Suprapto

Suprapto

01
August

 

 

Ada tradisi unik yang digelar masyarakat Probolinggo, Jawa Timur, saat memasuki musim panen, acara 17 Agustus, atau lomba desa, Yakni Tradisi Karapan Kambing. Karapan kambing merupakan tradisi turun temurun warga Probolinggo, khususnya masyarakat Pandulungan. Tadisi ini merupakan hasil asimilasi antara budaya Jawa dan Madura yang tersebar di pesisir Pantai Utara Jawa Timur (sebagian Tuban, Lamongan, Surabaya, Sidoarjo, Pasuruan, hingga Situbondo) dan sebagian pesisir Selatan Jawa Timur bagian timur (Lumajang, Jember, dan sebagian Banyuwangi). Tradisi ini rutin digelar, sekaigus untuk melestarikan dan mengembangkan budaya lokal dan sebagai ajang promosi wisata Probolinggo.

 

Dalam arena perlombaan, pasangan kambing akan diadu dengan pasangan lainnya. Dalam pertandingannya, Kambing-kambing ini dilengkapi beberapa peralatan, antara lain jepitan telinga, rekeng (sejenis bandulan tapi terpaku), kaleles (rangka kayu yang diikatkan ke badan kambing), kalonongan (terbuat dari kaleng kecil biasanya bekas dari korek api). Kambing-kambing ini pun dilumuri balsam dan minyak angin pada beberapa bagian tubuh kambing, sehingga memberikan rasa panas yang cukup untuk membuat kambing tersebut berlari kencang sekuat tenaga.

 

dalam Karapan Kambing ada aturan pertandingan yang harus dipatuhi. Dalam pertandingan Karapan Kambing, dua pasang kambing dipacu untuk mencari yang tercepat, hanya saja joki karapan kambing tidak menaiki keleles seperti kerapan sapi, melainkan berlari di belakangnya. Kambing yang menang, kemudian diadu lagi pada babak selanjutnya, sampai ditemukan juara utamanya. Kambing jawara punya ciri-ciri tertentu,bentuk kepala yang cenderung kecil, badan lurus, pangkal kaki depan tampak besar, posisi badan sedikit menungging, usia minimal 3 bulan dan belum beranak.

 

Antara.

01
August

Iwan Fals

Published in pop music

Halo Voice Of Indonesia, dalam acara Pelangi Nada. Pada Pelangi Nada edisi kali ini, saya hadirkan salah satu lagu dari Iwan Fals yaitu “Oemar Bakri”. Lagu ini merupakan salah satu lagu andalan dalam album "Sarjana Muda". Lagu ini menjadi salah satu dari "150 Lagu Indonesia Terbaik Sepanjang Masa" versi majalah Rolling Stones Indonesia. Bercerita tentang seorang guru yang jujur dan pandai sehingga mampu melahirkan tokoh-tokoh di negeri yang makmur, tetapi, penghargaan atas jasanya tidak sepadan.

Aransemen lagu ini merupakan hasil kolaborasi dengan Idris Sardi, seorang pemain biola kawakan Indonesia.berikut “Oemar Bakri” oleh Iwan Fals

31
July

Tim Mahasiswa Universitas Diponegoro berhasil menciptakan alat konvertor kebisingan di Bandara menjadi energi listrik. Berawal dari kebisingan di bandara yang sebelumnya dibiarkan begitu saja, tiga mahasiswa Universitas Diponegoro-Undip menciptakan alat yang dapat mengubah kebisingan itu menjadi sesuatu yang bermanfaat.

Ketiga mahasiswa itu Rifki Rokhanudin, Ragil Adi Nugroho, dan Yudha Cindy Pratama, membuat penemuan alat mengonversi kebisingan di bandara menjadi energi listrik dan diberi nama ‘’Sound Energy Harvesting’’ atau disingkat ‘’Sinting’’.

