Hari ini kami akan memperkenalkan Air Terjun Indo Rannuang di Sulawesi Barat. Sulawesi Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang terbilang muda. Provinsi ini di bentuk tanggal 5 Oktober 2004 dan memiliki 6 kabupaten. Salah satu dari 6 kabupaten tersebut adalah Kabupaten Polewali Mandar. Terletak di bagian selatan dan berbatasan langsung dengan laut, yang membuat kabupaten ini memiliki wisata bahari yang berlimpah. Namun tidak hanya wisata pantai dan laut saja, wisata alam yang tidak kalah indah, yaitu Air Terjun Indo Rannuang. Air Terjun ini terletak di Desa Kunyi, Kecamatan Anreapi, Kabupaten Polewali Mandar, Provinsi Sulawesi Barat.
Air Terjun Indo Rannuang memiliki tingkatan yang bervariasi, dari yang berukuran kecil hingga besar. Di tiap tingkatannya menawarkan kedalaman air yang berbeda dengan kondisi alam dan pegunungan yang masih sangat asri. Jarak ketinggian air terjun di masing-masing tingkatan bervariasi, mulai dari yang berjarak sekitar 100 meter hingga 40 meter. Jika beruntung anda akan menemukan beberapa spesies kupu-kupu yang kadang muncul menyapa pengunjung.
Salah satu tingkatan yang dapat dijadikan sebagai tempat berendam untuk menikmati dinginnya air terjun adalah di tingkat yang kedua. Kedalamannya cukup untuk orang dewasa dengan beberapa titik yang juga ditemukan cukup dalam. Sisi-sisi batuannya ditumbuhi oleh pepohonan hijau yang menyejukkan dan membuat air terasa menyegarkan. Air terjun ini mengalir dari hulu yang tak pernah berhenti dan terus mengalir hingga menuju Limbong Sitodo.
hal yang menarik dari Air Terjun Indo Rannuang ini adalah air terjun ini merupakan sumber aliran air untuk Limbong Sitodo, karena itu jika anda mengunjungi Indo Rannuang maka anda sekaligus akan melintasi Limbong Sitodo. Jika kembali atau turun dari puncak, anda masih dapat menikmati Limbong Sitodo yang juga menjadi destinasi wisata yang ramai di akhir pekan. Limbong Sitodo pada waktu-waktu tertentu menyajikan pesona wisata kuliner dimana anda dapat menikmati sajian buah seperti rambutan dan langsat yang dijajakan oleh warga setempat.
untuk menuju tempat wisata yang berjarak sekitar 8 km dari pusat kota Polewali ini, butuh pendakian dan tantangan yang sedikit berat. Karena sama seperti lokasi air terjun pada umumnya yang berada di daerah ketinggian, anda perlu berjalan sejauh 4 km untuk menuju Air Terjun Indo Rannuang menyusuri jalan setapak kecil melewati kebun-kebun kakao milik warga.
Pendakian menuju Indo Rannuang bukan hal yang mudah, anda harus menyiapkan fisik yang prima, karena kemiringan dataran yang cukup terjal, sebaiknya menyiapkan air minum karena pendakian dengan berjalan kaki tentu saja akan menguras tenaga.
Warisan budaya Indonesia asal Tanah Batak, Ulos Harungguan, mendapat penghargaan dari World Crafts Council (WCC), salah satu NGO yang berafiliasi dengan UNESCO. Kain Ulos Harungguan dipamerkan di Andaliman Hall, Kota Medan, setelah mendapatkan penghargaan dari WCC 2018. Sekitar 90 kain ulos dipamerkan, selain Harungguan, beberapa jenis diantaranya : Bintang Maratur, Suri-suri, Indigo, dan Bolean.
