Hari ini, 1 Juni 2020, bangsa Indonesia memperingati 75 tahun lahirnya Pancasila, ideologi dan dasar negara Indonesia. Berbeda dari tahun-tahun sebelumnya, peringatan hari lahir Pancasila tahun ini dirayakan di tengah pandemi Covid-19. Meskipun hanya dihadiri pejabat negara secara terbatas dan dilakukan secara daring melalui video conference, pemerintah, dalam hal ini Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) tetap menggelar upacara peringatan Hari Lahir Pancasila Senin (1/6/2020) di 6 lokasi berbeda dan dikendalikan dari Gedung Pancasila, Kementerian Luar Negeri (Kemenlu), Jakarta. Tema Peringatan Hari Lahir Pancasila tahun ini adalah Pancasila Dalam Tindakan Melalui Gotong Royong Menuju Indonesia Maju.
Pancasila terdiri dari 2 (dua) kata yang diambil dari Bahasa Sansekerta, yaitu Panca yang berarti lima dan Sila yang berarti prinsip atau asas. Pancasila merupakan rumusan dan pedoman kehidupan berbangsa dan bernegara bagi rakyat Indonesia yang pertama kali disampaikan oleh Soekarno pada tanggal 1 Juni 1945.
Meskipun baru dikemukakan pada 1 Juni 1945 dan secara resmi diperingati sebagai Hari Lahir Pancasila pada 1 Juni 2016, nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila sebenarnya sudah dipahami dan diamalkan masyarakat Indonesia jauh sebelum Indonesia merdeka. Nilai-nilai tersebut mengakar pada sendi-sendi kehidupan masyarakat Indonesia hingga saat ini. Sila pertama yaitu Ketuhanan yang Maha Esa, misalnya, mengandung arti bahwa bangsa Indonesia mengenal adanya Tuhan dan mengakui keberadaan Tuhan sebagai pencipta alam semesta beserta isinya.
Di masa pandemi seperti sekarang ini, ketika banyak masyarakat yang terdampak, baik sosial maupun ekonomi, nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara justru semakin meningkat. Hal ini dibuktikan dengan adanya sikap di kalangan masyarakat yang tanpa diminta tergerak untuk melakukan aksi gotong royong untuk membantu sesama. Aksi kemanusiaan yang dilakukan oleh berbagai unsur masyarakat ini menunjukkan pengamalan sila ke 2 dari Pancasila yaitu Kemanusiaan yang adil dan beradab dan sila ke 5, Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Selain itu, sikap saling membantu sesama ini juga semakin memperkokoh persatuan yang berarti pengamalan sila ke 3 dari Pancasila, yaitu Persatuan Indonesia.
Mematuhi protokol kesehatan yang sudah ditetapkan pemerintah dan menjauhi keramaian dengan belajar di rumah, bekerja di rumah dan beribadah di rumah merupakan pengamalan sila ke 4 yaitu Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan dan perwakilan. Hal ini mengandung arti semua warga negara mematuhi apa yang sudah ditetapkan pemerintah dan tidak memaksakan kehendaknya untuk keluar rumah dengan alasan yang tidak penting. Dengan mematuhi protokol kesehatan dan kebijakan yang sudah ditetapkan pemerintah, berarti masyarakat ikut membantu menghambat penyebaran virus COVID-19.
Usaha yang dilakukan tidak akan berhasil tanpa berdoa kepada Tuhan yang Maha Esa. Meskipun masyarakat dihimbau untuk tetap di rumah, bukan berarti kegiatan beribadah dihentikan. Sebagai masyarakat yang beragama, kegiatan beribadah masih tetap dilakukan di rumah masing-masing. Berdoa dan beribadah kepada Tuhan yang Maha Esa menunjukkan pengamalan sila ke 1, yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa.
Pancasila memang bukan sekedar dihafalkan dan diperingati kelahirannya. Yang terpenting adalah bagaimana bangsa Indonesia dapat mengamalkan nilai-nilai Pancasila, apalagi di tengah pandemi COVID-19 ini.
