11
January

 

Jakarta (voinews.id) : Pandemi dan krisis global lainnya tidak mengurangi kontribusi global Indonesia. Menurut Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi, sepanjang tahun lalu, perhatian global tertuju pada perang di Ukraina. 

“Indonesia secara konsisten telah menyampaikan pentingnya menghormati keutuhan wilayah dan kedaulatan negara lain. Indonesia secara konsisten menyerukan pihak-pihak terkait untuk memulai pembicaraan damai dan menghentikan perang,” kata Menlu dalam Pernyataan Pers Tahunan Menteri Luar Negeri (PPTM), Rabu (11/1) di Jakarta.

Menurut Retno, Indonesia mengupayakan reintegrasi cepat ekspor biji-bijian dari Ukraina dan gandum serta pupuk dari Rusia.

“Dalam konteks ini, Presiden telah mengunjungi Kyiv dan Moskow pada Juli tahun lalu,” kataranya.

Perhatian Indonesia juga tidak terlepas dari tujuan kemanusiaan global. Menurut Retno, Indonesia juga telah memberikan hibah, obat-obatan dan perbekalan kesehatan, termasuk untuk pembangunan kembali rumah sakit di Ukraina.

Sementara di Afghanistan, selain bantuan kemanusiaan, Indonesia juga terus mendukung masyarakat Afghanistan khususnya perempuan. Menurut Menteri Retno, dukungan tersebut antara lain melalui sejumlah dialog dan kerja sama.

“Dialog Trilateral Ulama Afghanistan-Indonesia-Qatar di Doha, partisipasi aktif dalam misi ulama OKI ke Kabul, penandatanganan Letter of Intent dengan Qatar untuk memperkuat bantuan kemanusiaan dan pengembangan kapasitas untuk Afghanistan dan menyelenggarakan International Conference on Afghan Women’s Education pada Desember 2022,” kata Retno. 

Konferensi internasional tersebut, kata Retno, menghasilkan komitmen dan berjanji untuk mempromosikan pendidikan perempuan di Afghanistan.

Di Palestina, dukungan Indonesia terhadap perjuangan rakyat Palestina juga terus dilakukan. Menurut Retno, dukungan tersebut mencakup bantuan kemanusiaan untuk mengatasi pandemi hingga untuk pengungsi Palestina.

“Bantuan kemanusiaan melalui hibah telah disalurkan sebesar 14,4 miliar rupiah untuk mengatasi dampak pandemi, 7,2 miliar rupiah melalui ICRC, alokasi tahunan 3 miliar rupiah kepada UNRWA untuk pengungsi Palestina,” katanya.

Selain itu, Retno menambahkan, Indonesia juga akan mempertahankan kehadirannya dalam solidaritas dengan negara mitra antara lain dalam pemberian bantuan kemanusiaan untuk penanggulangan banjir di Pakistan, mengatasi dampak krisis ekonomi di Sri Lanka, penanggulangan pandemi di sejumlah negara Pasifik, termasuk di Kepulauan Solomon, PNG dan Fiji.

11
January

 

Jakarta (voinews.id) : Di tengah situasi global yang penuh tantangan, diplomasi ekonomi Indonesia harus terus diperkuat. Hal itu disampaikan Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi dalam Pernyataan Pers Tahunan Menteri Luar Negeri (PPTM), Rabu (11/1) di Jakarta.

“Dalam konteks bilateral, selama Presidensi G20, kami telah menyelesaikan sekitar 140 proyek kerja sama, senilai lebih dari 71 miliar dolar AS atau lebih dari Rp1.100 triliun. Just Energy Transition Partnersip dengan nilai 20 miliar dolar AS atau lebih dari Rp312 triliun juga disepakati,” kata Menlu.

Indonesia juga melakukan upaya peningkatan akses pasar. Menurut Retno, upaya ini dilakukan melalui percepatan perjanjian perdagangan bilateral dengan sejumlah negara.

“Dengan Chile, Uni Emirat Arab, Korea Selatan, Jepang, dan Mauritius,” katanya.

Di tingkat regional, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi menyebut keberhasilan Indonesia menyelesaikan ratifikasi perjanjian Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP). 

“Kami juga telah melakukan negosiasi untuk meningkatkan FTA ASEAN-Australia-Selandia Baru, FTA ASEAN-Hong Kong dan memberikan dukungan kepada Indonesia Expo 2022 yang telah menghasilkan transaksi lebih dari 15 miliar dolar AS atau Rp233 Triliun,” kata Retno.

Selain itu, Indonesia juga telah kembali menghidupkan pertemuan bisnis dengan negara-negara dari Amerika Latin dan Karibia serta Eropa Timur. Retno memperkirakan pertemuan bisnis tersebut bernilai ratusan juta dolar AS.

