Akbar

Akbar

02
September

 

(voinews.id)Presiden Joko Widodo dan Ibu Iriana diagendakan mengawali kegiatan kunjungan kerja di Kabupaten Kepulauan Tanimbar, Maluku, Jumat, dengan menyapa pedagang sekaligus menyerahkan bantuan sosial kepada para penerima manfaat di Pasar Olilit.

Bantuan sosial yang diberikan tersebut berupa Bantuan Modal Kerja (BMK) dan Bantuan Langsung Tunai (BLT).

Selain itu, Presiden juga akan menyerahkan BLT bahan bakar minyak (BBM) kepada masyarakat di Kantor Pos Saumlaki. Selanjutnya, Presiden dijadwalkan meninjau optimalisasi Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Wermomolin di Kabupaten Kepulauan Tanimbar.

Usai melakukan kunjungan kerja ke Kepulauan Tanimbar, Jokowi menuju Bandar Udara Pattimura, Maluku, dengan menggunakan Pesawat Khusus RJ-85 guna melanjutkan perjalanan ke Lampung menggunakan Pesawat Kepresidenan Indonesia-1.

Rombongan Presiden Jokowi tiba di Kepulauan Tanimbar, Maluku, Kamis (1/9) sekitar pukul 17.35 Waktu Indonesia Timur (WIT), setelah melakukan kunjungan kerja di Jayapura dan Mimika, Papua, sejak Selasa (30/8).

Turut mendampingi Jokowi dalam kunjungan kerja tersebut antara lain Sekretaris Kabinet Pramono Anung dan Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia.

 

antara

02
September

 

(voinews.id)Presiden Jokowi sempat mengunjungi masjid dan gereja yang terletak di bawah tanah saat berkunjung ke pertambangan bawah tanah PT Freeport Indonesia di Kabupaten Mimika, Papua, Kamis.

Dalam siaran pers yang diterima di Jakarta, Kamis, lokasi Gereja Oikumene Soteria dan Masjid Al Baabul Munawwa itu berada di Deep Mill Level Zone (DMLZ) di bawah tanah di Kabupaten Mimika.

Jokowi dan Ibu Negara, Iriana Joko Widodo, disebut mengagumi masjid dan gereja itu, yang bukan saja unik namun mencerminkan suatu sikap toleransi antar umat beragama yang sangat tinggi itu.

Usai kunjungan singkat itu, Jokowi bersama rombongan melanjutkan perjalanan menuju Grasberg Block Cave (GBC) Underground di Kabupaten Mimika untuk melihat langsung pertambangan bawah tanah.

Untuk menuju lokasi penambangan, Presiden Jokowi dan Ibu Iriana harus menaiki elevator "shaft" yang bisa menampung 300 orang.Setelah turun dari kereta, Presiden kemudian berjalan kaki menuju GBC Unloading Station untuk menyaksikan proses bongkar muat hasil tambang dari kereta listrik tanpa awak.

Setelah berada di sana selama hampir satu jam, Presiden dan Ibu Iriana meninggalkan GBC underground menuju Tera Shop, Kabupaten Mimika, untuk menghadiri peluncuran teknologi "5G mining".

Turut mendampingi Presiden dan Ibu Iriana antara lain Sekretaris Kabinet Pramono Anung, Menteri Badan Usaha Milik Negara Erick Thohir, dan Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia.Tampak pula Presiden Komisaris PT. Freeport Indonesia Richard Adkerson dan Presiden Direktur PT. Freeport Indonesia Tony Wenas.

 

 

02
September

 

(voinews.id)Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan bertemu pelaku usaha peternak ayam untuk membahas upaya peningkatan harga ayam di kandang.

Para peternak ayam tersebut berasal dari Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat Indonesia (Pinsar); Gabungan Organisasi Peternak Ayam Nasional (Gopan); serta perwakilan peternak dari Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan wilayah sentra lainnya untuk membahas upaya peningkatan harga ayam di kandang.

“Gejolak harga tersebut disinyalir terjadi akibat kendala distribusi yang kurang merata serta kondisi supply-demand, yaitu produksi lebih besar dibandingkan permintaan,” kata Mendag lewat keterangannya di Jakarta, Jumat.

Hadir dalam pertemuan tersebut yaitu Ketua Umum Gopan Herry Dermawan dan Ketua Umum Pinsar Indonesia Singgih Januratmoko.

Mendag Zulkifli Hasan menjelaskan harga ayam hidup di tingkat peternak saat ini Rp14.000/kg- Rp17.000/kg, atau sangat rendah di bawah harga keekonomian yang seyogianya berkisar Rp21.000/kg-Rp23.000/kg.

Sedangkan rata-rata harga nasional daging ayam ras di tingkat eceran berkisar Rp33.000/kg-Rp36.000/kg. Menurut Zulkifli, dalam pertemuan tersebut para peternak menyampaikan gejolak harga yang terjadi saat ini dianggap belum pernah berpihak kepada peternak.

