(voinews.id)- Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Tokyo mengimbau seluruh warga negara Indonesia (WNI) untuk berjaga diri menghadapi jumlah kasus COVID-19 yang kembali melonjak pascapembukaan perbatasan perjalanan. “WNI mohon jaga diri karena kasus COVID-19 sedang naik,” menurut keterangan KBRI Tokyo di Tokyo, Rabu KBRI Tokyo juga mengimbau untuk menghubungi hotline melalui kontak +818035068612 atau +818049407419 apabila dalam kondisi darurat.
Lonjakan kasus COVID-19 berbarengan dengan kasus influenza yang umumnya merebak menjelang dan saat musim dingin dan mengakibatkan (flu ganda) double flu. Duta Besar RI untuk Jepang dan Federasi Mikronesia Heri Akhmadi sebelumnya juga mengimbau para pelancong dari Indonesia untuk mendapatkan suntikan penguat vaksin (booster) dan tetap menjaga protokol kesehatan. “Warga kita yang berkunjung ke Jepang diharapkan tetap memenuhi protokol kesehatan dengan tetap menggunakan masker, jaga jarak dan mencuci tangan,” katanya.
Berdasarkan data Kementerian Kesehatan Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan Jepang, secara kumulatif, kasus COVID-19 terkonfirmasi mencapai 121.460 kasus bertambah dari hari sebelumnya sebanyak 78.999 kasus. Sementara itu, terdapat 263 kasus parah atau bertambah empat kasus dari hari sebelumnya dan 48.482 kematian atau bertambah 144 kematian dari hari sebelumnya.
Kematian akibat COVID-19 di Jepang didominasi lansia laki-laki dan perempuan dalam rentang usia berusia 70 hingga 90 tahun, sementara kasus parah lebih banyak menyerang lansia laki-laki. Merujuk pada data Worldometer hingga Senin (21/11), Jepang berada di posisi tertinggi terkait jumlah kematian harian akibat COVID-19 yang bertambah 122 kematian, kemudian Rusia (59), Taiwan (43), Korea Selatan (41) dan Indonesia (31). Jepang kembali membuka perjalanan bebas visa (visa free) bagi wisatawan mancanegara mulai 11 Oktober lalu setelah sempat ditutup dalam dua tahun terakhir akibat pandemi COVID-19. Jepang juga menghapus kewajiban karantina bagi pelancong yang sudah mendapatkan vaksin dan booster.
antara
(voinews.id)- Komisioner Tinggi Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Hak Asasi Manusia mengatakan bahwa situasi di Iran saat ini kritis, karena tanggapan keras yang dilakukan pihak berwenang Iran terhadap protes massal telah mengakibatkan lebih dari 300 orang tewas dalam dua bulan terakhir. "Meningkatnya jumlah kematian akibat protes di Iran, termasuk kematian dua anak pada akhir pekan, dan kekerasan oleh pasukan keamanan, menggarisbawahi situasi kritis di negara itu," kata juru bicara Kepala HAM PBB Volker Turk dalam jumpa pers di Jenewa, Selasa. Republik Islam Iran menghadapi protes nasional sejak kematian wanita Kurdi berusia 22 tahun, Mahsa Amini, dalam tahanan polisi moral pada 16 September 2022.
Amini ditangkap karena mengenakan pakaian yang dianggap tidak pantas. Iran menuding musuh dan agen asing sebagai dalang protes, yang berubah menjadi pemberontakan dari semua lapisan masyarakat Iran. Demonstrasi tersebut menjadi salah satu tantangan paling berani bagi para ulama penguasa sejak revolusi 1979.
Akhir pekan ini, Dewan HAM PBB di Jenewa akan mengadakan debat tentang protes di Iran. Sesi debat itu diperkirakan akan dihadiri oleh para diplomat serta saksi dan korban. Sebuah proposal yang akan dibahas pada sesi tersebut berupaya untuk membentuk misi pencarian fakta tentang tindakan keras di Iran. Bukti pelanggaran apa pun yang mungkin ditemukan oleh badan semacam itu nantinya dapat digunakan di hadapan pengadilan nasional dan internasional, menurut dokumen PBB. Kantor Komisaris Tinggi Hak Asasi Manusia (OHCHR) mengatakan sejauh ini lebih dari 300 orang tewas, termasuk lebih dari 40 anak.
Kematian ini terjadi di seluruh negeri, dengan kematian dilaporkan di 25 dari 31 provinsi. Dalam pengarahan yang sama, juru bicara OHCHR Jeremy Laurence juga menyuarakan keprihatinan tentang situasi di kota-kota terutama Kurdi, di mana ada laporan lebih dari 40 orang terbunuh oleh pasukan keamanan selama seminggu terakhir. Media pemerintah Iran mengatakan bulan lalu bahwa lebih dari 46 pasukan keamanan, termasuk polisi, tewas dalam protes tersebut.
antara
(voinews.id)Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Sayang Cianjur, Jawa Barat, menyatakan pasien korban bencana gempa tersisa 86 orang di hari ketiga, Rabu. Plt. Direktur Utama RSUD Sayang Cianjur Darmawan Setiabudhi Dahlan mengatakan sejak hari pertama pasca gempa, pihaknya menangani sebanyak 656 pasien korban gempa.
