25
May

 

Menteri Pertahanan RI Ryamizard Ryacudu mengatakan, Australia bukan menjadi ancaman bagi Indonesia, dan Indonesia bukan menjadi ancaman bagi Australia. Seperti dikutip Antara, Indonesia terus menjalin hubungan yang baik dengan negara-negara tetangga, sehingga berbagai permasalahan yang muncul diselesaikan secara damai, tanpa menimbulkan konflik, seperti yang terjadi di laut Tiongkok Selatan.

Hal tersebut disampaikan Ryamizard Ryacudu saat memberikan pengarahan kepada para perwira TNI dan Kepolisian RI di Jayapura, Kamis (24/5). Untuk memastikan Indonesia bukan ancaman bagi Australia, maka Kementerian Pertahanan sudah mengirimkan buku putih sehingga diharapkan Australia memahami Indonesia. antara

25
May

 

Atase Perdagangan Kedutaan Besar RI Kairo, Burman Rahman, mengatakan, neraca perdagangan Indonesia-Mesir pada kuartal pertama 2018 mengalami penurunan hingga 41,5 persen Sektor minyak dan gas menjadi penyumbang terbesar penurunan, yakni sebesar 99, 6 persen Pada kuartal pertama 2018, nilai perdagangan 285,6 juta dolar Amerika Serikat, pada kuartal pertama 2017 sebesar 488,3 juta dolar Amerika  Ekspor Indonesia ke Mesir juga mengalami penurunan sebesar 33,2 persen Dari 370 juta dolar Amerika pada kuartal pertama tahun 2017, menjadi 247, 3 juta dolar Amerika Untuk impor dari 117,7 juta dolar Amerika menjadi 38,2 juta dolar Amerika Burman di Kairo, baru-baru ini menyebut penurunan ini terjadi akibat kondisi ekonomi dunia pada awal 2018 juga menurun Selain itu, sejumlah pengusaha saat ini sedang melihat sejumlah kebijakan mengenai aturan ekspor dan impor dari kedua Pemerintahan Ia yakin, pada akhir tahun 2018 nilai perdagangan Indonesia-Mesir akan kembali mengalami kenaikan

Artinya, ekspor kita ke Mesir menurun, sementara impor Indonesia dari Mesir lebih menurun lagi. Ekspor kita menurun 33 persen, sementara impor kita menurun 67 persen. Ini sedikit penurunan di awal tahun. Kita berharap di pertengahan dan kuartal III dan IV bisa mendongkrak nilai ekspor Indonesia ke Mesir.”

Burman Rahman menyebutkan, nilai ekspor terbesar Indonesia ke Mesir didominasi hasil perkebunan, yakni kopi, minyak kelapa sawit beserta turunannya, ban, dan benang Sedangkan Indonesia membutuhkan fospat dari Mesir untuk bahan baku utama pupuk Selain itu, Indonesia mengimpor alumunium, kurma, dan minyak zaitun Ia menambahkan, meski tujuan minyak kelapa sawit ke Eropa sedang menghadapi sejumlah isu, untuk komoditi ini ke Mesir cendurung stabil, bahkan mengalami kenaikan (RA).

25
May

 

Menyusul kesuksesan Indomie yang membuat pabrik di Mesir, sejumlah pengusaha asal Indonesia saat ini mulai menjajaki investasi di Mesir Atase Perdagangan Kedutaan Besar RI Kairo, Burman Rahman, mengatakan, Indomie sangat sukses dan menjadi pemain utama di bisnis mie kemasan di Mesir Sehingga kesuksesan ini mulai diikuti oleh sejumlah pengusaha asal Indonesia dengan mendirikan pabrik di Mesir Salah satunya perusahaan wafer, ban, dan perusahaan barang- barang kebutuhan rumah tangga Khusus untuk perusahaan wafer Nabati, saat ini sedang menunggu pembangunan pabrik, karena sudah mendapatkan pengusaha lokal Mesir sebagai mitra dan juga lokasi pendirian pabrik  Selain keempat  perusahaan tersebut, ada sejumlah peluang usaha yang bisa diisi oleh pengusaha Indonesia di Mesir, di antaranya suku cadang kendaraan dan barang elektronik

Seperti pabrik ban, itu sangat menguntungkan untuk di sini (Mesir). Kalau bias ada pabrik spare part mobil, elektronik, dan kebutuhan rumah tangga, itu sangat menjanjikan untuk di sini. Dan sekarang sedang menjajaki itu PT. Nabati.

General Manager Indomie Mesir, Gunawan Harianto, kepada RRI di Kairo, Kamis (24/5) mengatakan, Mesir sangat potensial bagi pengusaha Indonesia menanamkan investasi Selain pertumbuhan ekonominya cukup baik, jumlah penduduk yang banyak, dan politik stabil Selain itu, Mesir menjadi pintu gerbang untuk memasarkan produknya ke Eropa, Afrika, maupun negara Timur Tengah (RA)

24
May

 

Duta Besar Indonesia untuk Republik Islam Iran, Octaviano Alimudin  mengatakan, kerjasama bilateral antara  Indonesia dan Iran mengalami peningkatan yang signifikan di bidang politik dan ekonomi belakangan ini. Kepada RRI Voice of Indonesia baru-baru ini ia mengatakan, setelah kunjungan Presiden Joko Widodo ke Iran desember 2016 lalu, terjadi kenaikan volume perdagangan lebih dari 50 persen. Pada tahun 2016, Indonesia dan Iran memililki volume perdagangan senilai 338 juta dollar AS. Kenaikan ekspor Indonesia ke Iran khususnya adalah produk Crude Palm Oil-CPO dan makanan ke Iran. Kedepannya Ia berharap dapat membuka pasar tekstil dan otomotif Indonesia ke Iran.   

“ Kami  juga ingin lebih lanjut menyasar pasar Iran untuk industri tekstil dan industri otomotif kami. Itulah mengapa Indonesia berusaha menyelesaikan perjanjian perdagangan preferensial yang kami negosiasikan serius. 2017 kami memiliki dua negosiasi dan pada tahun 2018 kami juga akan memiliki negosiasi lain sebelum kami dapat menyelesaikan PTA “.

Octaviano lebih lanjut mengatakan, di bidang investasi, Berdasarkan data Badan Kordinasi Penanaman Modal, Iran adalah negara ke 33 yang berinvestasi pada 17 projek di Indonesia pada 2017. Ia berharap di 2018 investasi Iran bisa bertambah. Kini terdapat proyek bersama Indonesia-Iran yang tengah berjalan di Palu dan Situbondo.   Di bidang politik, Iran mendukung pencalonan Indonesia sebagai Dewan Kemanan Tidak Tetap PBB pada 2019. Selain itu, Indonesia dan Iran juga sering melakukan konsultasi antar pemerintah dan kunjungan dari pemerintah kedua negara.