Suprapto

Suprapto

08
July

VOI PESONA INDONESIA Teluk Kiluan adalah objek wisata pantai yang terletak di Bumi Sari Natar, Kabupaten Tanggamus Provinsi Lampung dengan potensi wisata bahari, dan terkenal dengan banyaknya lumba-lumba, ikan paus disekitaran Teluk. Teluk Kiluan juga terkenal dengan keindahan alam dan surga bagi para pemancing handal. Karena setiap tahun diadakan lomba memancing yang diikuti oleh para pemancing handal di seluruh Indonesia. Lokasinya berjarak 73 km dari Bandara Lampung dan dapat dicapai selama 3 jam menggunakan mobil. Salah satu keistimewaan Teluk Kiluan adalah atraksi lumba-lumba di laut lepas.

Di Teluk Kiluan ini Anda dapat melihat kumpulan lumba-lumba yang jumlahnya ratusan ekor. Teluk Kiluan sebagai jalur migrasi dari dua jenis lumba-lumba, yaitu lumba-lumba hidung botol dengan badan lebih besar, berwarna abu-abu. Yang kedua adalah lumba-lumba Paruh Panjang yang bertubuh lebih kecil. Jumlah kedua lumba-lumba itu sangat banyak karena yang melewati Teluk Kiluan ini diperkirakan mencapai ratusan bahkan ribuan lumba-lumba. Kedua jenis lumba-lumba itu cukup akrab dengan manusia. Lumba-lumba senang mendekati perahu atau kapal yang tengah melintas di laut. Lumba-lumba sebaiknya dilihat pada pagi hari pukul 06.00 WIB. 

Teluk Kiluan tidak hanya memiliki keistimewaan sebagai jalur migrasi lumba-lumba saja tetapi juga terdapat Laguna Gayau atau Kolam Renang alami yang terletak di Balik Bukit Teluk Kiluan. Untuk sampai di spot Laguna Gayau dibutuhkan waktu kurang lebih 30 menit karena letaknya berada tepat di belakang bukit Teluk Kiluan. Terdapat juga pemandu wisata lokal yang memandu para wisatawan dan pengunjung yang beru pertama kali ke Teluk Kiluan dengan biaya Rp 50.000 untuk satu kali perjalanan bolak balik. Untuk masuk ke area laguna diwajibkan membeli tiket seharga Rp 5.000 per orang. Untuk mencapai laguna, wisatawan dan pengunjung pasti melewati pantai yang sangat indah karena dipenuhi dengan sebaran bebatuan besar namun tetap harus tetap waspada dengan ombaknya yang juga cukup besar. Setelah melewati pantai barulah bisa melihat keindahan Laguna Gayau yang terbentuk oleh cekungan di tepi pantai dan dibatasi oleh dinding-dinding batu karang. Air di dalam laguna tersebut sangat jernih dan bersih dengan warna biru kehijauan. Kedalaman laguna berkisar 1 sampai dengan 3 meter sehingga aman untuk berenang ataupun sekadar berendam didalamnya. Aktivitas water sport lain yang bisa kita lakukan di Teluk Kiluan Lampung disamping kegiatan mengejar lumba-lumba dan berbagai jenis ikan hias, adalah snorkeling. Sisi tepi pantai bervariasi, mulai dari pantai berpasir putih dengan kontur pantai yang landai hingga tebing-tebing berbatuan. VOI

06
July

VOI WARNA WARNI Tim mahasiswa Fakultas Biologi UGM menggagas feses kambing domba yang diolah menjadi briket biomassa. Karya tulis ilmiah ini bahkan meraih juara 1 dalam lomba Karya Tulis ilmiah Nasional 2020 dan menyisihkan 17 tim dari berbagai universitas di Indonesia. Salah satu anggota tim, Hana Widiwati menjelaskan, pengajuan ide tersebut didasarkan pada banyaknya populasi kambing domba di Indonesia. Kondisi itu menyebabkan produksi limbah peternakan terus meningkat. Sementara itu, hingga saat ini feses kambing domba belum dimanfaatkan secara optimal oleh para peternak sehingga menyebabkan pencemaran lingkungan.

Konversi kotoran kambing domba menjadi briket biomassa menjadi solusi alternatif mengurai peroalan tersebut. Pasalnya, limbah ternak kambing domba memiliki biomassa yang dapat digunakan sebagai sumber energi terbarukan. Proses pemanenan energi dari biomassa dapat dilakukan dengan cepat menggunakan teknologi pirolisis. Prosedur pembuatan briket biomassa diawali dengan penumbukan kotoran. Lalu, hasilnya dikeringkan di bawah sinar matahari untuk mengurangi kadar air. Selanjutnya, dimasukan ke dalam reaktor pirolisis untuk mendapatkan biochar. Biochar yang telah didapat kemudian dicampur dengan adonan pati, lalu dicetak dan dikeringkan di bawah sinar matahari. Briket biomassa yang dihasilkan tersebut memiliki energi yang hampir setara dengan bahan bakar fosil.

