VOI PESONA INDONESIA Provinsi Jambi berada di bagian tengah Sumatra yang berdekatan dengan Sumatra Selatan dan Barat. Oleh karenanya, makanan khas Jambi memiliki banyak kemiripan dengan dua provinsi terebut. Salah satu makanan khas Jambi yang mempunyai cita rasanya mirip dengan kuliner Sumatra Selatan dan Barat adalah Gulai Tepek Ikan. Teksturnya mirip pempek khas Palembang, tetapi disajikan dengan kuah gulai yang kental dan rasa rempahnya kuat seperti kuliner khas Sumatra Barat.Jadi, jika Sumatra Selatan terkenal dengan pempek dan Sumatra Barat mempunyai gulai, maka Jambi memiliki Gulai Tepek ikan, yang merupakan kuliner khas Jambi dengan perpaduan cita rasa Minang dan Palembang.
Olahan ikan air tawar seperti tenggiri, gabus dan belida pun populer di ketiga wilayah ini, yaitu Provinsi Jambi, provinsi Sumatra Selatan dan Sumatra Barat。Untuk membuat Gulai Tepek Ikan, ikan tenggiri atau gabus diadon bersama tepung sagu dan bawang putih, kemudian dibentuk seperti pempek lenjer dan dimasak hingga matang。 Adonan ini lalu dicampurkan ke dalam kuah santan gulai yang gurih asam。Rasa asam pada kuah gulai berasal dari penggunaan nanas. Selain nanas, setidaknya ada belasan bumbu yang jadi bahan pembuatan kuah gulai seperti, kemiri, bawang merah, bawang putih, serai, kunyit, lengkuas, jahe merah, santan kelapa, garam dan gula。Langkah terakhir ialah memasukkan tepek ikan yang telah dipotong kecil-kecil, lalu tambahkan nanas, gula dan garam sesuai selera。
nama ‘tepek’ sendiri sebenarnya berarti dipadatkan atau dipipihkan. Ditepek-tepek sesuai dengan proses ketika membuat adonan ikan dan sagu, sebelum akhirnya direbus hingga matang. Tepek ikan yang sudah matang kemudian didinginkan dan dipotong kecil-kecil berbentuk jajaran genjang。Gulai tepek ikan bisa dijumpai pada saat-saat tertentu seperti pernikahan, kenduri atau acara adat Jambi. Gulai Tepek Ikan ini cocok dimakan bersama nasi gemuk//.
Ibadah Perayaan Natal 25 Desember tahun 2021 di Indonesia secara menyeluruh berlangsung aman damai dan kondusif//
Dalam situs Sekretariat Kabinet Republik Indonesia, Sekretaris kabinet Pramono Anung pun mengungkapkan rasa bersyukur dan meyakini bahwa perayaan Natal kali ini terlaksana dengan baik, jauh dari politik identitas. Dengan demikian, masyarakat Kristiani bisa merayakan hari Natal dengan sukacita dan aman .//
Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Mahfud MD juga menegaskan, jika di Indonesia, semua umat beragama dan lembaga keagamaan mendapat perlindungan yang sama dari negara.// Artinya Indonesia bukanlah negara sekuler juga bukan negara agama, tapi negara Pancasila yang merupakan ideologi bangsa.// Di negara Pancasila, semua agama dan para pemeluknya mendapat perlindungan yang sama //
Suasana perayaan Natal yang berlangsung kondusif dan dipenuhi optimisme serta kegembiraan itu patut disyukuri// Hal ini mengingat selama dua tahun terakhir, perayaan Natal dilaksanakan di tengah pandemi, meski tidak mengurangi maknanya.// Di tahun 2020 dan 2021, dalam era pandemi, umat Kristiani di Indonesia mampu melaluinya dengan baik.// Sedangkan pada perayaan Natal kali ini, rasa damai, kebersamaan, toleransi, menjadi hikmah yang patut dijunjung tinggi.//
Tema perayaan natal di Indonesia tahun ini yaitu, "Cinta Kasih Kristus yang Menggerakkan Persaudaraan", sangat relevan dengan kondisi bangsa Indonesia yang sangat majemuk.// Tema ini mengandung pesan tentang pentingnya terus menjaga persatuan dan kesatuan// Persaudaraan merupakan tema universal yang dapat merekatkan hati orang-orang beriman untuk menjaga kerukunan, kedamaian, dan kesejahteraan bagi masyarakat//
Sesuai dengan tema itu, melalui peringatan Natal, umat Kristiani diajak untuk menyadari panggilan sebagai pribadi yang bersedia mengabdi dengan penuh hikmah serta pentingnya bersikap bijak dalam menghadapi segala perbedaan. Khususnya dalam menyongsong Tahun Baru 2022.//
Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa memberkati Bangsa Indonesia.//
Pondok Pesantren merupakan bagian pendidikan berbasis keagamaan yang sudah ada sebelum Indonesia merdeka. Kemunculan pesantren dalam Lembaga Pendidikan diawali dari masa peralihan kerajaan Majapahit ke Kerajaan Islam pertama Demak. Seiring berjalan waktu, pesantren terus berkembang dari yang model tradisional menuju era modern. Tidak dapat dipungkiri bahwa keberadaan pesantren dalam mengisi kemerdekaan dan pembangunan negara cukup signifikan. Para santri yang mengenyam pendidikan di pondok kini bukan hanya bekerja sebagai pendakwah atau pengajar di institusi keagamaan tetapi juga sudah tersebar di berbagai lapangan kerja.
