Suatu bangsa dapat maju dan berjaya kalau mempunyai nilai-nilai. Indonesia merupakan negara yang kaya dengan nilai budaya dan filosofi sehingga Indonesia menjadi bangsa yang tangguh dan punya jati diri. Demikian dikatakan Ketua MPR Zulkifli Hasan dalam audiensi dengan Keluarga Mahasiswa Sunan Gunung Djati (KMSGD) Jabodetabek di Gedung Parlemen, Jakarta Jumat (16/03) seperti dikutip laman mpr.go.id . Zulkifli Hasan mengatakan bahwa dengan jati diri itu maka seharusnya bangsa Indonesia tidak mudah terkontaminasi dengan budaya-budaya dari luar.
Ia menjelaskan nilai budaya yang saling menghormati satu sama lain dan menjaga toleransi telah menjadi ciri khas bangsa Indonesia yang telah ditanamkan oleh pendiri bangsa Indonesia.
Sebelumnya, seperti ditulis laman mpr.go.id, dalam acara Seminar Nasional Gerakan Ekonomi Ummat Berbasis Masjid dan Pesantren kerjasama MPR dan Badan Koordinasi Muballigh dan Ulama Indonesia (BAKOMUBIN) di Gedung Parlemen, Jakarta Kamis (15/3) , Zulkifli Hasan mengungkapkan nilai budaya yang juga dimiliki Indonesia, toleransi. Ia mengungkapkan Indonesia merupakan negeri yang toleran yang saling menghargai perbedaan. Oleh karena itu Zulkifli menolak tegas siapapun yang menyebut masyarakat Indonesia sebagai radikal dan intoleran. Ia mencontohkan salah satu bukti adalah peringatan hari besar suatu agama menjadi hari libur untuk semua umat agama. Ia menambahkan, itulah harmoni yang telah terbangun sejak Indonesia merdeka.
Zulkifli Hasan menjelaskan bahwa toleransi dan demokrasi Indonesia jadi contoh untuk dunia. Mereka kagum bagaimana negara dengan mayoritas muslim bisa berdemokrasi
Pameran tiga tahunan ACHEMA 2018, akan kembali digelar pada tanggal 11 sampai 15 Juni 2018 di Frankfurt am Main, Jerman. Pada tahun ini pameran tersebut akan berfokus pada tema proses industri. Indonesia merupakan salah satu negara terpilih untuk dijadikan pasar dari pameran tersebut karena Indonesia merupakan salah satu negara di Asia dengan jumlah pengunjung terbanyak pada pameran ini tiga tahun silam. Melalui pameran ini Indonesia diharapkan dapat memanfaatkan teknologi terkini untuk industri. Hal tersebut disampaikan oleh perwakilan penyelenggara pameran, Thomas Scheuring, dalam konferensi pers di Hotel Mandarin Oriental Jakarta Pusat Senin(19/3).
“ Kami percaya dan berharap bahwa perkembangan positif Indonesia, terutama dalam industri proses, akan memungkinkan bagi kami untuk membuat kontribusi kecil untuk memungkinkan negara Anda memanfaatkan inovasi dan teknologi yang up to date “.
Ia juga menambahkan, bagi siapapun warga negara Indonesia yang memiliki masalah mengenai pengurusan visa, pihak penyelenggara pameran menawarkan kerjasama untuk dapat mempermudah kunjungan ke negaranya yang lebih dikenal sebagai pusat teknologi tersebut. (voi/Egi)
Organisasi non-pemerintah Migrant Care mengecam eksekusi mati terhadap Buruh Migran Indonesia asal Bangkalan, Madura, Jawa Timur yang bekerja di Arab Saudi, Muhammad Zaini Misrin pada Minggu, 18 Maret. Ketua Pusat Studi Migrant Care, Anis Hidayah dalam konferensi persnya di Jakarta, Senin, 19 Maret, mengatakan, eksekusi yang dilakukan oleh Arab Saudi ini cacat hukum karena proses hukum terhadap Zaini Misri masih berjalan. Pemerintah Indonesia sendiri menurutnya sudah menyiapkan saksi kunci untuk proses hukum tersebut.
