Pada Senin (9/4) Pelaksana Tugas Wali Kota Balikpapan Rahmad Mas`ud mempersilakan warga mengunjungi pantai dan daerah perairan di wilayahnya yang menurut dia sekarang sudah bersih dari bocoran minyak pipa Pertamina. Pipa bawah laut Pertamina pada 31 Maret patah sehingga membuatsekitar 40 ribu barel minyak menggenangi Teluk Balikpapan dan perairan Selat Makassar di muara Teluk Balikpapan. Tumpahan minyak membuat air laut tercemar materi hitam, kental, dan berbau menyengat seperti solar. Dalam sekitar sepekan terakhir perusahaan minyak Pertamina, Chevron, Petrosea, dan ribuan warga Balikpapan kemudian berusaha membersihkan bocoran minyak mentah itu. Rahmad Mas`ud mengatakan, untuk memastikan kondisi perairan Teluk Balikpapan dan sekitarnya sudah bersih kembali, Pertamina melakukan pemantauan dari udara selain mengerahkan kapal-kapal patroli di laut.
Manajer Komunikasi dan CSR Regional Kalimantan PT Pertamina (Persero) Yudi Nugraha mengatakan, dari hasil pengecekan langsung ke lapangan dan pengambilan gambar dari udara didapatkan hasil garis pantai Balikpapan sudah bersih dari ceceran minyak. Untuk itu,Pertamina mengurangi jumlah kapal yang dikerahkan untuk membersihkan teluk dari 21 unit menjadi 17 unit. Personel untuk operasi pembersihan juga dikurangi dari 234 menjadi 170 orang.
Yudi Nugraha menambahkan, Pertamina terus melakukan monitoring dan pemeriksaan kondisi udara. Pada Minggu (8/4), di Balikpapan Barat kadar oksigen berada di dalam batas normal yaitu 19,23 persen, kadar karbon di bawah 20 ppm, combustible gas (gas yang mudah terbakar selain oksigen) di bawah lima persen Level Explosive Limit (LEL), dan H2S di bawah 10 ppm. Dikatakannya, operasi pembersihan sekarang difokuskan ke wilayah pemukiman penduduk seperti Kampung Atas Air Margasari hingga Kampung Baru Ujung, permukiman di tepi pantai dengan rumah-rumah panggung yang terdampak cemaran minyak. Warga sendiri pada hari Minggu mengangkat sampah yang terkontaminasi minyak mentah dari bawah kolong rumah mereka.
Yang masih susah dibersihkan adalah minyak yang menempel pada akar dan daun pohon-pohon mangrove. Pohon-pohon mangrove Margasari yang menjadi pembatas antara pemukiman dengan kilang minyak terendam air yang tercemar tumpahan minyak. Pertamina kemudian mengirim truk penyedot minyak untuk membersihkan perairan setelah menyemprotkan dispersan ke permukaan air yang tercemar.
Kementerian Perdagangan berkomitmen meningkatkan kerja sama perdagangan dengan negara-negara di kawasan Afrika. Upaya ini dilakukan melalui pertemuan bilateral yang dilakukan Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita dengan negara Maroko,Somalia, dan Nigeria di sela penyelenggaraan Indonesia-Africa Forum 2018. Pertemuan bilateral tersebut berlangsung Selasa (10/4) di Nusa Dua, Bali. Menurut Enggar, Pertemuan bilateral ini merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan perdagangan Indonesia dengan negara-negara di kawasan Afrika yang ditargetkan naik 11% dibandingkan tahun sebelumnya. Sebelumnya, perdagangan antara Afrika-Indonesia pada tahun 2017 mencapai USD 8,84 miliar atau meningkat sebesar 15,25% dibandingkan tahun 2016. Menteri Enggar menyampaikan, salah satu tantangan yang dihadapi dalam meningkatkan kerja sama
perdagangan dengan negara-negara di kawasan Afrika adalah hambatan tarif. Ini dikarenakan belum ada perjanjian dagang yang mengikat. Selain itu, kesepakatan dengan negara-negara di Afrika belum dapat dilakukan melalui pertemuan bilateral karena adanya kesepakatan regional yang mengikat negara-negara tersebut. Tantangan lainnya adalah dinamika politik internal di kawasan Afrika.
