ofra voi

ofra voi

21
November

Tiga judul film pendek Indonesia diputar di gedung bioskop di pusat Kota Ningbo, China, Sabtu, 17 November. Film-film pendek tersebut berjudul "Errorist of the Seasons", "Roda Pantura", dan "Indonesia Masih Subuh". Pemutaran film tersebut dalam rangka Festival Mikrofilm Internasional Ningbo (NIMF) Ke-3. Selain tiga film pendek, terdapat tiga judul film lainnya yang juga diputar di studio Cinema Ningbo. Ketiga film panjang itu adalah "Moonrise Over Egypt" yang disutradarai oleh Pandu Adiputra, "Kukejar Cinta ke Negeri Cina" (Chand Parwez Servia), dan "Sara&Fei Stadhuis Schandaal" (Adisoerya Abdi). NIMF Ke-3 dibuka oleh Wakil Ketua Lembaga Legislatif Kota Ningbo Zhang Minghua.Konsul Jenderal RI untuk Shanghai Siti Nugraha Mauludiah menawarkan kepada sutradara dan produser film dari China, Hong Kong, dan Taiwan yang berkumpul di ajang NIMF itu untuk  syuting film di Indonesia. Indonesia memiliki banyak lokasi syuting film yang indah. Tidak hanya di Bali, tapi ada di 10 lokasi wisata lainnya, ujarnya. Deputi Direktur Pemasaran Internasional Region III China Kementerian Pariwisata RI, Dedi Ahmad Kurnia, mengatakan bahwa Indonesia sudah memiliki pengalaman dalam penyediaan lokasi film. Salah satu film yang terkenal di dunia 'Eat, Pray, and Love' mengambil latar tempat di Bali. Pembukaan NIMF juga diisi dengan penandatanganan nota kesepahaman antara Pusat Pengembangan Film Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI dengan Asosiasi Sinema Ningbo.

Film "Errorist of the Seasons" karya Rein M bercerita tentang fenomena sosial masyarakat di pinggiran Ibu Kota Jakarta yang mengais rezeki dengan menjadi ojek perahu karet saat terjadi banjir. Namun usaha tersebut berujung kegagalan karena pemerintah daerah setempat bisa mengatasinya dengan memperlancar arus sungai. Sementara Hizkia Subiyantoro mengetengahkan fenomena warung remang-remang di jalur pantai utara Jawa melalui film animasi berjudul "Roda Pantura". Sedangkan film "Indonesia Masih Subuh" yang diproduseri Fauzan Hazabi memotret kisah inspiratif tentang nasionalisme seorang bocah laki-laki yang bekerja sebagai tukang semir sepatu keliling.

21
November



Edisi kali ini, akan memperkenalkan salah satu tempat wisata di Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Berbah merupakan sebuah kecamatan di Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Dengan luas sekitar 2.299 ha, kawasan ini terkenal dengan destinasi wisata menarik yang masih jarang diketahui para wisatawan. Bahkan, ada sebuah destinasi wisata yang saat ini masuk sebagai nominasi Anugerah Pesona Indonesia 2018, yaitu Lava Bantal.

Lava Bantal ditetapkan sebagai geoheritage pada tanggal 2 Oktober 2014. Geoheritage adalah warisan situs atau area geologi yang memiliki nilai-nilai penting keilmuan, pendidikan, budaya, dan nilai estetika. Lava Bantal terbentuk pada awal masa kejayaan Gunung Api Purba Nglanggeran sekitar 36 juta tahun yang lalu.
Lava Bantal terbentuk karena lahar yang keluar dari gunung api bawah laut. Lahar panas yang berkontak langsung dengan air dingin menyebabkan mineralnya mengalami pembekuan yang membentuk geometri mirip tumpukan bantal. Nama bantal diambil dari bentuk batuan yang bersumber dari lava tersebut. Sederet batuan berbentuk seperti bantal yang di tengahnya mengalir sungai.

memasuki kawasan ini, Anda akan disuguhi suasana alami seperti pepohonan hijau, sungai mengalir, dan batuan unik. Penampakan Lava Bantal terlihat dari atas jembatan dengan jelas. Dari sana tampak aliran sungai yang merupakan terusan dari Sungai Opak mengalir jernih berwarna kebiruan. Selain itu, gemericik air sungai di antara bebatuan serta kicauan burung di pohon menambah kesan alami di kawasan ini.
Beberapa pengunjung sangat menikmati suasana dan mengabadikan momen. Tak sedikit yang ingin merasakan segarnya sungai dengan bermain air. Menikmati alamnya tak cukup jika hanya berdiam di satu titik.Anda pun bisa menyusuri dengan berjalan kaki bagai menapak tilas terbentuknya Lava Bantal jutaan tahun lalu dan kini kita bisa melihat langsung bukti hasil pembentukannya.

