Gili Labak adalah sebuah pulau kecil seluas sekitar 5 hektar. Dikelilingi oleh hamparan pasir putih dan air laut bewarna biru kehijauan. Pulau kecil l yang indah ini berada di sebelah tenggara Pulau Madura atau sekitar 5 mil laut dari Gili Genting. Secara administratif pulau ini masuk wilayah Desa Kombang, Kecamatan Talango, Kabupaten Sumenep, Jawa Timur.
Kecantikan pulau kecil ini tidak diragukan lagi. Pulau Gili Labak ini mempunyai pasir putih seperti yang terdapat di Pulau Lombok. Pulau Gili Labak juga memberikan kecantikan alam bawah laut yang cantik. Di beberapa titik tertentu pulau ini memiliki pemandangan yang luar biasa. Karang laut yang menawan, ikan-ikan cantik yang berenang di sekitarnya menambah indahnya sisi bawah laut pulau ini. Banyak kegiatan yang dapat anda lakukan di pulau ini, seperti snorkeling, diving, susur pantai dengan menyewa perahu lokal selama 30 menit, hingga menikmati indahnya matahari terbit atau terbenam. Di Gili Labak, anda juga dapat berkemah, namun jika anda tidak terbiasa dengan kegiatan ini, anda dapat menginap di rumah warga yang menyewakan rumahnya untuk pengunjung.
Untuk menuju ke pulau Gili Labak, anda dapat menempuh dengan cara menggunakan bus dari Terminal Bungurasih, Surabaya menuju Sumenep dengan jadwal keberangkatan tiap jam. Perjalanan dari Surabaya ke Sumenep ini membutuhkan waktu sekitar 4 jam. Kemudian menyewa kapal pulang pergi Kalianget-Gili Labak. Waktu yang dibutuhkan menyeberang ke Pulau Gili Labak ini kurang lebih 2 jam. Tergantung keadaan cuaca dan angin yang kerap mengganggu perjalanan menuju ke Pulau ini. Fasilitas yang tersedia di pulau ini juga masih minim, Namun ada beberapa fasilitas seperti kamar mandi umum dan tempat untuk berbilas atau berganti pakaian, lokasi untuk berkemah jika anda berencana untuk menghabiskan malam di sana, tempat untuk menyewakan peralatan selam dan juga beberapa warung yang menjual makanan dan minuman walaupun tidak banyak. Jam buka dari Gili Labak sendiri adalah 24 jam setiap hari, jadi anda bisa datang kapan saja, namun anda harus memperhatikan jadwal perahu-perahu atau kapal yang bisa mengantarkan anda ke Gili Labak. Di obyek wisata ini, pengunjung tidak dikenakan biaya tiket masuk.
Laju penularan Covid-19 di Indonesia belum juga menunjukkan tanda-tanda perlambatan. Angka terkonfirmasi positif harian dalam beberapa hari terakhir masih menunjukkan diatas 10.000 ribu orang. Pembatasan Sosial Bersakala Besar (PSBB) yang sempat diberlakukan di beberapa daerah dan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) yang saat ini masih berlaku seolah tidak mampu mengerem laju penyebaran Covid-19. Untuk mengefektifkannya, pemerintah akan menerapkan pembatasan berskala mikro mulai Selasa besok (9/2).
Presiden Joko Widodo saat bertemu dengan Gubernur Jakarta, Gubernur Jawa Barat, Gubernur Jawa Tengah, Gubernur Yogjakarta dan Gubernur Bali Rabu (3/2) minggu lalu menekankan dua hal yang dinilainya masih kurang selama pelaksanaan PPKM. Pertama, penerapan protokol kesehatan di masyarakat, yakni kurangnya kedisplinan memakai masker, menjaga jarak dan menghindari kerumunan. Kedua, upaya pengetesan, pelacakan dan perawatan (testing, tracing, treatment) oleh pemerintah. Presiden menekankan, proses pelacakan kontak paling tidak harus dilakukan kepada 30 orang yang diduga kontak erat dengan pasien Covid-19. Untuk itu Presiden menginstruksikan agar dilakukan pembatasan kegiatan masyarakat di level mikro yaitu di level kampung, desa, RW dan RT.
Pendekatan berbasis mikro ini akan melibatkan Satgas Covid-19 baik tingkat pusat sampai di tingkat terkecil, yakni RT/RW. Untuk memastikan kedisiplinan masyarakat tentu perlu dilakukan penegakan hukum yang melibatkan unsur keamanan di level mikro termasuk Bintara Pembina Desa (Babinsa).
