Suprapto

Suprapto

31
March

Selain menjadi kota bagi pelajar dan para seniman, kota Yogyakarta juga memiliki destinasi wisata yang seakan-akan tidak ada habisnya. Salah satu tempat wisata baru yang sedang ramai menjadi pembicaraan di antara wisatawan adalah Bendungan Kamijoro Bantul .

Bendungan Kamijoro yang terletak di perbatasan Bantul dan Kulon Progo ini, tepatnya di Plambongan, Triwidadi, Pajangan, Bantul , dibangun untuk mengairi sawah seluas 2370 hektar lebih di Kabupaten Bantul. Meskipun fungsi utama bendungan ini adalah sebagai saluran irigasi, tetapi justru bendungan ini kemudian lebih dikenal sebagai tempat wisata. Selain sebagai tempat wisata, tempat ini juga cocok untuk dijadikan sebagai tempat untuk bersantai, berolahraga, taman bermain anak, dan sebagai tempat untuk berfoto yang tentu instagramable.

bendungan Kamijoro ini ternyata mempunyai sejarah yang cukup panjang, karena dibangun pada era Hindia-Belanda. Menurut sejarahnya , bendungan Kamijoro ini dibangun oleh seorang keturunan Belanda-Jerman pada awal abad 19. Dan setelah mengalami berbagai bentuk renovasi, banyak sekali pengunjung dari luar dan dalam kota Yogjakarta sendiri yang tertarik untuk melihat keelokan tempat ini. Selain itu fasilitas di Bendungan Kamijoro juga sudah menyediakan berbagai fasilitas seperti musholla, tempat parkir, warung makanan dan minuman, taman untuk bermain anak-anak dan masih ada lagi lainnya yang membuat anda betah dan nyaman menghabiskan waktu di sini

Bendungan Kamijoro yang terletak sekitar 21 Km dari pusat kota Jogja bisa dicapai dengan melalui Jalan Yogyakarta-Wates atau sekitar 40 menit bila ditempuh dengan menggunakan kendaraan roda dua ataupun roda empat. Bendungan ini terletak sekitar 18 Km dari Terminal Giwangan Yogjakarta dengan waktu tempuh kurang lebih 33 menit. Untuk berkunjung dan menikmati keindahan Bendungan Kamijoro ini anda hanya harus membayar parkir saja,   Rp. 2000 untuk motor dan Rp. 5000 untuk mobil . Bendungan Kamijoro setiap hari buka mula dari pagi hari hingga malam hari. Tetapi waktu yang paling tepat untuk berkunjung ke Bendungan Kamijoro ini adalah sekitar pukul 16.00 WIB sampai dengan pukul 18.30 WIB. Mengapa sore hari? Karena yang menjadi primadona di sini adalah keindahan pemandangan pada waktu matahari terbenam.

bila anda sedang berlibur ke provinsi Daerah Khusus Istimewa Yogjakarta, Jawa Tengah khususnya Bantul sempatkanlah untuk berfoto-foto dan menikmati keindahan matahari terbit di Bendungan Kamijoro ini

28
March

pada 27 hingga 31 Maret 2019 mendatang, ajang mode tahunan Indonesia Fashion Week 2019 (IFW 2019) yang diselenggarakan oleh Asosiasi Perancang dan Pengusaha Mode Indonesia (APPMI) akan kembali digelar. Tahun ini adalah kali ke-delapan IFW diadakan dengan mengusung tema "cultural values"yakni mengangkat warisan budaya nasional. Beda dengan penyelenggaraan tahun sebelumnya yang mengangkat budaya tanah Toba (Sumatera Utara), kali ini giliran tanah Borneo (Kalimantan) yang menjadi sorotan utama. Harapannya, setelah IFW 2019 ini, budaya Kalimantan akan semakin dikenal luas lewat karya para desainer yang turut tampil dalam pergelaran tahunan ini. Dengan begitu, industri mode Tanah Air dapat semakin membantu dan mensejahterakan para pengrajin lokal dari Kalimantan.

 

Kalimantan dipilih sebab memiliki kekayaan budaya yang kaya dan beragam. Sayangnya, khasanah budaya tersebut belum terjamah dan dieksplor secara maksimal.

Padahal, menurut Presiden APPMI, Poppy Darsono, Kalimantan terdiri dari banyak etnis seperti Melayu, Dayak, Banjar, Kutai dan Dayak Paser yang memiliki corak dan warna yang unik. Pagelaran yang diselenggarakan di Jakarta Convention Center (JCC) ini akan diikuti oleh sekitar 200 desainer seperti Ivan Gunawan, Naniek Rahmat, Jenny Tjahyawati, sampai Poppy Dharsono. Mereka akan menghadirkan berbagai koleksi yang bekerjasama dengan para pengrajin di Kalimantan. 