KBRI Amman Tarik Wisatawan Melalui Batik dan Kuliner.
Untuk memenuhi target wisatawan mancanegara, KBRI Amman menjalankan diplomasi budaya dengan menampilkan promosi batik dan kuliner pada masyarakat Yordania melalui acara bertajuk The Richness of Indonesian Heritage: Batik Show, Accessories and Culinary. Lina Annab, Menteri Pariwisata Yordania, yang hadir sebagai tamu istimewa, menikmati suguhan kopi Luwak sembari terpukau melihat penampilan peragaan busana batik Indonesia. Para hadirin yang antara lain terdiri dari pejabat pemerintah, Duta Besar negara sahabat, pengusaha, akademisi, para pecinta seni dan budaya, dijelaskan mengenai sejarah batik dan berbagai jenisnya di pelosok Indonesia. Menteri Lina dan para undangan juga melihat secara langsung proses membatik.
Pemerintah Luncurkan Buku “Road to Africa”.
Menteri Luar Negeri Retno Marsudi dan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati meluncurkan buku Road to Africa di sela penyelenggaraan Forum Indonesia Afrika, Selasa di Nusa Dua Bali. Usai prosesi penandatanganan nota kesepahaman, Menteri Keuangan Sri Mulyani menyampaikan, buku tersebut untuk memberikan peta arahan dalam mengidentifikasi potensi pengembangan kerjasama perdagangan Indonesia dan negara-negara di benua Afrika. Dirinya berharap peluncuran buku Road to Africa tersebut akan menjadi rintisan awal yang nantinya akan semakin disempurnakan, agar masyarakat Indonesia dan semua pihak dapat menemukan potensi terbaik guna meningkatkan hubungan perdagangan dengan Afrika.
“ Ini adalah suatu inisiatif bagus. Seperti kita ketahui bahwa Indonesia untuk bisa memacu pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi dan lebih merata, inklusif, itu peranan dan investasi dan ekspor kita dorong. Dan Indonesia dibandingkan Negara-negara di Asia sendiri, kita mungkin perlu untuk lebih menekankan pada kemampuan competitiveness dan produktivitas. Dan mulai masuk ke pasar-pasar serta komoditas baru. Dengan adanya buku Road to Africa ini bisa memberikan suatu peta yang bisa digunakan oleh semua pihak terutama private sector. Dan oleh LPEI untuk mengindentifikasi potential dari komoditas maupun pasar yang bisa dituju “.
Lebih lanjut Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan dirinya berharap agar buku Road to Africa dapat dikembangkan dengan melibatkan banyak pihak termasuk civitas akademika.
Forum Indonesia-Afrika (IAF) secara resmi dibuka oleh Wakil Presiden RI Jusuf Kalla, Selasa, 10 April 2018 di Nusa Dua, Bali. Forum yang diadakan selama 2 hari itu merupakan yang pertama diselenggarakan antara Indonesia dengan 47 negara-negara Afrika.
Diselenggarakan Kementerian Luar Negeri RI, Forum Indonesia-Afrika juga didukung oleh Kementerian Perdagangan.Acara ini mempertemukan 575 delegasi dari 47 negara Afrika plus Uni Afrika, yang terdiri dari pembuat kebijakan, Badan Usaha Milik Negara (BUMN), dan sektor swasta.
Forum Indonesia-Afrika merupakan ajang bagi pemerintah dan pelaku bisnis Indonesia dan negara-negara Afrika untuk mengeksplorasi dan meningkatkan kerjasama ekonomi dan perdagangan. Di samping itu, juga untuk mempromosikan investasi dan kerjasama teknis. Hal ini sejalan dengan upaya Kementerian Perdagangan (Kemendag) dalam menerapkan diversifikasi produk ekspor ke pasar nontradisional, seperti Afrika.