Memiliki debit sungai yang cukup besar, kawasan wisata ini juga membuka kegiatan Geo Tubing. Pihak pengelola menyewakan ban serta pelampung bagi yang berminat untuk merasakan sensasi susur Sungai Opak di Lava Bantal dengan durasi antara 30 hingga 45 menit tergantung rutenya. Biasanya aktivitas Geo Tubing ini akan ramai saat akhir pekan yaitu hari Sabtu dan Minggu. Bagi Anda yang memiliki adrenalin tinggi, mencoba Geo Tubing menjadi hal yang wajib untuk dicoba.

Selain menawarkan wisata uji adrenalin, pengelola geosite ini juga menyediakan fasilitas gazebo di pinggir sungai dan area atas. Wisatawan bisa bersantai sambil menikmati pemandangan dan merasakan suasana aliran sungai yang natural. Selain gazebo, wisatawan juga bisa bersantap di area warung yang menjajakan berbagai makanan dan minuman. Selain itu, jika ingin mengadakan acara atau pertemuan di kawasan Lava Bantal, tersedia Pendopo Joglo yang bisa dimanfaatkan untuk menampung banyak orang.

masuk ke Lava Bantal ini tidak dikenakan biaya atau gratis. Wisatawan hanya cukup membayar parkir kendaraan. Meski dengan harga yang murah, tapi Anda bisa mendapatkan pemandangan yang indah. Lava Bantal berada di Watuadeg, Jogotirto, Berbah, Sleman. Jika dari Bandara Adisutjipto, arahkan kendaraan ke Jalan Raya Solo-Jogja, kemudian ambil Jalan Raya Berbah Utara. Tak sampai 15 menit, Anda akan dengan mudah menemukan plang petunjuk Lava Bantal yang menuntun Anda ke destinasi wisata tersebut.


21
November



Edisi kali ini, akan memperkenalkan salah satu tempat wisata di Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Berbah merupakan sebuah kecamatan di Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Dengan luas sekitar 2.299 ha, kawasan ini terkenal dengan destinasi wisata menarik yang masih jarang diketahui para wisatawan. Bahkan, ada sebuah destinasi wisata yang saat ini masuk sebagai nominasi Anugerah Pesona Indonesia 2018, yaitu Lava Bantal.

Lava Bantal ditetapkan sebagai geoheritage pada tanggal 2 Oktober 2014. Geoheritage adalah warisan situs atau area geologi yang memiliki nilai-nilai penting keilmuan, pendidikan, budaya, dan nilai estetika. Lava Bantal terbentuk pada awal masa kejayaan Gunung Api Purba Nglanggeran sekitar 36 juta tahun yang lalu.
Lava Bantal terbentuk karena lahar yang keluar dari gunung api bawah laut. Lahar panas yang berkontak langsung dengan air dingin menyebabkan mineralnya mengalami pembekuan yang membentuk geometri mirip tumpukan bantal. Nama bantal diambil dari bentuk batuan yang bersumber dari lava tersebut. Sederet batuan berbentuk seperti bantal yang di tengahnya mengalir sungai.

memasuki kawasan ini, Anda akan disuguhi suasana alami seperti pepohonan hijau, sungai mengalir, dan batuan unik. Penampakan Lava Bantal terlihat dari atas jembatan dengan jelas. Dari sana tampak aliran sungai yang merupakan terusan dari Sungai Opak mengalir jernih berwarna kebiruan. Selain itu, gemericik air sungai di antara bebatuan serta kicauan burung di pohon menambah kesan alami di kawasan ini.
Beberapa pengunjung sangat menikmati suasana dan mengabadikan momen. Tak sedikit yang ingin merasakan segarnya sungai dengan bermain air. Menikmati alamnya tak cukup jika hanya berdiam di satu titik.Anda pun bisa menyusuri dengan berjalan kaki bagai menapak tilas terbentuknya Lava Bantal jutaan tahun lalu dan kini kita bisa melihat langsung bukti hasil pembentukannya.

