Suprapto

Suprapto

12
August

Provinsi Banten yang terletak di ujung barat Pulau Jawa ini, ternyata memiliki pesona pantai yang tidak kalah dari provinsi lain di Indonesia. Misalnya, Pantai Carita, Pantai Sawarna, atau Pulau Peucang yang berada di Pandeglang, Banten. wisata Pulau Peucang Ujung Kulon ini dikenal sebagai destinasi wisata khusus penangkaran badak bercula satu. Pulau tersebut juga mempunyai keindahan yang sangat eksotis. Hamparan pasir putih di sepanjang tepi pantainya sangat memesona.

 

Eksotisme lainnya yang bisa Anda dapatkan di lokasi ini adalah pesona laut dengan pemandangan langit birunya. Anda juga bisa menikmati indahnya pemandangan laut dari jembatan dermaga. Jembatan tersebut menjadi salah satu lokasi yang paling favorit untuk dijadikan spot foto.

 

bagi Anda yang ingin berkunjung ke pantai ini, rute Pantai Pulau Peucang pun mudah dijangkau. Pulau Pantai Peucang terletak tepatnya di daerah Selat Panaitan, Pandeglang, Provinsi Banten. Jika Anda melakukan perjalanan dari Jakarta, pulau ini bisa ditempuh dalam waktu kurang lebih 7 hingga 8 jam dengan berkendaraan sepeda motor.

Lokasinya juga sangat mudah ditemukan karena berada di sebelah timur dari Taman Nasional Ujung Kulon. Setelah itu, Anda perlu menyeberang ke Pulau Peucang dengan menggunakan perahu bersama wisatawan lain. Anda juga dapat bermalam di Resort Pulau Peucang dengan biaya sekitar Rp 450.000 hingga Rp 700.000 per malam.

08
August

Warna warni Edisi kali akan menceritakan salah satu festival di Pulau Bal yaitu Buleleng Festival. Buleleng Festival 2019 digelar pada 6 hingga 10 Agustus di Kota Buleleng di propinsi Bali. Menurut Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran I Kementerian Pariwisata Rizki Handayani, Buleleng Festival 2019 sangat unik, dengan nuansa budaya Bali-nya sangat kental. Festival ini ramah bagi siapa saja, termasuk para milenial, karena ada konten Job Fair. Dengan tajuk ‘Shining Buleleng’, festival budaya tersebut juga akan menampilkan delapan kategori acara menarik, seperti art, culture, expo, exhibition, culinary, entertainment, carnival, hingga job fair. Sementara itu, lokasinya tersebar di lima titik, yaitu Tugu Singa Ambara Raja, Jalan Ngurah Rai, Jalan Veteran, Jalan Pahlawan, dan Jalan Gunung Agung.

 

 

Buleleng Festival 2019 ini dibuka oleh penampilan band indie asal Bali, Nosstress Band, Starlight dan Harmonia Band dengan iringan Tari Pradwala Nilayam dan Tari Kolosal Ayuning Bhineka Sakti. pada hari kedua, pengunjung bisa menikmati atraksi Tari Kreasi SMAN 1 Singaraja, Gong Kebyar, lalu dilanjutkan dengan aksi panggung Anji. Sementara itu, pada venue Wantilan Sasana Budaya ada sajian Tabuh Kembang Kirang dan Angklung Kebyar serta Semara Pegulingan. Pada acara penutupan, 10 Agustus, penyanyi Andmesh Kamaleng akan unjuk suara. Penampilannya akan dipadukan dengan warna tradisional Bali, seperti Tari Legong Mandara Giri dan Bondres Celekontong Mas.

Buleleng Festival 2019 semakin sempurna dengan pameran kuliner khasnya. Sebab, daerah ini terkenal memiliki hidangan bercita rasa ontentik. Sebut saja Blayag Buleleng, Jukut Undis, Sudang Lepet, Syobak Khe Lok, dan Sate Plecing.

 

 

Menteri Pariwisata Arief Yahya mengapresiasi adanya Buleleng Festival 2019 ini. Menurutnya, perpaduan nuansa lokal Bali yang dikemas secara kekinian akan mampu mengoptimalkan pasar milenial. Hal ini dapat menggenjot pergerakan wisatawan sehingga memberi impact positif terhadap perekonomian. Hal tersebut diakui Bupati Buleleng Putu Agus Suradnyana. Ia mengatakan, pergerakan wisatawan terbilang kompetitif di wilayah Buleleng. Sepanjang tahun 2017, pergerakan wisatawan mancanegara  mencapai 681.966 orang. Jumlah ini naik 12,3 persen dari tahun 2016, yang mana wilayah Buleleng hanya disinggahi oleh 607.665 wistawan asing. Agus menambahkan, Buleleng Festival 2019 adalah destinasi terbaik untuk berlibur.

 

08
August

Dieng Culture Festival telah berlangsung 2 hingga 4 Agustus kemarin. Selain punya acara unggulan, yakni Jazz Diatas Awan dan ritual adat pencukuran rambut gembel, Dieng Culture Festival juga menampilkan beragam agenda menarik lainnya, diantaranya Java coffee festival, sky lantern festival (pesta lampion), sarasehan budaya, festival artistik dan pentas seni kebudayaan Dieng. Menariknya, pada 3 Agustus kemarin, pada pentas seni kebudayaan Dieng ditampilkan kesenian Kubro Siswo. Dalam pertunjukan kesenian ini, seringkali baik penari maupun penonton mengalami kesurupan (trans)

 

Kubro Siswo adalah tarian magis yang menceritakan perjuangan Kiai Kolodete saat membuka tanah di Dieng. Ada beberapa karakter antagonis seperti Buto, Macan, Banteng dari mahluk penunggu Dieng. Dalam pertunjukan tarian ini, diceritakan bagaimana perjuangan Kiai kolodete berhasil mengalahkan para mahluk halus yang mendiami daerah Dieng. Kesenian Kubro Siswo sebenarnya berasal dari Magelang. Namun kesenian itu berkembang dengan menyesuaikan dengan budaya yang ada di Dieng. Saat pertunjukan, para penari didandani dengan berbagai macam karakter tokoh. Ada yang dirias menyerupai buta atau raksasa, ada pula yang mengenakan kostum kerbau, leak, dan juga rangda. Awalnya, Mereka menari diiringi oleh musik gamelan tradisional dan angklung. Kemudian keseruan pertunjukan ini dimulai, ketika para penari mulai kesurupan.