Namun sebagian sudah dirujuk ke rumah sakit (RS) lain atau dipulangkan karena sudah sehat. "Jadi ada yang dirujuk ke 11 rumah sakit, yakni ke RSHS Bandung, RS Sukabumi, RS Samsudin, RS Ujungberung, RS Santosa, RS Boromeus, RS Ciawi, dan lainnya, semuanya 11 rumah sakit," kata Darmawan di RSUD Cianjur. Selain itu, sebanyak 112 orang pasien yang meninggal dunia di RSUD Cianjur saat menjalani perawatan medis.
Adapun pasien tersisa itu masih dirawat di luar gedung RSUD Cianjur menggunakan tenda. Karena, pihaknya menunggu pengecekan kelaikan gedung yang akan dilakukan oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. "Yang sahih dari Kementerian PUPR, kalau kami kirim konsultan nanti bisa meleset," kata dia.
Meski begitu, menurutnya RSUD Cianjur sudah kembali membuka poli pelayanan umum kepada masyarakat yang ingin berobat. Namun, kata dia, belum semua poli pelayanan umum buka. "Baru enam dulu, tapi sebentar lagi semuanya akan buka, dan sementara ini di tenda dulu," kata Darmawan.
Adapun Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyatakan gempa di Cianjur menimbulkan sebanyak 268 korban jiwa. Dari jumlah tersebut 122 jenazah di antaranya sudah teridentifikasi. Selain itu, ada sebanyak 151 orang yang masih dalam pencarian karena dinyatakan hilang. Kemudian ada sebanyak 1.083 orang mengalami luka-luka dan 58.362 orang dalam pengungsian.
antara
(voinews.id)-Satuan Tugas (Satgas) Penanganan COVID-19, melaporkan penambahan jumlah orang terkonfirmasi COVID-19 di Indonesia naik sebanyak 7.644 kasus. Berdasarkan data yang dihimpun di Jakarta, Selasa, dari penambahan kasus tersebut, hingga saat ini jumlah orang yang sudah terinfeksi virus corona ini sudah mencapai 6.620.317 orang. Kasus aktif juga tercatat naik sebanyak 2.609 orang, sehingga total yang menjalani perawatan medis maupun isolasi mandiri yaitu 62.196 orang.
Penambahan kasus terkonfirmasi positif COVID-19 terbanyak disumbang dari DKI Jakarta sebanyak 2.844 kasus, disusul Jawa Barat dengan 1.671 kasus dan Banten 950 kasus. Sementara itu jumlah kasus orang meninggal sampai hari ini bertambah 51 orang, sehingga total nyawa yang sudah terenggut akibat virus Sars Cov-2 ini sebanyak 159.473 orang.
DKI Jakarta menjadi provinsi yang menyumbang kasus meninggal terbanyak yaitu 14 orang, sementara provinsi Jawa Timur sebanyak tujuh orang, Bali lima orang dan Jawa Barat serta DI Yogyakarta sebanyak empat orang.
Sedangkan orang yang berhasil sembuh dari COVID-19 saat ini bertambah 4.984, sehingga totalnya menjadi 6.398.648 orang. Angka kesembuhan banyak disumbangkan dari DKI Jakarta sebanyak 1785 orang, lalu Banten 696 orang dan Jawa Timur 667 orang. Berdasarkan data dari uji laboratorium dan faskes yang melakukan pemeriksaan, terdapat 6.185 suspek yang diperiksa hari ini dengan jumlah spesimen yaitu 89.337. Dari data tersebut, tercatat positivity rate spesimen harian sebesar 16,37 persen dan positivity rate orang harian 23,74 persen.
Sebelumnya Direktur Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat Kementerian Kesehatan Widyawati mengingatkan masyarakat agar jangan lengah menerapkan protokol kesehatan karena COVID-19 masih ada walau kasusnya melandai beberapa waktu terakhir ini.
"Karena mungkin saat ini sudah sedikit landai, jadi abai," ujarnya pada sebuah seminar di Jakarta. Widyawati mencatat, berkaca pada pengalaman, tren kenaikan kasus COVID-19 di Indonesia antara lain akibat masyarakat belum sadar menerapkan protokol kesehatan yakni mengenakan masker, mencuci tangan dengan air dan sabun, menjaga jarak, menjauhi kerumunan dan mengurangi mobilitas.
antara
antara