11
January

 

Jakarta (voinews.id) : Di masa pandemi, diplomasi Indonesia bekerja untuk mendukung pemulihan kesehatan nasional dan global. Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi mengatakan selama pandemi, Indonesia telah menerima sebanyak 516 juta vaksin. 137 juta dosis di antaranya diperoleh melalui kerja sama bilateral dan multilateral. Dari jumlah itu, menurutnya, sebanyak 412 juta dosis vaksin telah disampaikan kepada masyarakat Indonesia.

“Indonesia terus memperjuangkan akses vaksin untuk semua melalui co-chairmanship kami di COVAX AMC Engagement Group,” katanya dalam Pernyataan Pers Tahunan Menteri Luar Negeri (PPTM), Rabu (11/1) di Jakarta.

Hingga Desember 2022, menurut Retno, COVAX telah mengirimkan 1,88 miliar dosis vaksin ke 146 negara, termasuk 103 juta dosis ke Indonesia. Selain itu, menurutnya, Indonesia juga telah menjadi salah satu tuan rumah Pusat Kedaruratan Kesehatan Masyarakat dan Penyakit Menular ASEAN (ACHPEED), tuan rumah Institut ASEAN untuk Bidang Pengelolaan Bencana Kesehatan (AIDHM), dan berperan aktif dalam pengembangan Traktat Pandemi yang baru.

Kontribusi keuangan untuk sektor kesehatan global juga telah disampaikan melalui hibah sebesar 50 juta dolar AS untuk Dana Pandemi, 5 juta dolar AS untuk Koalisi untuk Inovasi Kesiapsiagaan Epidemi (CEPI), komitmen 15,5 juta dolar AS untuk Global Fund dan 5 juta dolar AS untuk Regional Reserve of Medical Supplies.

“Untuk memperkuat ketahanan kesehatan nasional, diplomasi dilakukan untuk menjadikan Indonesia sebagai regional hub penelitian dan produksi vaksin. Indonesia terpilih sebagai penerima teknologi vaksin mRNA dari WHO,” kata Retno.

Sebelumnya pada Oktober lalu, Presiden Joko Widodo telah meluncurkan IndoVac, vaksin COVID-19 produksi Indonesia hasil kerja sama antara Bio Farma dan Baylor College of Medicine dari Amerika Serikat.

11
January

Jakarta (voinews.id) : Sepanjang tahun 2022, pemerintah Indonesia terus menjalankan langkah diplomasi yang menyentuh berbagai aspek diantaranya diplomasi untuk menjaga kedaulatan serta perlindungan warga negara Indonesia (WNI) di luar negeri. 

Hal itu disampaikan Menteri Luar Negeri Retno Marsudi dalam Pernyataan Pers Tahunan Menteri Luar Negeri (PPTM), Rabu (11/1) di Jakarta.

“Tahun lalu, sejumlah negosiasi batas maritim dilakukan dengan Vietnam, Filipina, Malaysia, dan Palau,” katanya.

Menurutnya, sejumlah pencapaian yang berhasil dicapai diantaranya adalah penandatanganan perjanjian batas Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) Indonesia-Vietnam setelah negosiasi selama 12 tahun.

“Seluruh negosiasi batas laut dilakukan dengan sepenuhnya menghormati UNCLOS 1982,” katanya.

Sementara untuk batas darat, menurut Retno, sejumlah perundingan dengan Malaysia dan Timor Leste diintensifkan. Selain itu, Indonesia dan Malaysia juga telah menyelesaikan negosiasi untuk merevisi Perjanjian Lintas Batas dan Perjanjian Perdagangan Perbatasan yang akan ditandatangani tahun ini.

Dalam hal perlindungan WNI, menurut Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, pemerintah Indonesia melalui Kementerian Luar Negeri telah menyelesaikan lebih dari 30 ribu kasus perlindungan WNI.

“Repatriasi 422 WNI korban sindikat penipuan online dari Kamboja, pembebasan 22 orang Indonesia dari hukuman mati, evakuasi 133 WNI dari Ukraina, dan fasilitasi pemenuhan hak keuangan WNI di luar negeri dengan nilai lebih dari Rp120,7 miliar,” jelasnya.

Sebagai upaya pencegahan, menurut Retno, pemerintah Indonesia juga telah memperkuat dengan perjanjian bilateral dengan Malaysia dan Arab Saudi, dua negara dengan konsentrasi pekerja migran Indonesia tertinggi.

Retno menambahkan, di tingkat multilateral, Indonesia juga mendorong pembentukan norma internasional tentang penempatan dan perlindungan pekerja migran Indonesia di berbagai sektor baik untuk pekerja rumah tangga maupun pekerja profesional.