Suprapto

Suprapto

02
July

Desa Colol di Kecamatan Poco Ranaka Timur, Kabupaten Manggarai Timur (Matim), Nusa Tenggara Timur sejak lama dikenal sebagai daerah penghasil kopi. Kini desa ini ditetapkan sebagai desa wisata berbasis kopi. Kopinya dikenal dengan nama Kopi Colol. Kopi Colol sudah terkenal di tingkat Internasional. Kopi ini sudah pernah mendapatkan beberapa penghargaan dan kemenangan dalam berbagai festival kopi tingkat nasional. Awal mula petani setempat menanam kopi di Colol adalah bibit kopi yang dibawa oleh orang Belanda. Berawal dari Colol kemudian kopi disebarluaskan ke seluruh petani di Manggarai Raya. Saat ini Kopi Colol sudah diekspor ke Amerika Serikat dan negara-negara di Eropa.

Kampung Colol berada di sebuah lembah berhawa dingin dan tanahnya subur untuk ditanami berbagai jenis tanaman holtikultura. Berwisata ke desa wisata ini, anda bisa menikmati segarnya udara dan asrinya desa wisata ini. Karena merupakan desa wisata berbasis kopi, tentu anda harus menikmati uniknya citra rasa kopi Colol. Anda juga bisa berwisata agrobisnis sekaligus ikut panen kopi bersama petani di Kampung Lembah Colol. Musim panen kopi di wilayah Manggarai Raya biasanya berlangsung dari Juni hingga Agustus.

Tak hanya itu, berwisata ke desa Colol, anda bisa juga menyaksikan dan merasakan tradisi-tradisi masyarakat setempat. Warga masyarakat di Manggarai Timur memiliki tradisi Inung Kopi Pait (minum kopi pahit). Jadi apabila bertamu di rumah-rumah orang Manggarai Timur maka mereka akan menyuguhkan kopi pahit (Inung Kopi Pait). Saat ini petani di Kampung Lembah Colol serta kampung lain di Manggarai Raya sedang musim panen kopi. Memang disarankan berkunjung ke desa wisata ini lebih baik saat musim panen kopi.



01
July

VOI WARNA WARNI Tim dosen Program studi Teknik Elektro Fakultas Teknik (FT) UGM mengembangkan alat pengukur suhu tubuh dengan pemindai wajah atau thermal imaging. Tim pengembang thermal imaging, Dr. Igi Ardiyanto menjelaskan, alat ini akan mengukur emisi termal/panas yang dipancarkan oleh objek yakni manusia di depan alat. Selain fitur pengukur suhu tubuh, alat juga dilengkapi fitur pendeteksi wajah dan fitur penggunaan masker.

Dengan alat yang dikembangkan bersama dengan Addyn Suwastono, M.Eng., dan Dr. Eka Firmansyah ini, suhu tubuh manusia dapat diketahui tanpa harus bersentuhan secara fisik atau didekatkan dengan objek. Alat ini mampu mendeteksi suhu tubuh dalam jangkauan hingga 2 meter di depan alat.Pada umumnya penggunaan thermal scanner harus didekatkan pada wajah objek dalam jarak yang sangat dekat. Sementara itu, masyarakat direkomendasikan untuk menjaga jarak minimal 1 meter untuk mencegah penyebaran Covid-19.

Oleh sebab itu, tim berusaha membuat inovasi alat pengukur suhu tubuh yang dapat mendeteksi suhu dalam batas aman jaga jarak untuk meminimalkan penularan virus. Alat ini bekerja dengan mengukur suhu tubuh berdasar radiasi termal objek, memindai wajah, dan penggunaan masker.

thermal imagine dilengkapi kamera dengan resolusi 160 pixel sehingga memungkinkan secara akurat dan cepat dalam mengukur suhu tubuh. Alat ni dapat diatur tidak hanya untuk mengenali wajah saja. Namun, alat ini juga bisa mendeteksi penggunaan masker. Apabila objek terdeteksi tidak memakai masker maka akses masuk ke ruangan akan langsung ditolak.

Pengembangan alat ini disebutkan sebagai persiapan memasuki tatanan kenormalan baru, khususnya di kampus UGM. Dengan alat ini diharapkan dapat membantu dalam mengukur suhu tubuh sebagai bagian upaya mencegah penularan Covid-19 di lingkungan kampus. (VOI)

01
July

VOI PESONA INDONESIA Istano Basa yang lebih terkenal dengan nama Istana Pagaruyung, adalah sebuah istana yang terletak di kecamatan Tanjung Emas, kota Batusangkar, kabupaten Tanah Datar, Sumatra Barat. Istano Basa yang berdiri sekarang sebenarnya adalah replika dari yang asli. Istano Basa yang asli terletak di atas bukit Batu Patah dan dibakar habis pada tahun 1804 oleh kaum paderi yang kala itu memerangi para bangsawan dan kaum adat. Istana tersebut kemudian didirikan kembali namun kembali terbakar tahun 1966. Istana tersebut dibangun lagi pada tahun 1976 sebagai replika dari istana Pagaruyung asli. Istana tersebut dibangun setelah pemberantasan gerakan Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia (PRRI) pada tahun 1958, yang berpusat di Sumatra Barat. 