“ Artinya sebenarnya, eksekusi ini sebenarnya mal-judicial, dalam proses hukum yang masih berlangsung, dimana peninjauan kembali masih dilakukan oleh Pemerintah Indonesia, eksekusi itu dilakukan. Yang kedua, sebenarnya Pemerintah Indonesia juga punya saksi kunci, Sumiyati yang bekerja di majikan yang sama. Nah, dia akan memberikan kesaksian bagaimana hubungan Zaini Misrin dengan majikannya yang selama ini hampir tidak ada persoalan dan itu satu kebetulan saja majikannya meninggal dia ada disana sehingga kemudian dia didakwa yang sebenarnya sama sekali bukan dia yang melakukan “.
Anis Hidayah juga menjelaskan selama pemeriksaan Zaini Misrin dipaksa untuk mengakui bahwa dia melakukan pembunuhan. Ia juga mendapat tekanan dan intimidasi dari Pemerintah Kerajaan Saudi Arabia. Menurutnya, pihak Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia (RI) juga mengalami kesulitan dalam memberi bantuan kepada Zaini karena tidak adanya akses yang diberikan oleh pemerintah kerajaan Saudi Arabia. (VOI/Rezha)
Indonesia dinilai memiliki kemampuan yang bagus untuk mengembangkan pasukan perdamaian dunia, meski ada sedikit perbedaan dengan negara – negara anggota kerjasama inovatif MIKTA yaitu, Meksiko, Indonesia, Korea Selatan, Turki, dan Australia. Demikian dikatakan salah satu penulis buku 'MIKTA: Current Situation and The Way Forward', Nanto Sriyanto, Senin (19/3) di Jakarta. Nanto, yang juga seorang peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) mengatakan, Indonesia sudah memiliki sumber daya yang bagus serta target yang jelas terkait pengembangan pasukan perdamaian.
“ Peacekeeping operation, itu salah satu dari dua fokus Indonesia, selain itu kan creative industry. Nah gagasan saya adalah pertama, Indonesia sudah punya target yang jelas, Indonesia punya sumber daya yang bagus. Kalau perlu ditambahkan saya lebih ke bagaimana Indonesia menggalang permasalahan non-enterpreneurship, yaitu lemahnya di soal peacekeeping itu kita masih punya persoalan – persoalan seperti norma intervensi seperti apa dari Indonesia dan MIKTA sendiri masih ada perbedaan. Tapi Indonesia katakanlah punya lembaga dan aparat yang bisa mengkaji kearah sana. Sehingga Indonesia untuk fokus ke wilayah ini targetnya sudah cukup inline “.
Nanto Sriyanto menambahkan, kekuatan Indonesia dalam pasukan perdamaian nantinya akan semakin kokoh jika Indonesia terpilih menjadi Anggota Tidak Tetap Dewan Keamanan PBB 2019-2020 pada bulan Juni mendatang. Namun, di sisi lain ia juga mengakui, sampai saat ini MIKTA memang belum begitu dikenal di masyarakat. Oleh karena itu ia juga berharap akan ada pertemuan kepala negara anggota MIKTA untuk pertama kalinya. Berdiri pada 2013 lalu di sela Sidang Majelis Umum PBB, MIKTA merupakan kerja sama inovatif yang berpusat di bidang ekonomi dan perdamaian dunia. Tahun ini, Indonesia menjadi koordinator atau ketua forum kerja sama MIKTA yang mengusung tema mewujudkan perdamaian dan keamanan internasional. Selain itu, tema ini memberikan penekanan pada pentingnya pertumbuhan ekonomi yang ditopang ekonomi kreatif. (Rezha)