16 November kemarin, Presiden Joko Widodo meresmikan Monumen Kapsul Waktu di Merauke, Papua. Di Monumen yang letaknya tak jauh dari Bandara Mopah ini, tersimpan tujuh mimpi besar anak-anak Indonesia untuk 70 tahun ke depan. Peletakkan kapsul waktu ke dalam cangkang ini dilakukan oleh 36 anak-anak muda Indonesia. Menurut Presiden, Monumen seluas 2,5 hektar ini memiliki bentuk seperti Markas Avengers yang sangat futuristik. Presiden menilai, kapsul waktu ini memiliki jiwa dan semangat yang sama dengan para Avengers. Para Avengers, bukan hanya punya mimpi besar.Namun juga melakukan tindakan yang besar untuk melindungi banyak orang.
Tujuh mimpi anak-anak muda Indonesia dikumpulkan selama ekspedisi Kapsul Waktu sejak 22 September 2015. Ekspedisi itu digelar di 43 kota di 34 provinsi sejauh 24.089 kilometer dari Sabang sampai Merauke. Di setiap provinsi, anak-anak muda menuliskan keinginannya dalam 70 tahun kedepan yang kemudian disimpan permanen di monumen, sehingga kelak di tahun 2085 dibuka oleh penerus selanjutnya. Tujuh mimpi anak-anak bangsa tersebut, antara lain Pertama, SDM Indonesia kecerdasannya mengungguli bangsa-bangsa lain di dunia. Kedua, masyarakat Indonesia menjunjung tinggi pluralisme, berbudaya, religius, dan menjunjung tinggi nilai-nilai etika. Ketiga, Indonesia sebagai pusat pendidikan, teknologi, dan peradaban dunia. Keempat, masyarakat dan aparatur pemerintah bebas dari perilaku korupsi. Kelima, membangun infrastruktur yang merata di seluruh Indonesia. Keenam, Indonesia sebagai negara yang mandiri dan negara yang paling berpengaruh di Asia Pasifik. Dan ketujuh, Indonesia sebagai barometer pertumbuhan ekonomi dunia.
Monumen Kapsul Waktu berupa bangunan tugu dengan pintu yang mewakili suku asli Merauke, yakni Malind, Muyu, Mandobo, Mappi dan Auyu, sebagai penjaga tugu. Di dalam Monumen terdapat relief mengenai perjalanan Indonesia, Pancasila, serta kebudayaan Papua. Sementara 1,5 hektar arealnya menjadi alun-alun. Selain menjadi ruang terbuka publik dan lokasi wisata bagi masyarakat Merauke, Monumen Kapsul Waktu diharapkan dapat membangkitkan pertumbuhan ekonomi lokal.
Hari ini kami akan memperkenalkan kepada anda Festival Endog-Endogan. 20 November lalu, masyarakat Banyuwangi, Jawa Timur berkumpul menggelar Festival Endog-Endogan dalam rangka memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW, berlangsung meriah. Ribuan kembang endhog diarak dari empat penjuru, yakni dari timur, barat, utara, dan selatan, menuju ke titik kumpul di depan Kantor Pemerintah daerah Banyuwangi, Jawa Timur. Arak-arakan di masing-masing penjuru diiringi dengan tabuhan rebana dan tarian kuntulan, tarian khas Banyuwangi dengan iringan musik rebana dan kendang. Masing-masing peserta dalam arak-arakan juga membawa ancak yang berupa makanan siap saji.
Dalam bahasa Using, suku asli Banyuwangi, Endog berarti telur. Dalam festival tersebut ribuan endhog , diletakkan di tangkai bambu yang dihias bunga kertas. Hal ini dikenal luas dengan sebutan kembang endhog. Kembang endhog tersebut lantas dirangkai di judang yaitu sebuah tempat berhias yang menjadi papan kembang endhog. Ada yang terbuat dari pelepah pisang, gabus dan lain sebagainya. Sesuai dengan perkembangan zaman, kembang endog tidak hanya berbentuk bunga, namun berkembang sesuai kreativitas masyarakat, seperti berbentuk barong, ular naga, pesawat ataupun model kerucut. Biasanya dalam satu judang berisi 27, 33 ataupun 99 kembang endog.
Tradisi endog-endogan muncul di Bayuwangi pada akhir abad ke-18. Seorang ulama asal desa Cemoro Songgon yang bernama KH. Abdullah Faqih menggunakan media telur ini sebagai media dakwah. Kembang endhog sendiri bukan semata hiasan ataupun hiburan. Namun, sarat dengan nilai-nilai filosofis. Tradisi ini menggunakan telur, karena telur merupakan simbol dari sebuah kelahiran. Sedangkan kembang merupakan simbol pemujaan. Festival yang merupakan tradisi khas masyarakat Banyuwangi ini adalah bentuk ekspresi kecintaan warga Banyuwangi kepada Nabi Muhammad SAW.
Rangkaian Festival Endhog-endhogan ditutup dengan tausiyah maulid yang disampaikan oleh Ustad sekaligus doa. Kemudian, ancak yang diarak dimakan bersama. Sedangkan kembang endhognya dibagikan ke segenap pengunjung. Kini festival Endog-Endogan digelar tidak hanya sebagai bagian tradisi melainkan juga menjadi salah satu daya tarik wisata kota Banyuwangi. Biasanya tradisi ini digelar setiap bulan Rabiul Awal dalam kalender Islam, khususnya di tanggal 12 dan seterusnya sampai akhir bulan.