Terkait hal pesantren, dalam muktamar ke-34 Nahdlatul Ulama -NU di Pondok Pesantren Darussa’adah, Kabupaten Lampung Tengah, Provinsi Lampung, Presiden Joko Widodo dalam pidatonya Rabu (22/12) mengajak para kader NU untuk menghadapi pesatnya kemajuan teknologi yang dapat mengubah kegiatan sehari-hari. Dengan kemajuan teknologi saat ini, pemuda dan para santri NU dapat menggerakkan ekonomi umat secara bersama-sama guna menciptakan kesejahteraan yang dapat dirasakan oleh semua pihak. Presiden juga mengatakan bahwa saat ini, Indonesia menjadi Presidensi G-20, sebuah forum global penyumbang 80 persen produk domestik bruto (PDB) dunia. Sebagai pemegang keketuaan G-20, Indonesia ingin mempengaruhi kebijakan-kebijakan dunia mengenai digitalisasi, perubahan iklim dan ekonomi hijau.
Tidak dapat dipungkiri bahwa keberadaan NU dengan sejumlah pesantrennya secara khusus dan pesantren-pesantren lainnya secara umum telah memberikan peranan penting dalam pergerakan kemerdekaan Indonesia di zaman kolonial hingga pasca kemerdekaan 1945. Karena dengan perubahan dalam dunia pendidikan di pesantren menuju modernisasi dengan tidak meninggalkan sisi sejarah ketradisionalannya akan membuat Indonesia menjadi lebih baik lagi ke depan. Apalagi saat ini, ditengah pandemi Covid-19, peran pesantren dan santrinya dalam memerangi ancaman virus, melakukan vaksinasi menjadi model percontohan bagi masyarakat sekitar dan dunia pendidikan lainnya. Selain itu, model pesantren merupakan ciri khas pendidikan keagamaan di Indonesia. Sehingga, model pendidikan dan keilmuan yang menerima kemajuan zaman dapat memberikan kesempatan para santri dan kader NU untuk dapat berkontribusi dalam berbagai aspek, khususnya pembangunan SDM dengan pendekatan agama.
Selain itu, kemandirian NU sebagai salah satu organisasi keagamaan terbesar di Indonesia mampu memberikan warna dalam pembangunan Indonesia. NU sebagai aset bangsa Indonesia, organisasi ini sudah menjadi milik masyarakat akar rumput yang tersebar hampir di setiap wilayah Indonesia dan hal ini menjadi kekuatan sosial politik ekonomi yang mampu menunjukan jati diri bangsa. Sehingga, keberadaannya diperhitungkan oleh berbagai pihak baik di dalam maupun di luar negeri.
VOI PESONA INDONESIA Rapa'i Geleng adalah tarian yang berasal dari Manggeng, yang sekarang masuk kawasan Kabupaten Aceh Barat Daya. Tarian ini diperkirakan sudah berkembang sejak tahun 1965, namun baru marak di tahun 1980-an dan dikenal secara luas setelah dipertunjukkan dalam Pekan Kebudayaan Aceh tahun 2004. Tidak diketahui secara jelas siapa penciptanya. Tarian ini menggunakan alat musik tabuh Rapa’i, yaitu alat musik perkusi sejenis rebana yang berkembang seiring dakwah Islam di wilayah pesisir Aceh. Saat tarian ini berlangsung penarinya sering menggelengkan kepala, sehingga tarian ini kemudian dikenal dengan nama Rapa’i Geleng.
Pada mulanya, Tarian Rapai Geleng di bawakan untuk mengisi kekosongan waktu santri yang jenuh usai belajar. Lalu, tarian ini dijadikan sarana dakwah dan kemudian sekarang berkembang menjadi sarana hiburan. Tarian ini juga sering dipertunjukkan pada upacara perkawinan, sunatan, serta pertunjukan pada acara-acara penyambutan tamu kehormatan.
Tari Rapa’i Geleng dibawakan oleh 12 penari. Tarian ini pada awalnya hanya dilakukan oleh laki-laki, namun pada perkembangannya dapat juga ditarikan oleh perempuan, tentunya ditarikan secara terpisah. Saat menari, penari mengenakan kostum berwarna hitam-kuning berpadu manik-manik merah. Mereka menari dengan tabuhan gendang sambil bernyanyi. Syair yang dibawakan adalah sosialisasi kepada masyarakat tentang bagaimana hidup bermasyarakat, beragama dan solidaritas yang dijunjung tinggi. Bagi masyarakat Aceh, tarian ini adalah syiar agama, menanamkan nilai moral kepada masyarakat, dan juga menjelaskan tentang bagaimana hidup dalam masyarakat.