Sejak awal tahun 2020, Organisasi Meteorologi Dunia atau World Meteorological Organization-WMO sudah memberi peringatan tentang suhu bumi yang akan terus meningkat. WMO menyatakan, suhu tinggi dapat memicu peristiwa cuaca ekstrem pada 2020. Berdasarkan temuan pada analisis data, peningkatan suhu global memiliki konsekuensi yang mengerikan. WMO secara khusus merujuk kebakaran hutan di Australia pada 2019 yang telah berlangsung selama berbulan-bulan. Sesuatu yang belum pernah terjadi sebelumnya. Bencana tersebut telah merenggut 28 nyawa, menghancurkan 2.000 rumah, dan membakar 10 juta hektar lahan. Para ilmuwan berpendapat, dunia harus meningkatkan kesiagaan akibat pemanasan global.
Faktanya kini pemanasan Global sudah menjadi kenyataan yang harus dihadapi. Kementerian Lingkungan Kanada menyebut bahwa suhu di Montreal pada Rabu (27/5) mencetak rekor tertinggi dalam sejarah untuk bulan Mei, akibat gelombang panas yang melanda sebagian negara tersebut.
Suhu di Bandara Internasional Pierre Elliott Trudeau di Montreal tercatat mencapai 36,6 derajat Celsius. Suhu tersebut membuat kota itu menjadi yang terpanas di Kanada. Sementara itu pada Selasa, 26 Mei 2020, New Delh, Ibu Kota India mencatat suhu 47,6 derajat celcius. Sebagian besar India utara memang tengah menghadapi kondisi gelombang panas yang parah. Menurut para pejabat setempat, hal tersebut akan berlangsung hingga akhir pekan. Padahal saat ini wilayah tersebut tengah berjuang menghadapi melesatnya jumlah kasus positif Covid-19 dan kawanan belalang yang merusak tanaman.
Situasi sulit memang tengah dialami masyarakat global sekarang ini. Selain Pandemi Covid 19 yang melanda hampir seluruh dunia, ancaman resesi ekonomi dan dampak nyata pemanasan Global pun mulai dirasakan di beberapa negara. Tak ada cara lain yang lebih efektif untuk mengatasinya selain bekerja sama. Dibutuhkan komitmen dan kesadaran global bahwa bumi perlu waktu dan upaya bersama untuk kembali pulih dan sehat. Jika krisis ini dapat dilalui dengan baik, maka bukan tidak mungkin Bumi akan menjadi tempat yang lebih baik untuk manusia.
Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN/Bappenas) menyasar pemulihan ekonomi yang berkelanjutan pascapandemi COVID-19 melalui pembangunan rendah karbon. Deputi Bidang Kemaritiman dan Sumber Daya Alam Kementerian PPN/Bappenas Arifin Rudiyanto dalam seminar virtual di Jakarta, Kamis mengatakan, pemulihan ekonomi yang berkelanjutan dilakukan dengan belajar dari krisis keuangan tahun 2008-2009.
Saat itu, proses pemulihan ekonomi justru memberi dampak lain yakni peningkatan emisi karbon dioksida (CO2) secara global hingga 5,9 persen tahun 2010 akibat pemanfaatan bahan bakar fosil. Dampaknya adalah polusi yang tinggi dan tidak efisien karena menghasilkan karbon yang memberi dampak lebih lama. (antara)
Kementerian Perindustrian akan memperbaharui aturan dan target-target sektor industri untuk menghadapi era kenormalan baru di tengah wabah Covid 19. Penyesuaian akan dilakukan, terutama di sektor industri manufaktur yang mengalami tekanan besar akibat wabah Covid 19. Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita di Jakarta, Kamis (28/5) mengatakan, kondisi normal baru ini membuat Kementerian Perindustrian harus menghitung ulang dengan baik, target-target yang sebelumnya sudah direncanakan.
Agus menyatakan, kenormalan baru dalam industri manufaktur dapat berpengaruh pada aspek produktivitas hingga daya saingnya. Salah satu target yang akan disesuaikan adalah pengurangan impor hingga 35 persen, yang awalnya diproyeksi tercapai pada akhir tahun 2021, disesuaikan untuk bisa dicapai pada akhir tahun 2022. (rri)