“United Againts Covid 19” “Bersatu Melawan Covid 19” itulah yang menjadi tema Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Gerakan Non-Blok (GNB) yang dilaksanakan secara virtual pada Senin malam (4/5). Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo dari Istana Bogor, Jawa Barat hadir bersama dengan wakil dari 38 negara anggota GNB.
Dalam kesempatan itu, dia menyebut 59 tahun lalu, GNB didirikan untuk melawan “musuh bersama" yaitu imperialisme dan kolonalisme. Kini, musuh bersama yang harus dihadapi adalah pandemi Covid-19. Hal serupa juga disampaikan oleh Perdana Menteri India, Narendra Modi yang mengajak anggota GNB fokus pada apa yang bisa dilakukan untuk membantu dunia memerangi krisis kesehatan.
Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, setelah mendampingi Presiden mengikuti pertemuan, menyampaikan hasil yang disepakati. KTT GNB kali ini menghasilkan deklarasi yang antara lain menekankan pentingnya solidaritas dan kerjasama termasuk dalam memastikan ketersediaan obat dan peralatan medis dan mencegah dampak negatif Covid-19 terhadap ekonomi. Hal lain dicatat dalam deklarasi adalah pentingnya pertukaran informasi terkait Covid-19. Yang juga disambut baik adalah Resolusi Majelis Umum PBB No 74/270 terkait Global Solidarity to Fight Covid-19, di mana Indonesia merupakan salah satu penggagas. Bentuk konkret yang disepakati dalam KTT GNB ini adalah pembentukan Gugus Tugas GNB, yang nantinya bertugas menyusun basis data kebutuhan medis dan kemanusiaan negara untuk selanjutnya disampaikan ke negara dan organisasi donor.
Apa yang menjadi deklarasi KTT GNB sesuai dengan gagasan-gagasan yang disampaikan oleh Indonesia. Seperti yang disampaikan oleh Presiden Joko Widodo, GNB harus berjuang untuk mendapatkan akses yang berkeadilan dan tepat waktu terhadap obat-obatan dan vaksin Covid-19 dengan harga yang terjangkau. Sebelumnya, pada forum International Coordination Group on Covid-19, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi juga mengusulkan pembentukan platform bersama untuk berbagi informasi mengenai kapasitas produksi perusahaan di bidang alat kesehatan di tengah pandemi Covid-19.
Indonesia memang sangat fokus terhadap penanganan Covid-19 yang kini telah memapar 215 negara. Bukan saja untuk menangani 11 ribu lebih yang positif tertular virus corona baru di Indonesia. Tetapi juga berkontribusi untuk penanganan lebih dari 3.5 juta kasus positif di dunia. Semangat kebersamaan dan gotong royong yang dimiliki Indonesia, juga menjadi modal untuk bersama dengan Gerakan Non-Blok khususnya, dan dunia secara umum bersatu untuk melawan Covid-19. Karena belum ada yang bisa memastikan, kapan pandemi ini akan berakhir. Meski pandemi ini masih jauh dari usai, dengan semangat kebersamaan melawan Covid-19, setiap negara bisa bahu membahu untuk menekan angka sebarannya. Langkah-langkah konkret harus segera dijalankan. Seperti ajakan yang disampaikan oleh Presiden Joko Widodo kepada negara anggota GNB, untuk bergerak cepat, cermat dan strategis, untuk Bersatu Melawan Covid-19. Bukan saja untuk mengatasi pandemi Covid-19 saat ini, tetapi menjadi lebih siap menangani pandemi yang mungkin muncul pada masa yang akan datang.
Marabahaya yang terjadi bersamaan di seantera penjuru bumi, rupanya mampu menggerakkan nurani para pemimpin negara untuk bergandeng tangan menghindari dan melawannya. Pandemi COVID 19 yang merata hampir di seluruh dunia, mendorong para pemimpin negara berpadu melawan, mengatasi dan mencegahnya.
Solidaritas melawan COVID itu muncul dalam pertemuan pemimpin dari berbagai penjuru dunia yang diselenggarakan Uni Eropa, Selasa 5 Mei 2020. Walaupun dilaksanakan secara daring, jarak antar negara tidak menyurutkan komitmen 40 pemimpin negara untuk bersama melawan COVID 19.