 

pentas kesenian Kubro Siswo tidak sembarangan. Penampilan ini melibatkan ritual untuk mendatangkan makhluk ghaib yang akan merasuki penari yang sedang tampil. Saat kesurupan, mereka akan bertingkah aneh, salah satunya mengaum seperti harimau.

 

Saat penari kesurupan, mereka akan terlebih dahulu diberi sesaji seperti air kelapa atau minuman air kembang. Setelah itu, mereka akan menari sambil mengikuti alunan musik gamelan. Gerakan penari yang kesurupan akan berbeda dari penari lainnya. Namun, keseruan penampilan Kubro Siswo tidak hanya terbatas pada penampil saja. Ternyata penonton pun bisa kesurupan. Setelah kesurupan, biasanya penari dan penonton akan dinetralkan kembali. Proses penetralan pun dilakukan dengan beragam cara. Ada orang yang dicambuki, ada pula yang meminta untuk dinyanyikan satu lagu jawa dengan diiringi gamelan.

07
August

Menelusuri Indonesia tentu tidak lengkap jika tidak mengunjungi peninggalan bersejarah berupa Candi. Salah satu peninggalan sejarah yang belum banyak diketahui wisatawan adalah Candi Arjuna yang terletak di Dieng di Propinsi Jawa Tengah. Masyarakat sekitar memberikan nama tokoh pewayangan Mahabarata untuk nama nama candi di area percandian Dieng. Salah satu candi yang terkenal adalah Candi Arjuna. Candi ini diperkirakan sebagai bangunan candi tertua di Indonesia, candi ini diperkirakan dibangun pada abad 8 Masehi oleh Dinasti Sanjaya dari Mataram Kuno. Candi Arjuna merupakan salah satu bangunan candi terbesar di Kompleks Percandian Hindu Dieng. Di kompleks ini juga terdapat Candi Semar, Candi Srikandi, Candi Puntadewa, dan Candi Sembadra yang ukuran nya lebih kecil. Sedangkan Candi Arjuna terletak paling utara dari deretan percandian di kompleks tersebut. Sementara itu, Candi Semar adalah candi perwara atau pelengkap dari Candi Arjuna. Kedua bangunan candi ini saling berhadapan. 

 

Berdirinya bangunan Candi di Dieng pernah menjadi dilemma karena berdekatan penduduk sekitar. Walau berdirinya candi lebih dulu dari masyarakat namun fakta yang terjadi Komplek candi bersinggungan langsung dengan masyarakat sekitar yang sebagian besar adalah para petani. Masyarakat Dieng yang bermata pencaharian sebagai petani sayur mayur terutama kentang, akhirnya menggunakan lahan sekitar candi untuk bercocok tanam. Namun sejak tahun 2010 masyarakat Dieng menyadari pentingnya menghormati peninggalan bersejarah tersebut. Para petani kemudian memindahkan area bercocok tanamnya ke luar kompleks candi dan merubah lahan sekitar candi menjadi lebih asri dengan komplek pertamanan serta menjadikannya salah satu destinasi wisata andalan Kabupaten Purbalingga. 

Perubahan area komplek percandian oleh masyarakat sekitar ini juga ditandai dengan dilaksanakannya Dieng Culture Festival yang menonjolkan Candi Arjuna sebagai tempat utama pelaksanaan ritual pemotongan rambut gimbal atau lebih dikenal dengan wedus gembel yang umum nya dilakukan pada anak anak. Untuk itu, mulai tahun 2010 kompleks Candi Arjuna digunakan untuk pengembangan wisata yang dikemas oleh Dinas Pariwisata Banjarnegara dan Pokdarwis atau Kelompok Sadar Wisata. Wisatawan yang mengunjungi Candi Arjuna atau candi-candi lainnya tak akan menjumpai arca atau patung yang biasa dijumpai di dalam candi namun arca-arca tersebut telah dipindahkan diluar candi dan tertata rapi di dalam Museum Kailasa yang terletak di sebrang kompleks Candi. 

 

Untuk dapat tiba dilokasi Komplek percandian Dieng, wisatawan dapat melalui kota Semarang Jawa Tengah kemudian dilanjutkan jalan darat ke arah Barat Daya menggunakan kendaraan bus umum atau mobil pribadi melalui kota Temanggung atau kota Pekalongan. Alternatif lain melalui Kota Jogjakarta kemudian dilanjut dengan jalan darat ke arah utara melalui kota Wonosobo. Cuaca di Dieng yang berlokasi disekitar gunung Perau dan gunung Sindoro berhawa sejuk dan cenderung dingin, Pada musim panas di bulan Juni Juli Agustus September suhu dapat mencapai minus 11 derajat Celsius terutama di malam hari. Kabut sering kali turun menjelang sore hari kadang jarak pandang menjadi pendek dan agak susah untuk melangkah. Jadi jika anda ingin mengunjungi Candi Arjuna di komplek Candi Dieng pada pertengahan tahun persiapkan diri anda dengan peralatan musim dingin yang baik. 

kebudayaan.kemdikbud.go.id