Proses pembangunan kembali Istano Basa dilakukan dengan peletakan tunggak tuo (tiang utama) pada 27 Desember 1976 oleh Gubernur Sumatra Barat waktu itu, Harun Zain. Bangunan baru ini tidak didirikan di tapak istana lama, tetapi di lokasi baru di sebelah selatannya. Pada akhir 1970-an, istana ini telah bisa dikunjungi oleh umum. Setelah selesai dibangun, istana menjadi dikenal publik sebagai tempat kunjungan wisata dan museum. Istana ini tidak dibangun pada situs aslinya tetapi berpindah ke sebelah selatan dari situs aslinya. Istano Basa ini berjarak lebih kurang 5 kilometer dari pusat kota Batusangkar. Istana ini merupakan objek wisata budaya yang terkenal di Sumatra Barat. 

Istana Pagaruyung asli dibangun seluruhnya dengan batang-batang kayu. Namun, bangunan yang terbaru dibangun dengan struktur beton modern. Istano Basa Pagaruyuang dibangun dengan mempertahankan teknik tradisional dan material kayu yang dihias dengan 60 ukiran yang menjelaskan filosofi dan budaya Minangkabau. Istana ini memiliki tiga lantai dengan 72 tiang dan gonjong sebagaimana pada umumnya Rumah Gadang, yang dilengkungkan serupa tanduk dari 26 ton serat ijuk. Istana ini juga dilengkapi dengan lebih dari 100 replika furnitur dan artefak antik Minang, yang bertujuan agar istana dihidupkan kembali sebagai pusat budaya Minangkabau serta objek wisata di Sumatera Barat. 

30
June

Objek Wisata Istana Siak Assereyah Hasyimiah atau Istana Matahari Timur di Riau, kembali menerima kunjungan wisatawan.  Seperti destinasi wisata lainnya, wisatawan harus mematuhi protokol kesehatan untuk mencegah penyebaran Covid-19. Selain itu, wisatawan tak bisa langsung masuk ke dalam istana yang merupakan peninggalan pemerintahan Sultan Syarif Hasyim dan dibangun pada tahun 1889. Wisatawanwajib mengantre menunggu giliran untuk dapat masuk tenda yang telah disediakan. Jika sudah waktunya masuk, wisatawan punya waktu 20 sampai 30 menit untuk menikmati suasana di dalam Istana Siak.

Istana Asserayyah Al Hasyimiah atau yang disebut juga Istana Matahari Timur dikerjakan oleh arsitek dari Jerman yang mengadopsi gaya arsitektur Eropa, India, Arab serta perpaduan Melayu tradisional. Keindahan istana ini sudah terlihat mulai dari pintu masuk gerbang istana yang dihiasi sepasang burung elang yang terbuat dari perunggu sedangmenyambar dengan mata yang memancar tajam. Burung elang merupakan tanda kebesaran dan keberanian serta kemegahan kerajaan Siak pada masanya. Di dalam Istana Siak terdapat beragam koleksi peninggalan kerajaan Siak yang dapat disaksikan, seperti Mahkota Kerajaan Siak, Lambang dan bendera, Payung kerajaan, Singasana, Komet serta koleksi foto-foto. Jika melihat mahkota kerajaan Siak, anda akan melihat sebuah mahkota berlapis emas dan bertabur permata. Mahkota kerajaan ini dibuat semasa pemerintahan Sultan Siak ke-10. Bendera kerajaan Siak sendiri berwana kuning keemasan, dimana di tengahnya terdapat lambang kerajaan bermotif dua ekor naga. Di atas gambar naga ini terdapat kalimat Allah serta kaligrafi Nabi Muhammad.

sama seperti bendera Kerajaan Siak, payung kerajaan yang terbuat dari kain sutera berlapis emas pun berlambangkan dua ekor naga dengan Kalimat Allah serta tulisan Nabi Muhammad. Tepat di tengah ruangan istana, anda akan melihat Singasana Kerajaan Siak. Singasana ini terdiri dari kursi keemasan yang penuh dengan ukiran indah. Kursi ini terbuat dari bahan kuningan berbalut dengan emas. Koleksi lain berupa Komet, sejenis Gramafon raksasa juga dapat anda lihat di istana indah ini. Gramafon ini terbuat dari tembaga dengan piringan dari bahan kuningan. Konon Gramafon ini hanya ada dua di dunia, yakni di Jerman sebagai pembuatnya dan di Istana Siak.