Suprapto

Suprapto

24
June

 

Curup merupakan sebuah kota di daerah pegunungan bukit barisan dan dikelilingi oleh Bukit Kaba/Gunung Kaba dan Bukit daun. Penduduk aslinya adalah suku Rejang, tetapi banyak juga masyarakat dari suku lain seperti Jawa, Lembak, Minang, Serawai dan Sunda. Kota ini pernah menjadi ibu kota Provinsi Sumatra Selatan pada masa revolusi di bawah kepemimpinan Gubernur A.K. Gani. Berkunjung ke Kota Curup tidak lengkap rasanya jika Anda tidak menyibak keindahan alami Kota tersebut dari puncak bukit daun. Bukit daun merupakan salah satu hutan lindung di Indonesia yang menyediakan suplai oksigen cukup besar. Hutan ini sangat mudah ditempuh, karena merupakan jalan lintas Sumatera dan terletak di sepanjang jalan liku sembilan yang terbentang antara Kabupaten Kepahiang dan Kabupaten Bengkulu Tengah Provinsi Bengkulu.

Memasuki hutan, Anda akan dimanjakan oleh pemandangan dan suasana yang sangat alami. Udara segar dapat dhirup bebas disini. Bahkan sesekali terdengar kicauan burung bernyanyi dan monyet-monyet yang meloncat lalu saling bersahutan. Perlu diketahui bahwa hutan lindung ini sudah menjadi penyangga kehidupan masyarakat sekitar. Hutan lindung bukit daun sangat kaya akan hasil bumi seperti kayu, rotan, damar, madu ataupun buah-buahan seperti petai dan durian. Tidak hanya itu, hutan lindung ini juga menghadirkan suasana udara yang sejuk dan menjamin ketersediaan air. Di hutan primernya, eksotika alami khas hutan hujan tropis masih terasa sangat kental. Pohon-pohon yang tumbuh terlihat cukup rapat, bahkan sinar matahari tidak seutuhnya mampu menembus permukaan tanah. Endemik khas dari hutan ini adalah bunga Rafflesia, bunga terbesar di dunia.

Pada bukit ini terdapat kawah besar dengan ketinggian 1.700 m dari permukaan laut yang menyuguhkan pemandangan menarik. Hanya ada dua rute yang sudah terarah yaitu jalur tanah untuk para trekking dan jalur aspal yang bisa dilalui kendaraan roda dua. Memasuki kawasan puncak, jajaran barisan bukit yang terlihat indah di hadapan anda akan membuat anda takjub dengan cahaya matahari yang menusuk sela-sela pegunungan dengan warna jingganya yang sangat sayang untuk anda lewatkan tanpa mengabadikannya dengan lensa kamera Anda. Ketika malam tiba, gemerlap lampu Kota Curup dari atas puncak gunung menambah keindahan tempat ini. Malam akan terasa sangat singkat jika anda berada disana dengan panorama yang tak terlupakan.

23
June

Lembaga Ilmu Pengetahun Indonesia (LIPI) terus berinovasi menciptakan berbagai alat kesehatan untuk membantu penanganan pademi Covid-19 di Indonesia. Salah satu inovasi tersebut berupa alat terapi oksigen beraliran tinggi, yang diberi nama Gerlink LIPI High Flow Nasal Cannula-01 (GLP HFNC-01). Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Teknik LIPI, Agus Haryono, menyatakan alat ini dimaksudkan untuk  membantu layanan kesehatan dalam memenuhi kebutuhan alat medis yang dapat membantu menangani gangguan pernafasan pada pasien Covid-19. Alat yang juga dikenal sebagai High Flow Nasal Cannula (HFNC) adalah yang pertama berhasil lolos uji dari Balai Pengamanan Fasilitas Kesehatan Kementerian Kesehatan.

LIPI melakukan riset untuk inovasi ini sejak April 2020  bersama dengan PT Gerlink Utama Mandiri dalam bentuk kolaborasi pengembangan produk dan pemasarannya. Inovasi ini telah  menghasilkan produk nasal cannula atau alat bantu pernafasan untuk menyalurkan oksigen melalui selang yang bening transparan dan lentur.Secara teknis sistem kerja alat ini adalah aliran tinggi menggunakan sistem tabung venturi yang berbasis pada penyempitan aliran masuk.Alat terapi ini sangat berguna untuk pasien positif Covid-19, maupun yang berstatus orang dalam pemantauan (ODP) dan pasien dalam pengawasan (PDP), sebagai bantuan tahap awal jika pasien masih dalam kondisi dapat bernafas sendiri. Alat ini juga mencegah pasien tidak sampai gagal nafas dan tidak harus diinkubasi menggunakan ventilator invasif. 