Sebagaimana dikatakan Presiden Uni Eropa, Ursula von der Leyen yang menjadi tuan rumah pertemuan, para pemimpin negara dan pemerintahan sepakat mendonasikan dana untuk pengembangan vaksin Corona serta membiayai kegiatan penelitian pengobatan pasien Covid 19. Sumbangan tidak hanya diberikan oleh para pemimpin pemerintahan atas nama negara, tetapi juga oleh lembaga lembaga penelitian, PBB dan organisasi nirlaba atau filantropi. Donasi yang terkumpul tercatat mencapai 8 milyar dollar Amerika atau senilai 120 trilyun rupiah. Perancis, Jerman dan Arab Saudi menjanjikan bantuan masing masing sekitar 8 trilyun rupiah. Bahkan Jepang menjanjikan sumbangan lebih dari 12 trilyun rupiah. Presiden Uni Eropa juga mengemukakan adanya komitmen penyanyi Madona untuk menyumbang sedikitnya 15 milyar rupiah. Negara yang tidak ikut berperan serta dalam pertemuan yang diinisiasi Uni Eropa itu adalah Amerika Serikat dan Rusia. Sedangkan China, negara pertama yang terjangkit Corona bulan Desember 2019, hanya diwakili oleh Duta Besarnya.
Kebersamaan global memerangi marabahaya ini baru pertama kali terjadi. Sebagaimana dikatakan para pemimpin dunia yang ikut dalam pertemuan tersebut, ini adalah gerakan bersama yang pertama kali terjadi.
Terwujudnya gerakan bersama antara pemerintahan, dengan organisasi internasional, badan nirlaba, yayasan, kaum profesional, artis, kalangan industri dan para ilmuwan, setidaknya menunjukkan bahwa secara global kebersamaan dapat diwujudkan atas dasar kesadaran mengatasi persoalan. Hal ini dapat menjadi penyejuk suasana panas yang muncul akibat sengketa antar negara, konflik bersenjata dan permusuhan.
Semoga inisiatif mengatasi persoalan global ini tidak berakhir saat ditemukannya vaksin Corona dan Convid 19. Sehingga impian adanya perdamaian dan dunia yang tentram, dapat terwujud.
Presiden Prancis Emmanuel Macron yakin Amerika Serikat (AS) akan bergabung dalam upaya global dalam menemukan vaksin Covid-19. AS dan Rusia tidak berpartisipasi dalam pertemuan yang digelar Uni Eropa. Dalam pertemuan virtual Selasa (5/5) itu pemimpin-pemimpin dunia, organisasi, dan bank internasional berjanji akan menghibahkan dana sebesar 7,4 miliar euro. Macron menyumbang 500 juta euro atas nama Prancis. Ia mengatakan AS 'berada di pertemuan sela'.
Macron mengatakan hal tersebut tidak mengganggu atau memperlambat inisiatif itu. Berbicara di kediaman presiden Prancis, Palais de l'Élysée, Macron mengatakan ia sudah membahas isu ini dengan Presiden AS Donald Trump. Macron menambahkan pemerintahannya terus melakukan dialog dengan pemerintahan Trump dan perusahaan-perusahaan AS. Republika
Pengamat intelijen Suhendra Hadikuntono menilai penunjukan Irjen Pol Boy Rafli Amar sebagai Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) sudah tepat dilihat dari kapasitasnya dan sudah sesuai dengan ketentuan yang ada. Hal itu dikatakan Suhendra Hadikuntono, melalui pernyataan tertulis di Jakarta, Selasa. Menurut dia, prosedurnya pun sudah sesuai dengan ketentuan yang ada, khususnya Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Polri. Suhendra menerangkan bahwa dalam Pasal 25 ayat (1) UU No 2/2002 disebutkan setiap anggota Polri diberi pangkat yang mencerminkan peran, fungsi dan kemampuan, serta sebagai keabsahan wewenang dan tanggung jawab dalam penugasannya.
Ia mengatakan pengangkatan Boy Rafli Amar sebagai Kepala BNPT pada akhirnya akan dilakukan oleh Presiden Jokowi melalui keputusan presiden (keppres). Sebelumnya, Kapolri menunjuk Irjen Pol Boy Rafli Amar sebagai Kepala BNPT menggantikan Komjen Pol Suhardi Alius melalui Surat Telegram Kapolri No ST/1378/KEP/2020 tertanggal 1 Mei 2020, bersamaan dengan mutasi ratusan perwira menengah dan perwira tinggi lainnya. Antara