Tak cuma soal fesyennya, 'wujud' Borneo (Kalimantan) akan diwujudkan lewat desain tempat penyelenggaraan IFW 2019, hingga busana para model. IFW 2019 juga akan menggelar lebih dari 20 pergelaran busana yang menampilkan busana-busana terbaik dari desainer ternama Tanah Air. Dalam kesempatan yang sama, akan dihadirkan pula berbagai booth yang menyuguhkan ratusan merek fashion lokal bagi para pecinta mode Indonesia.

 

27
March

Sebagai salah satu dari sepuluh destinasi prioritas, Labuan Bajo di Nusa Tenggara Timur (NTT) kini siap memberikan pengalaman baru bagi para wisatawan dalam bentuk _Nomadic Tourism_ di samping atraksi wisata komodo dan selam. Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya menyebut konsep nomadic tourism sebagai solusi sementara untuk selamanya.

Live a board yang telah berkembang lima hinga tujuh tahun terakhir di Labuan Bajo adalah contoh dari solusi sementara itu. Ini bisa jadi solusi amenitas dan juga akses bagi wisatawan nomad. Dulu kita mengenalnya sebagai wisata minat khusus, tapi seiring perkembangan zaman, tren ini menjelma menjadi wisata minat umum. Menurut Menpar, untuk membangun destinasi Labuan Bajo membutuhkan waktu sekitar 20-30 tahun, karena itu ia memutuskan menjalankan solusi sementara yaitu Nomadic Tourism.

pengembangan Nomadic Tourism di Labuan Bajo bisa dipercepat agar mendapat hasil yang lebih baik baik terutama dalam bidang amenitas. Untuk atraksi, Labuan Bajo sudah tidak perlu ditanyakan lagi, karena sudah terkenal dengan Pulau Komodo dan tempat menyelam terbaik dunia, sementara untuk amenitas konsep Nomadic Tourism bisa mempercepat pertumbuhan wisatawan.

Selain itu, sejumlah tempat glamping atau glamour camping terlihat mulai muncul di kawasan ini. Di antaranya di Pulau Saloka yang digarap oleh sebuah social enterprise bernama Pulau Bahagia Ekosistem. Terdapat juga CND Nomadic Huts yang dibangun oleh CND Dive Center yang dipimpin oleh Condo Subagyo, salah seorang nomad terpandang di dunia diving di Labuan Bajo. Untuk wisatawan yang ingin melakukan liburan glamor, mereka dapat mencoba mengarungi pantai-pantai indah dengan menggunakan kapal-kapal mewah seperti Sea Safari Cruise, Salila, Grace Alone, Maluku, Plataran Komodo, dan lain-lain. Berbagai kapal mewah ini dapat dengan mudah ditemukan di Kawasan Marina Pelabuhan Labuan Bajo.

27
March

Budaya Betawi ditampilkan dalam ajang Super Design Show. Acara ini digelar pada 21 Maret lalu, yang merupakan bagian dari rangkaian perhelatan desain terbesar di dunia, Milan Design Week 2019. Di Super Design Show tahun ini, budaya Betawi ditampilkan oleh Indonesian Contemporary Art & Design (ICAD). ICAD berkolaborasi dengan pemerintah provinsi DKI Jakarta, dengan mengusung tema Essential Jakarta. Ada 8 ikon Betawi yang diangkat, yaitu ondel-ondel, kembang kelapa, ornamen gigi balang, baju sadariah, kebaya kerancang, batik Betawi, kerak telor, dan bir pletok. Kemudian untuk kuliner, selama pameran pengunjung disuguhi gado-gado dan soto Betawi. 

Di pavilun seluas 200 m2, ikon-ikon tradisional Betawi modern ditampilkan disana. Kepala Seksi Promosi Luar Negeri, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI Jakarta, Sherly Yuliana mengatakan, event ini sebagai salah satu media promosi pariwisata Jakarta ke mancanegara. Milan Design Week merupakan perhelatan pameran seni kontemporer terbesar dan tertua di dunia. Diharapkan dari event ini, bisa meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara yang tahun ini ditargertkan sebanyak 2,9 juta orang.

 

Budaya Betawi dipilih karena memiliki banyak keunikan budaya dan tradisi turun temurun Secara biologis, masyarakat Betawi sebagai salah satu suku yang multikultur berasal dari kaum berdarah campuran aneka suku dan bangsa yang didatangkan oleh Belanda ke Batavia. Desainer dan seniman yang terpilih mengikuti acara ini diantaranya Aloysius Baskoro Junianto (desain produk), Ayang Kalake (fotografi) dan Danton Sihombing (desain grafis).