Dalam edisi Warna Warni kali ini saya sajikan informasi mengenai Dosen IPB Raih Penghargaan dari Presiden Prancis.
Ika Amalia Kartika, dosen Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor ( IPB) tedorong mengembangkan energi terbarukan berupa biodiesel dari biji buah nyamplung. Biji buah nyamplung adalah biji dihasilkan dari tanaman nyamplung. Tanaman ini banyak ditemukan di daerah pesisir pantai maupun di tepi sungai. Sampai saat ini biji buah nyamplung belum banyak dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Hal tersebut memotivasi Ika untuk memanfaatkan biji buah nyamplung sebagai bahan biodiesel.
Ika Amalia saat ini tengah mengembangkan riset mengenai pembuatan biodiesel dari biji buah nyamplung. Pengembangan riset tersebut mencakup pemurnian minyak nyamplung dari resin, dan produk sampingan dari biji buah nyamplung. Melalui penelitiannya, Ia berpartisipasi dalam kegiatan "Make Our Planet Great Again" tahun 2018, sebuah program diinisasi pemerintah Prancis sebagai upaya dalam penanganan pemanasan global. Program tersebut diperuntukkan bagi peneliti, mahasiswa doktoral, dan mahasiswa internasional. Pada program yang diikuti oleh peserta dari berbagai negara ini, Ika mendapat penghargaan Laureate dari Presiden Prancis bulan Oktober lalu. Sebelum menggunakan biji buah nyamplung, awalnya Ika menggunakan buah jarak sebagai bahan baku biodiesel, namun ternyata kadar minyak buah jarak terlalu rendah. Ika memutuskan mencari pengganti buah jarak dan menemukan biji buah nyamplung. Menurutnya, kadar minyak dihasilkan dari biji buah nyamplung jauh lebih banyak dari buah jarak.
penggunaan biji buah nyamplung dalam proses pembuatan biodiesel ternyata sangat ramah lingkungan. Proses pembuatan biodisel dari biji buah nyamplung tidak perlu melakukan pembuatan minyak dan pemurnian terlebih dahulu. Proses pembuatan minyak dan pemurnian minyak dapat dihilangkan sehingga harga biodiesel dari biji buah nyamplung lebih murah. Meskipun biji buah nyamplung memiliki potensi besar sebagai bahan baku biodiesel, masih terdapat beberapa permasalahan dalam proses pembuatannya. Kandungan resin yang ditemukan dalam minyak nyamplung juga menjadi masalah yang harus segera diselesaikan.
Edisi kali ini menghadirkan lagu-lagu bernuansa keroncong yang dibawakan oleh penyanyi-penyanyi berbakat wanita Indonesia. Sebagai pembuka dengarkan sebuah lagu berjudul Langgam Kerinduan, yang dibawakan oleh Mamiek Marsudi.
Demikianlah lagu berjudul Langgam Kerinduan. Sebuah lagu bernada sendu dengan irama mendayu yang dibawakan oleh Mamiek Marsudi. Lagu ini bercerita tentang kerinduan kepada sang kekasih yang sudah lama merantau. Walaupun mencoba melupakan, namun kerinduan itu tetap ada. Mamiek Marsudi atau Prasitoresmi memiliki suara merdu dan mendayu. Dia lebih dikenal sebagai penari. Kepiawaiannya dalam menari dan menyanyi keroncong telah mengantarkannya ke berbagai negara sebagai duta dalam misi kebudayaan. Ketertarikannya pada musik keroncong dimulai saat suaminya, Marsudi membawakan kaset keroncong yang diberi oleh Manajer Anjungan Jawa Tengah, Taman Mini Indonesia Indah (TMII) tahun 1983 silam. Salah satu lagu yang disukai Mamiek dalam kaset itu adalah Bunga Sekuntum. Berbekal satu lagu ini dia pun mulai mengikuti lomba lagu keroncong dan meraih juara. Sejak saat itu bakat menyanyinya semakin terasah.
Baiklah pendengar, selanjutnya kita dengarkan sebuah lagu keroncong yang dibawakan oleh penyanyi keroncong Indonesia lainnya yaitu Tetty Supangat, dengan lagu berjudul Riwayat Sangkuriang. Demikianlah lagu berjudul Riwayat Sangkuriang yang dibawakan oleh Tetty Supangat. Syair lagu ini diambil dari sebuah cerita legenda dari daerah Sunda atau Jawa Barat. Cerita yang dipercaya masyarakat, dibalik terciptanya danau Bandung, Gunung Tangkuban Parahu, Gunung Burangrang dan Gunung Bukit Tunggal. Irama lagu Sunda atau Jawa Barat sangat kental dalam lagu ini yang kemudian dibalut dengan alunan musik keroncong. Tetty Supangat merupakan satu diantara penyanyi berbakat Indonesia. Dalam dunia musik keroncong Tetty masuk nominasi dalam AMI Award untuk kategori penyanyi solo pada tahun 2015 dan 2017.