Ketika harga berada di atas harga acuan yang diatur dalam Permendag Nomor 07 Tahun 2020, peternak seringkali dimintai keterangan oleh satgas pangan POLRI. Sedangkan ketika harga di bawah harga acuan, peternak merasa belum pernah diberikan bantuan yang konkret oleh Pemerintah.

Selain itu, lanjut Mendag Zulkifli Hasan, perlu adanya penyesuaian harga acuan karena sudah terjadi penyesuaian harga akibat kenaikan biaya logistik dan pakan. “Kenaikan harga pakan dipengaruhi oleh kenaikan harga komponennya antara lain soy bean meal (SBM) atau bungkil kedelai hasil olahan sisa/ampas minyak kedelai yang berasal dari pasokan impor dan jagung.

Harga SBM saat ini mulai menurun seiring penurunan harga gandum, namun masih cenderung tinggi,” imbuh Mendag. Menindaklanjuti hasil pertemuan, Mendag Zulkifli Hasan juga menyampaikan rencananya untuk bertemu dengan perusahaan-perusahaan terintegrasi guna membahas upaya peningkatan harga ayam di peternak.

Selain itu, lanjut Mendag Zulkifli Hasan, Kementerian Perdagangan juga tengah berkoordinasi dengan Badan Pangan Nasional (Bapanas) untuk memobilisasi daging ayam ras dari wilayah surplus (harga anjlok) ke wilayah defisit (harga tinggi) melalui subsidi angkut dan tol laut serta mendorong penerapan rantai pasok dingin (yang diawali dengan perdagangan ayam tanpa bulu di wilayah DKI Jakarta).

Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 66 tahun 2021 tentang Badan Pangan Nasional, Bapanas kini memegang kewenangan terkait distribusi dan stabilisasi pangan harga pokok.

Per 30 Agustus 2022 harga nasional daging ayam ras di tingkat eceran tercatat sebesar Rp35.000 per kg, turun 0,28 persen dibandingkan minggu lalu (Rp35.100 per kg), dan turun 2,78 persen dibandingkan bulan lalu (Rp36.000 per kg). Sedangkan harga ayam ras di tingkat peternak sebesar Rp18.670 per kg turun 10,3 persen dibandingkan minggu lalu (Rp20.820 per kg), dan turun 8,8 persen dibandingkan bulan lalu (Rp20.480 per kg).

 

antara

02
September

 

(voinews.id)Utusan Khusus PBB Bidang Kelautan Peter Thomson mengatakan pentingnya upaya global untuk merestorasi ekosistem mangrove, lahan basah, maupun lamun untuk memerangi perubahan iklim.

“Ekosistem mangrove sangat penting untuk melawan perubahan iklim,” ujar Peter Thomson dalam Tri Hita Karana Forum Climate “Membuat Sejarah untuk Aksi Iklim” secara virtual yang dipantau di Jakarta, Kamis.

Semua orang, lanjut dia, harus berhenti mencemari laut serta menangkap ikan secara berlebihan. Thomson meminta semua pihak untuk melindungi dan memulihkan stok karbon biru yang sangat berhubungan dengan ekosistem mangrove, lahan basah maupun lamun.

Lamun adalah jenis tumbuhan yang hidup di laut dangkal, berbiji tunggal, terdiri atas rimpang, daun, dan akar, serta berbunga, berbuah dan menghasilkan biji Mangrove, lahan basah maupun lamun dikenal sebagai penyerap karbon yang terus menerus membersihkan udara dengan menyerap karbon dan menyimpannya di luar atmosfer.

Ia mengatakan laut bisa menjadi solusi untuk mengatasi perubahan iklim. Untuk itu, lanjut dia, semua pihak harus berinvestasi dalam ekonomi biru yang berkelanjutan, beralih ke sumber energi bahan bakar non-fosil dan mendanai infrastruktur energi lepas pantai yang terbarukan.

Dalam kesempatan terpisah, CEO Environmental Justice Foundation Steven Trent mengatakan lautan merupakan sekutu terpenting dalam melawan krisis iklim. “Kita harus menyadari ini dan bertindak untuk melindunginya. Kita tidak bisa melindungi iklim kita tanpa aksi laut,” kata dia.

Lautan menutupi lebih dari 70 persen permukaan bumi, mengandung 78 persen biomassa hewan dan menghasilkan lebih banyak oksigen daripada semua hutan dunia. Ia mengatakan lautan mengatur air hujan, cuaca, iklim, dan lingkungan pesisir. Lautan membuat Bumi layak huni bagi umat manusia.

Ini merupakan “jantung biru yang berdetak” di planet Bumi. Saat bumi memanas, lautan menyerap sekitar sepertiga dari CO2 yang kita lepaskan ke atmosfer, kata Trent. Lautan yang sehat dan penuh dengan kehidupan merupakan instrumen penting untuk mengatasi pemanasan global.

 

antara