Suprapto

Suprapto

27
March

Lagu ciptaan Nahum Situmorang ini menceritakan ungkapan kecintaan pada Pulau Samosir sebagai kampung halaman yang akan selalu diingat. Di Pulau Samosir, ada banyak ikan, ternak, dan tanaman. Meskipun merantau, hati akan selalu rindu pada kampung halaman, yaitu Pulau Samosir. Beberapa sumber menyebutkan lagu “Pulo Samosir” sebagai salah satu lagu yang merepresentasikan jati diri orang Tapanuli . Maka, banyak musisi Tapanuli, maupun dari daerah lain menyanyikan lagu ini seperti Victor Hutabarat, Vicky Sianipar, Budi Doremi, dan masih banyak lagi.

Untuk mengetahui Pulau Samosir, kami hadirkan lagu “Pulo Samosir” yang dibawakan oleh Victor Hutabarat.

26
March

dalam penyelenggaraan Malang Beach Festival, ada lima pantai yang menjadi lokasi utama sekaligus ikon. Pantai-pantai tersebut adalah Pantai Sendang Biru, Pantai Ungapan, Pantai Nganteb, Pantai Wedi Awu, dan Pantai Modangan. Masing-masing pantai memiliki acara tersendiri dengan tanggal penyelenggaraan yang berbeda. Pantai Sendang Biru akan menjadi pembuka Malang Beach Festival pada 27 September 2019. Di pantai ini bakal diadakan upacara Petik Laut, yang merupakan tradisi tahunan para nelayan dan warga sekitar. Upacara yang rutin dihelat tiap  27 September ini merupakan wujud rasa syukur warga setempat kepada Tuhan Yang Maha Esa. 

pada 28 September 2019, gelaran Malang Beach festival dilanjutkan dengan Kirab Budaya yang diadakan di Pantai Ungapan. Sama seperti tahun-tahun sebelumnya, Kirab Budaya diadakan untuk merayakan hari jadi kabupaten Malang. Rangkaian acara kemudian berlanjut di Pantai Nganteb pada 12 Oktober 2019. Di pantai ini akan digelar dua acara, yakni Malang Beach Culinary dan Malang Beach Run. Kemudian di tanggal 2 November 2019 akan dipentaskan Malang Night Surfing di Pantai Wedi Awu, satu-satunya pantai dengan spot surfing di Jawa Timur. Gelaran Malang Beach Festival akan ditutup pada 23 hingga 25 November 2019 di  Pantai Modangan dengan pertunjukan paralayang.

 

26
March

26 Februari hingga 5 Maret 2019 lalu telah berlangsung sebuah festival bertajuk Festival Pantai Enagera. Digelar di Lembah Sawu, di bawah kaki gunung api Ebulobo, Kecamatan Mauponggo, Kabupaten Nagekeo, Nusa Tenggara Timur, Festival Pantai Enagera dilangsungkan untuk melestarikan dan mempertahankan tarian dan musik tradisional setempat. Ada 15 musik dan tarian tradisional yang dipentaskan selama Festival itu berlangsung, baik yang dibawakan oleh masyarakat setempat maupun siswa dan siswi dari berbagai Kecamatan di Kabupaten Nagekeo. Salah satu dari musik dan tarian tersebut adalah Tarian Toda Gu.

Dinamakan Toda Gu, karena tarian ini menggunakan alat musik pengiring berupa gendang (TODA) dan bambu aur (GU) yang ditabuh dalam nada dan irama, sehingga menjadi satu kesatuan ekspresi gerak dan tari. Tarian Toda Gu adalah tarian kemenangan bagi kaum laki-laki yang pulang perang di masa silam. Jadi kaum laki-laki Nagekeo saat merayakan kemenangan perang menari-nari dengan tarian Todagu diiringi musik bambu. Saat ini, tarian Toda Gu biasa ditarikan saat pembuatan maupun pemugaran rumah adat (SAO WAJA) maupun saat penancapan tiang agung di tengah kampung.

Tarian Toda Gu biasanya dibawakan oleh kaum laki-laki, karena merupakan tari kemenangan setelah perang. Sementara khusus untuk kaum perempuan ada tarian Tea Eku. Tarian Tea Eku merupakan tarian kaum perempuan atau para istri untuk menyambut suami dan kaum laki-laki yang pulang perang dengan membawa kemenangan. Untuk mengimbangi gerakan kaki, para penari tari Toda Gu menari menggunakan tombak (Bhuja) dan Pedang (Topo),.

25
March

 

Film Aruna dan Lidahnya semakin dikenal di mancanegara. Sebelumnya, film ini menjadi pembuka Festival Film CinemAsia di Kriterion Amsterdam, Belanda. Kabar terbaru, Film ini meraih penghargaan Osaka Asia Film Festival (OAFF) 2019. Film tersebut meraih penghargaan dalam kategori The Most Entertaining Film Among All Participating New Films. Mirza Nurhidayat, selaku Konsul Jenderal RI di Osaka, menerima penghargaan tersebut mewakili Indonesia. Film tersebut juga diputar di Gala Screening, 14 Maret lalu. Mirza menjelaskan, melalui film Aruna dan Lidahnya penonton dapat melihat nilai, tradisi, kebiasaan dan kuliner masyarakat Indonesia yang sangat beragam dan mencerminkan kekayaan budaya Indonesia.

Mirza berharap, melalui penghargaan Osaka Asia Film Festival-OAFF masyarakat Jepang dapat mengenal budaya Indonesia lebih dalam melalui film-film karya sineas Indonesia yang terus diperkenalkan di Jepang. OAFF adalah agenda tahunan yang menayangkan dan memberikan penghargaan kepada karya-karya Sineas dari negara-negara Asia. 52 film dari 12 negara Asia ikut ambil bagian dan bersaing dibeberapa kategori pada penghargaan ini.

Film garapan sutradara Edwin itu dibintangi oleh Nicholas Saputra dan Dian Sastrowardoyo. Film tersebut menghadirkan keragaman kuliner khas nusantara. Film yang diangkat dari novel karya Laksi Pamuntjak ini menceritakan petualangan Aruna dan kawan-kawannya di empat daerah.

Surabaya, Pamekasan, Pontianak, dan Singkawang menjadi lokasi Aruna dan kawannya menyelidiki kasus wabah flu burung sekaligus mencicipi kuliner lokal. Ada banyak kuliner lokal yang diangkat pada film Aruna dan Lidahnya. Pengambilan sudut gambar makanan yang apik sontak membuat penonton menelan liur. Film ini juga mewakili Indonesia pada festival film bergengsi Berlinale di Jerman.