Berdasarkan catatan Kementerian Perdagangan (Kemendag), total perdagangan Indonesia dengan Afrika pada 2017 mencapai 8,85 Miliar dollar AS. Nilai ini meningkat sebesar 15,49 persen dibanding tahun sebelumnya. Produk-produk yang diekspor ke Afrika di antaranya minyak kelapa sawit, tekstil dan produk tekstil, kertas, sabun, dan kopi.
Pada hari pertama Forum Indonesia-Afrika, 10 kesepakatan kerja sama ekonomi ditandatangani dengan nilai perdagangan mencapai lebih dari 586 juta dolar AS. Juga diumumkan rencana bisnis 11 perusahaan di Afrika dengan potensi nilai perdagangan mencapai sekitar 1,3 miliar dolar AS.
Sampai hari ke dua, Forum Indonesia Afrika (IAF) berhasil menambah nilai transaksi perdagangan mendekati 500 juta dolar AS. Total potensi kesepakatan dagang dalam dua hari pertemuan itu mencapai sekitar 2,3 miliar dolar AS.
Melihat potensi kerja sama yang dapat dikembangkan antara Indonesia dan negara-negara di Afrika, wajar bila acara ini diharapkan dapat digelar secara rutin. Forum Indonesia-Afrika merupakan ajang efektif dalam mendalami pasar Afrika yang saat ini menjadi pasar baru bagi perdagangan Indonesia. Namun, di atas semua itu, diperlukan kerja sama yang sinergis antara pemangku kepentingan dalam mendorong peningkatan perdagangan Indonesia di pasar Afrika.
Total nilai perdagangan yang berhasil diraih selama penyelenggaraan Forum Indonesia Afrika 2018 mencapai lebih dari 2 miliar dolar Amerika Serikat. Hal itu disampaikan Menteri Perdagangan RI Enggartiasto Lukita saat penutupan forum yang diikuti oleh 575 delegasi dari 47 negara tersebut di Nusa Dua, Bali, Rabu (11/4). Sebelumnya dilaporkan bahwa pada hari pertama penyelenggaraan Forum ini, Indonesia dan Negara-negara Afrika telah menandatangani perjanjian bisnis dengan nilai 586 juta dolar Amerika. Angka ini bertambah memasuki penyelenggaraan Forum di hari ke dua. Menurut Enggartiasto Lukita, di hari ke dua penyelenggaraan Forum Indonesia Afrika 2018, terjadi transaksi bisnis secara langsung dengan nilai mencapai 499 juta dolar Amerika. Jumlah ini belum termasuk nilai potensi pengembangan bisnis yang ada, yang mencapai 1,3 miliar dolar Amerika Serikat.
“ Dalam dua hari ini ada tambahan hampir 500 juta dolar lagi transaksi langsung. Jadi di luar dari 586 juta dolar kemudian 499,24 juta dolar. Saya lagi upayakan betul supaya ini bisa jadi bulat 500 juta. Dan itu business deal langsung yang terjadi. On top of it ada yang potensial itu 1,3 miliar dolar. Jadi kita dalam waktu yang singkat kalau boleh dibilang apa yang dikeluarkan oleh Ibu Menteri Luar Negeri menghasilkan 2,3 miliar lebih. Ini satu hal yang luar biasa dalam waktu yang begitu singkat bisa lakukan itu “.
Selain itu Enggartiasto Lukita menambahkan, di sela penyelenggaraan Forum Indonesia Afrika, pemerintah Indonesia bersama dengan pemerintah Mozambik telah meluncurkan pembahasan awal bagi terbentuknya Perjanjian perdagangan preferensial atau Preferential Trade Agreement antara kedua Negara. Hal ini, menurutnya, akan mendorong peningkatan kerja sama ekonomi kedua pihak sekaligus menjadi penghubung bagi perluasan kerja sama ekonomi dengan Negara di sekitarnya. Enggartiasto Lukita menambahkan, pelaksanaan Forum Indonesia Afrika 2018 telah menunjukkan hasil nyata tercapainya transaksi langsung yang berdampak positif bagi pembangunan ekonomi. (ndy)