Alat tersebut dirancang menggunakan prinsip kerja induksi elektromagnetik, seperti yang diterapkan dalam mikrofon. Namun, mikrofon hanya mampu menghasilkan arus sangat kecil. Maka dari itu, Sinting dirancang dengan mengikutsertakan teknologi tambahan sehingga arus listrik yang dihasilkan bisa lebih kuat.

Cara kerja alat ini adalah kebisingan ditangkap oleh reflektor parabola kemudian difokuskan pada sistem tranduser yang kemudian memicu terjadinya induksi elektromagnetik. Dari induksi elektromagnetik inilah dihasilkan energi listrik. Alat ini mampu menghasilkan tegangan mencapai 11,14 volt pada intensitas suara dari kebisingan sebesar 108,4 dBA.

Perancangan alat ‘Sinting” membutuhkan waktu selama kurang lebih tiga bulan, dilakukan di Laboratorium Fisika Elektronika dan Instrumentasi Undip dengan bantuan dosen pembimbing Dr. Catur Edi Widodo, M.T. Diharapkan alat tersebut dapat dikembangkan dalam skala implementasi dan dipasang di beberapa bandara di Indonesia.Alat tersebut dirancang melalui hibah penelitian Program Kreativitas Mahasiswa bidang Karsa Cipta dari Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi.

30
July

23 Juli kemarin Festival Seni Rupa Anak Indonesia bertajuk MAIN digelar di Galari NAsional Indonesia. Rencananya festival ini akan digelar sebulan penuh hingga 23 Agustus 2019. Menurut Kepala Galeri Nasional Indonesia Pustanto, Melalui Festival Seni Rupa Anak Indonesia  MAIN), Galeri Nasional Indonesia menjadi rumah yang kondusif bagi anak-anak untuk bermain, belajar, dan berkreasi. Pustanto juga berharap Festival Seni Rupa Anak Indonesia dapat menjadi wadah edukasi dan apresiasi seni rupa yang tidak hanya memberikan pengalaman estetik, namun juga memunculkan inspirasi dan motivasi, menggugah daya imajinasi, serta mengembangkan potensi dan kreativitas.

Festival Seni Rupa Anak Indonesia terdiri dari pameran, pemutaran film, lokakarya, permainan, dan dongeng, yang secara keseluruhan terkait dengan sains, lingkungan, dan motivasi bagi anak-anak. Pameran menampilkan 74 karya pilihan dari 376 karya seni rupa anak Indonesia yang dijaring melalui aplikasi terbuka se-Indonesia. Terdiri dari 43 karya pemenang Lomba Lukis Kolektif Pelajar Galeri Nasional Indonesia (2009-2018), empat karya pemenang Lomba Lukis dan Cipta Puisi Anak-Anak Tingkat Nasional 2008, Istana Kepresidenan Cipanas, serta 34 karya seni rupa dari lembaga dan komunitas yang diundang khusus berdasarkan pertimbangan kuratorial. Karya-karya tersebut disajikan melalui lukisan, batik, keramik, fotografi, instalasi, film, digital art, seni interaktif, dan seni partisipatif.

 

untuk pemutaran film, ditayangkan lima film yang dikaitkan dengan lima eksperimen. Lokakarya menyajikan berbagai kegiatan yang memberikan kesempatan kepada publik untuk ikut aktif berpartisipasi membuat karya seni. Anak-anak diajak membuat wayang kardus, cap pada tas jinjing, bereksperimen warna monoprin menggunakan mesin cetak, mewarnai buku cerita, serta membuat jilid buku cerita dan belajar jilid buku gaya Jepang. Ada juga beragam permainan yang mengajak anak-anak bermain menggunakan daun, memainkan permainan tradisional Jepang, juga bermain boardgames dari Jerman. Tak kalah seru, ada pertunjukan dongeng bersama PM Toh dan Yoko Takafuji yang akan bercerita tentang tsunami. Ada pula dongeng tentang ular bersama Kak Andi Yudha sekaligus mengenal dan bermain bersama ular, serta menggambar ular pada kertas sepuluh meter. Galeri Nasional Indonesia buka dari setiap hari kecuali Senin, dari pukul 10.00 hingga 19.00 WIB untuk pameran.