Hana menyebutkan teknologi tepat guna yang mengonversi limbah kambing domba menjadi briket biomassa memiliki nilai ekonomi yang layak dipertimbangkan. Untuk menekan biaya produksi bisa dengan memakai kembali bio oil yang dihasilkan dalam proses pirolisis sebagai bahan bakar dalam reaktor pirolisis. (VOI)

 

 

 

06
July

VOI PESONA INDONESIA Coto Mangkasara atau biasa disebut Coto Makassar adalah hidangan berkuah khas Makassar yang cukup banyak penggemarnya di Indonesia, bahkan cukup terkenal hingga ke Mancanegara. Ke Makassar tidak lengkap jika belum mencicipi Coto Makassar. Setiap wisatawan nusantara datang ke Makassar, salah satu agenda utamanya adalah mencicipi Coto Makassar.

Coto Makassar berbahan dasar daging sapi, ditambah dengan jeroan sapi atau isi perut sapi berupa paru, hati, usus, jantung, dan babat, yang direbus dalam waktu yang lama. Sementara bumbu kuahnya merupakan perpaduan sejumlah rempah-rempah dan gilingan kacang tanah yang sudah digoreng. Rebusan jeroan sapi yang bercampur dengan daging sapi tersebut kemudian diiris dan dibumbui dengan bumbu yang sudah diracik sendiri.

setelah jeroan dan daging sapi direbus dengan kuah yang telah dicampur dengan jahe, lengkuas, serai dan daun salam, tiriskan airnya dan potong daging menjadi bentuk dadu dan rebus kembali dengan kuah kaldu. Kemudian tumis semua bumbu yang sudah dihaluskan.

Bumbu ini mencakup, bawang putih, bawang merah, tauco, cabai keriting yang sudah direbus, kemiri, ketumbar, jintan yang sudah disangrai, merica butiran dan garam. Setelah tercium bau harum dari tumisan bumbu tersebut, selanjutnya masukan bumbu tersebut kedalam kaldu, dan tambahkan kacang tanah yang sudah digoreng dan rebus hingga mendidih.

saat ini Coto Makassar sudah menyebar ke seluruh penjuru Indonesia, mulai dari warung di kaki lima hingga restoran. Apabila anda mengunjungi Makassar sangat disarankan untuk mencicipi masakan ini. Anda dapat menemukan makanan ini hampir disetiap tempat makanan di Makassar dengan kisaran harga Rp. 20.000 – Rp. 25.000 per porsi.

02
July

Universitas Padjadjaran (Unpad), Jawa Barat (Jabar) terus mengembangkan alat rapid test yang dinamai Deteksi CePAD atau Rapid Test 2.0. Sekretaris Pusat Riset Bioteknologi Molekular dan Bioinformatika Universitas Padjadjaran (Unpad), Muhammad Yusuf, mengatakan, perbedaan Deteksi CePAD dengan rapid test adalah pada molekul yang dideteksi. Rapid test covid-19 mendeteksi antibodi, sedangkan Deteksi CePAD ini mendeteksi antigen.  Alat Deteksi CePAD dapat mendeteksi virus lebih cepat, karena tidak perlu menunggu pembentukan antibodi saat tubuh terinfeksi virus.

Berbeda dengan alat diagnostik cepat Covid-19 lain yang menyasar pemeriksaan antibodi dari sampel darah, alat tes cepat CepAD mampu mendeteksi keberadaan SARS-CoV-2, virus penyebab penyakit Covid-19, dari sampel swab pasien. Versi pertama dari prototipe CePAD mampu mendeteksi virus yang ada dalam sampel swab itu maksimal 20 menit dengan menunjukkan dua garis merah dalam alat tes tersebut. Teknologi kunci dari alat deteksi itu, adalah biosensor yang bertugas mendeteksi sampel protein Sars COV-2. Biosensor tersebut dicetak dalam kertas mikroselulosa, kertas dengan ukuran pori yang khusus. Sampel swab dari pasien diteteskan pada alat rapid test. Biosensor pada rapid test tersebut adalah antibodi antigen yang dihasilkan dari ayam yang disuntikkan protein antigen virus. Biosensor tersebut akan mendeteksi reaksi antibodi antigen terhadap protein virus yang ditangkap alat itu dengan hasil berupa tampilan dua garis merah. 

Sekretaris Pusat Riset Bioteknologi Molekular dan Bioinformatika Universitas Padjadjaran (Unpad), mengatakan, antibodi antigen itu relatif akurat untuk dipergunakan sebagai komponen rapid test Covid-19. Seluruh pengujian yang dilakukan pada sampel swab dengan hasil positif lewat uji PCR menghasilkan bacaan dua garis merah pada alat rapid test CePAD, yang menandakan keberadaan virus Sars COV-2 terdeteksi. Alat Deteksi CePAD sedang dalam proses uji prototipe. Co-Founder PT Pakar Biomedika Indonesia, sekaligus Kepala Pusat Studi Infeksi Fakultas Kedokteran Unpad, Bachti Alisjahbana, mengatakan, perusahaannya sudah menyiapkan lini produksi untuk alat deteksi antigen hasil riset. Menurut taksirannya, harga jual alat deteksi antigen CePAD itu diperkirakan Rp 100 ribu per unitnya, jauh lebih murah dibandingkan alat rapid test yang saat ini beredar di pasaran yang mayoritas bahan bakunya masih mengandalkan impor.