Memiliki debit sungai yang cukup besar, kawasan wisata ini juga membuka kegiatan Geo Tubing. Pihak pengelola menyewakan ban serta pelampung bagi yang berminat untuk merasakan sensasi susur Sungai Opak di Lava Bantal dengan durasi antara 30 hingga 45 menit tergantung rutenya. Biasanya aktivitas Geo Tubing ini akan ramai saat akhir pekan yaitu hari Sabtu dan Minggu. Bagi Anda yang memiliki adrenalin tinggi, mencoba Geo Tubing menjadi hal yang wajib untuk dicoba.

Selain menawarkan wisata uji adrenalin, pengelola geosite ini juga menyediakan fasilitas gazebo di pinggir sungai dan area atas. Wisatawan bisa bersantai sambil menikmati pemandangan dan merasakan suasana aliran sungai yang natural. Selain gazebo, wisatawan juga bisa bersantap di area warung yang menjajakan berbagai makanan dan minuman. Selain itu, jika ingin mengadakan acara atau pertemuan di kawasan Lava Bantal, tersedia Pendopo Joglo yang bisa dimanfaatkan untuk menampung banyak orang.

masuk ke Lava Bantal ini tidak dikenakan biaya atau gratis. Wisatawan hanya cukup membayar parkir kendaraan. Meski dengan harga yang murah, tapi Anda bisa mendapatkan pemandangan yang indah. Lava Bantal berada di Watuadeg, Jogotirto, Berbah, Sleman. Jika dari Bandara Adisutjipto, arahkan kendaraan ke Jalan Raya Solo-Jogja, kemudian ambil Jalan Raya Berbah Utara. Tak sampai 15 menit, Anda akan dengan mudah menemukan plang petunjuk Lava Bantal yang menuntun Anda ke destinasi wisata tersebut.


19
November

Keroncong

Published in pop music

Edisi kali ini, menghadirkan lagu-lagu bernuansa keroncong yang dibawakan oleh penyanyi-penyanyi keroncong Indonesia. Kita awali pelangi nada kali ini dengan sebuah lagu berjudul Tugu Monas.Demikianlah lagu berjudul Tugu Monas yang dibawakan oleh Kelana Hermawan. Lagu ini menceritakan tentang kemegahan tugu Monumen Nasional atau lebih dikenal dengan Monas. Selain merupakan lambang kota Jakarta, Monas juga menjadi kebangaan masyarakat Indonesia. Taman monas yang luas menjadi taman kota yang ramai dikunjungi sekaligus menjadi ruang terbuka untuk menjaga lingkungan menjadi asri dan sejuk. Itulah Monumen Nasional yang terletak di tengah ibu kota Jakarta. Lagu ini dibawakan dengan baik oleh Kelana Hermawan. Dengan karakter suara yang khas dan kuat yang dimilikinya, lagu ini terdengar enak didengarkan.

selanjutnya kita dengarkan lagu keroncong lainnya berjudul Sampul Surat yang dibawakan oleh Wiwit Sunarto.

demikanlah sebuah lagu keroncong berjudul Sampul Surat yang dibawakan oleh Wiwit Sunarto. Lagu ini bercerita tentang kisah cinta yang berakhir sedih. Sekian lama tiada kabar, sepucuk surat sangat dinantikan kehadirannya.

Namun apa hendak dikata, surat itu hanyalah sampul surat belaka, tidak ada kabar maupun berita di dalamnya. Walaupun sangat kecewa, sampul surat itu tetap disimpan sebagai kenang-kenangan. Suaranya yang lembut,  sangat cocok dengan irama keroncong yang mendayu. Lagu ini merupakan lagu keroncong asli yang juga pernah dibawakan oleh penyanyi Indonesia lainnya, diantaranya Didi Kempot.

selanjutnya kita dengarkan lagu berjudul Rangkaian Melati, dibawakan oleh Wiwit Sunarto dan lagu Dewi Murni yang dibawakan oleh Khairizal Khaidir. Kedua lagu ini sekaligus menutup kebersamaan kita dalam pelangi nada edisi kali ini.