bisa anda beli sebagai buah tangan. Ada kopi ataupun rencong, senjata tradisional masyarakat Aceh. Namun jika anda sedang jalan-jalan ke Kabupaten Pidie, di Aceh, anda bisa membawa pulang manisan tebu sebagai buah tangan, sekaligus melihat langsung cara pembuatannya yang cukup unik.

Sesuai namanya, manisan ini terbuat dari air tebu. Proses membuatnya tidaklah mudah, namun cukup unik, karena masih menggunakan cara-cara tradisional. Tebu hasil panen terlebih dahulu harus dipotong, lalu dibersihkan. Kemudian potongan tebu digiling. Untuk menggilingnya, masyarakat Aceh masih menggunakan tenaga kerbau, untuk menggerakkan penggiling tebu. Air tebu yang dihasilkan dimasak dengan menggunakan kayu bakar. Proses memasak air tebu menjadi manisan ini membutuhkan waktu cukup lama, hingga delapan jam. Selama delapan jam inilah, air tebu harus terus diaduk, agar tidak mengeras.


Membuat manisan tebu merupakan salah satu tradisi bagi sebagian masyarakat Aceh. Sebenarnya sebelum Indonesia merdeka, masyarakat Aceh sudah membuat manisan tebu. Namun sejak ada konflik Aceh yang dulu sempat terjadi, mereka sempat menghentikan aktivitas pembuatan manisan tebu. Kini sejak Aceh sudah damai kembali, aktivitas pembuatan manisan ini kembali dilakukan.
Apalagi permintaan manisan tebu dari hari ke hari semakin besar. Selain langsung disantap, manisan ini biasanya merupakan bahan tambah dalam pengolahan kuliner rujak Aceh. Ada juga yang menjadikan manisan tebu sebagai obat penyakit tertentu, yang pastinya tidak menggunakan bahan pengawet.

anda bisa membeli manisan tebu di berbagai daerah di Aceh. Salah satunya di Kabupaten Pidie. Untuk menuju kesana, anda bisa menempuh waktu sekitar 3 jam dari Kota Banda Aceh, ibukota provinsi Aceh. Atau, anda dapat menempuh perjalanan selama 20 menit saja dari Kota Sigli, ibukota Kabupaten Pidie. Disana, manisan tebu dijual sebesar Rp. 5000 hingga Rp. 10.000 untuk manisan cair, dan Rp. 10.000 hingga 15.000 untuk manisan kental.