Menurut Ketua Kelompok Penelitian Otomasi Industri Pusat Penelitian Tenaga Listrik dan Mekatronik LIPI, Hendri Maja Saputra, kendati ditujukan untuk penanganan Covid-19, penggunaan alat ini juga dapat dilakukan pada pasien yang mempunyai diagnosa penyakit paru obstruktif kronik, Restrictive Thoracic Diseases (RTD), Obesity Hypoventilation Syndrome 5, deformitas dinding dada, penyakit neuromuskular, dan Decompensated Obstructive Sleep Apnea. Alat ini dapat diproduksi 100 unit per bulan yang dapat digunakan di fasilitas kesehatan ataupun digunakan langsung oleh masyarakat umum.

 

 

23
June

Kabupaten Kepulangan Sangihe, Sulawesi Utara dikarunia sumber daya alam yang melimpah. Salah satunya, tumbuhan sagu yang tumbuh secara alami sejak dahulu kala. Banyaknya pohon sagu itu membuat masyarakat Sangihe menjadikan sagu sebagai pangan alternatif utama pengganti nasi. Jenis sagu yang tumbuh di Sangihe adalah varietas sagu Baruq. Sagu Baruq hidup di lahan kering, lereng, sampai tebing yang curam sesuai dengan topografi kepulauan Sangihe. Jenis sagu ini oleh masyarakat setempat diolah menjadi beragam makanan khas daerah setempat, dimana salah satu diantaranya adalah Sagu Porno.

Sagu Porno adalah olahan sagu yang dibakar menggunakan cetakan khusus yang terbuat dari tanah liat. Cetakan itulah yang disebut ''Porno''. Sedangkan olahan sagunya, dalam bahasa lokal sebenarnya disebut humbia pineda. Namun sampai sekarang masyarakat lebih popular menyebutnya dengan sagu porno. Cetakan porno sendiri bentuknya terdiri dari beberapa kotak kecil persegi panjang.  Kata “Porno” sendiri menurut warga lokal berasal dari Bahasa Portugis, “Forno” yang berarti Oven. Kalau melihat bagaimana cara kerja cetakan porno terhadap olahan sagu ternyata fungsinya memang mirip dengan oven. Bangsa Portugis sendiri memang pernah meninggalkan jejak di Sulawesi Utara pada awal Abad ke-16.

Untuk membuat Sagu Porno, caranya dengan membakar porno di atas bara api. Setelah cukup panas, tepung sagu kasar dituangkan ke dalam cetakan dan ditutup dengan seng yang di atasnya diletakkan bara lagi. Rasa Sagu Porno begitu gurih ketika disantap. Kuliner ini sangat cocok dimakan bersama menu kuah ikan segar atau ikan bakar. Tidak sulit menemukan kuliner Sagu Porno di Sangihe, disana banyak rumah makan yang menyajikan Sagu Porno lengkap dengan lauknya.




15
June

VOI PESONA INDONESIA Bali adalah destinasi wisata yang popular di Indonesia. Selain menikmati keragaman budayanya, sebagian besar wisatawan datang ke Bali untuk menikmati keindahan alamnya, khususnya pantai-pantainya.

Jika ingin berkunjung ke Bali dan mencari wisata pantai yang tenang, Bali juga memiliki Pantai Bias Tugel. Pantai ini masih sangat alami dan belum banyak wisatawan yang berkunjung ke pantai ini.

nama Bias Tugel berasal bahasa Bali, yang terdiri dari kata “Bias” yang berarti pasir dan “Tugel” yang berarti terpotong. Kawasan wisata ini seperti sebuah potongan pantai dengan pasir putih yang pesisirnya tidak begitu luas.

Garis pantai ini hanya sekitar 150 meter. Di bagian sisi kanan dan kirinya dibatasi oleh batu karang. Batu-batu karang ini yang membuat objek wisata ini terpisah dari pantai lainnya. Karena itu, suasana di pantai ini terasa begitu tenang.

Ada beragam aktivitas wisata menarik bisa anda lakukan jika mengunjungi pantai ini, seperti berjemur di pantainya, berenang, snorkeling, diving, surfing, atau bahkan berendam di laguna kecil yang terdapat di daerah karang Pantai Bias Tugel.

Pantai Bias Tugel membentang di kawasan Padang Bai, Kabupaten Karangasem, Bali. Butuh waktu sekitar 2 sampai 2,5 jam dari Kota Denpasar, ibukota provinsi Bali untuk menuju pantai ini.

Tidak ada kendaraan umum, sehingga sangat disarankan untuk menyewa kendaraan bila ingin mengunjungi pantai ini. Tidak ada tiket masuk untuk menikmati Pantai Bias Tugel. Tetapi, Anda tidak bisa menginap di pantai ini, karena tidak tersedia penginapan.(VOI)