Sepanjang pemberlakuan PPKM skala mikro, pemerintah akan memerhatikan kebutuhan masyarakat melalui operasi yang bersifat mikro di 98 daerah yang menerapkan Pembatasan Kegiatan Masyarakat. Tiap desa akan didorong mendirikan posko tanggap Covid-19 yang berperan sebagai pendamping Puskesmas serta tim pelacak penyebaran Covid-19. Salah satu tugas posko adalah mengawasi dan mengantarkan makanan bagi warga setempat yang menjalani isolasi mandiri selama 14 hari.
Keberhasilan penerapan Pembatasan Kegiatan Masyarakat skala Mikro ini tentu akan sangat tergantung pada kedisiplinan dan kepatuhan masyarakat. Jika tidak, maka harapan untuk menekan laju penyebaran Covid-19 akan sia-sia.
Langkah pemerintah Rusia menahan ribuan pengunjuk rasa yang menuntut pembebasan tokoh oposisi Alexel Navalny, mengundang reaksi Masyarakat Eropa dan Amerika Serikat.
Untuk menghentikan dan mengantisipasi protes lebih luas, Pemerintah Rusia telah mengambil langkah tegas menangkap dan menahan sedikitnya 5 ribu pengunjuk rasa yang turun ke jalan Minggu, 31 Januari 2021. Cuaca dingin dan turunnya salju yang lebat tidak menyurutkan semangat warga Moskow dan kota lain di Rusia turun ke jalan meminta pemerintah membebaskan Alexei Navalny, tokoh oposisi yang tidak takut mengkritik kebijakan Presiden Vladimir Putin. Alexei Navalny, baru saja kembali ke Moskow setelah berada di Berlin. Musim panas lalu, pengkritik kebijakan Putin itu pergi ke Berlin, Jerman untuk keperluan perawatan akibat dugaan keracunan oleh agen saraf novichok. Otoritas Rusia telah membantah tuduhan itu. Namun ketika Navalny kembali ke Moskow setelah hampir setengah tahun memulihkan kesehatannya, polisi menangkap dan memenjarakannya. Ribuan pendukung dan simpatisannya segera memprotes penangkapan Navalny dengan turun ke jalan jalan di seantero Rusia, hingga polisi membubarkan dan menangkap mereka. Diberitakan penjara penjara penuh karena penangkapan dan penahanan massal yang dilakukan.
Kisruh di Rusia itu telah mengundang reaksi baik Amerika Serikat maupun Masyarakat Eropa. Antony Blinken, Menlu Amerika Serikat yang baru pilihan Biden, telah mengemukakan rasa keprihatinannya yang mendalam. Blinken prihatin dengan penangkapan tokoh opisisi Rusia itu yang diikuti dengan penahanan dan penangkapan pengunjuk rasa. Sebagai Menteri dari Pemerintahan Partai Demokrat, Blinken memandang penahanan Alexei Navalny dan penangkapan ribuan pengunjuk rasa memprihatinkan dari sisi hak asasi manusia.
Sebagaimana Amerika Serikat, Uni Eropa juga mengemukakan keprihatinan atas tindakan polisi Rusia. Para Menteri Luar Negeri Uni Eropa, pada hari Senin 24 Januari 2021, bertemu dan membicarakan penangkapan Novolny serta penangkapan ribuan warga Rusia. Pejabat Uni Eropa telah menegasakan tidak hanya memberikan perhatian, tetapi juga mengkhawatirkan kejadian yang tersebut, antaralain karena Rusia adalah tetangga dekat Eropa. Tindakan represif Vladimir Putin, dapat saja berdampak pada datangnya pengungsi dari Rusia ke negara negara Eropa yang akan menimbulkan persoalan dan kesulitan baru.
Sikap Amerika Serikat terhadap penangkapan tokoh oposisi Rusia dan penahanan ribuan pendukungnya, bisa jadi akan menjadi awal bagi kemungkinan adanya perubahan kebijakan kedua negara dalam hubungan bilateralnya. Sedangkan reaksi Uni Eropa terhadap kejadian akhir pekan lalu di Rusia, mungkin saja akan menjadi pemantik ketegangan hubungan diplomatic antara keduanya.
Apakah Vladimir Putin akan bertahan dengan langkah dan kebijakannya terhadap Navalny, masih harus dilihat reaksinya dalam waktu dekat.