Perancang busana internasional dan kolektor ulos, Torang Sitorus mengatakan, ini bukan prestasi pertama yang dicapai kain Harungguan. Sebelumnya, ulos Harungguan menjadi suvenir dalam pertemuan tahunan IMF-Bank Dunia di Washington DC dan Bali, beberapa waktu lalu. Menurutnya, keunikan dari ulos Harungguan adalah kain ini hanya dibuat penenun dari Muara, Kabupaten Tapanuli Utara, Sumatera Utara. Kain ini merupakan replika dari kain tua, yang proses pembuatannya masih dilakukan secara tradisional dan mengikuti pakem, diikat, dan motifnya tidak ada pengulangan. Kain diwarnai dengan bahan-bahan lokal yang terdapat di daerah Toba, yaitu dari akar mengkudu dan mahoni, yang difermentasi menjadi pewarna. Adapun perbedaan ulos Harungguan dengan kain Batak lainnya adalah tidak ada pengulangan motif dalam proses pembuatannya.Menurut Torang Sitorus, proses pembuatan satu lembar ulos Harungguan bisa memakan waktu hingga dua bulan. Sebelum menenun, prosesnya adalah pembentukan pola motif, pengikatan hingga pencelupan. Alhasil ulos Harungguan dibanderol dengan harga yang cukup tinggi. Satu lembar kain dihargai 5 hingga 10 juta rupiah. Setelah Harungguan,Torang akan mencari ulos dengan motif yang lain untuk dikembangkan. Torang juga berharap ulos mampu menjadi sebuah industri fashion yang dapat mendongkrak perekonomian para penenun di Toba.
Edisi kali ini menghadirkan lagu-lagu bernuansa keroncong yang dibawakan oleh Gesang.Demikianlah lagu Bengawan Solo yang dibawakan oleh Gesang, yang juga diciptakan sendiri oleh Gesang. Lagu ini telah melambungkan namanya di blantika musik, tidak hanya di Indonesia namun juga di negara lain, seperti Jepang. Selain diterjemahkan ke dalam beberapa bahasa asing, seperti Inggris, Rusia, dan Jepang, lagu ini juga digunakan dalam salah satu film layar lebar di Jepang.
Gesang Martohartono atau lebih dikenal dengan Gesang, lahir di Surakarta, Jawa Tengah, 1 Oktober 1917. Dia menciptakan lagu Bengawan Solo pada tahun 1940, saat ia berusia 23 tahun. Kekagumannya akan sungai itulah yang memberikan inspirasi sehingga terciptalah sebuah lagu, yang memakan waktu sekitar 6 bulan. Lagu ini pula lah yang membawanya meraih gelar sebagai Maestro Keroncong Indonesia.
Demikianlah lagu berjudul Kalung Mutiara. Sebuah lagu keroncong asli yang bercerita tentang kisah cinta yang harus berakhir karena jarak yang memisahkan. Kisah cinta yang terjalin antara dua orang dari bangsa yang berbeda. Kini tinggal tanda mata berupa kalung mutiara. Sang kekasih harus kembali ke tanah airnya dan tak akan kembali. Sang Maestro Keroncong Indonesia, kini telah tiada. Gesang meninggal di kota kelahirannya, kota Surakarta, Jawa Tengah, 20 Mei 2010 pada usia 92 tahun. Namun kiprahnya di dunia musik keroncong tanah air akan tetap dikenang. selanjutnya kita dengarkan lagu berjudul Suasana Desa dan Sebelum Aku Mati yang dibawakan oleh Gesang. Lagu ini sekaligus menutup jumpa kita kali ini.
Lingga adalah salah satu kabupaten di Provinsi Kepulauan Riau yang memiliki 531 pulau besar dan kecil. 447 pulau diantaranya belum berpenghuni. Karena pulaunya yang begitu banyak, kabupaten ini menyimpan banyak potensi wisata alam. Salah satunya adalah Pantai Nusantara yang terletak di Desa Tanjung Harapan, Kecamatan Sinkep, Kabupaten Lingga, Kepulauan Riau.
Pantai Nusantara memiliki garis pantai yang berbentuk cekung yang menyerupai teluk. Garis pantai ini tidak begitu luas, yaitu sekitar 2 hektar. Pantai ini ditata dengan apik dan terjaga kebersihannya hingga terlihat cantik dan menarik. Ini juga menjadi salah satu alasan pantai ini tak pernah sepi pengunjung, baik wisatawan dalam negeri maupun luar negeri. Jika anda berwisata ke pantai ini, anda dapat mengexplorasi sisi pantai yang landai dan di atasnya didirikan pondok-pondok kayu beratapkan anyaman dan sagu.pantai ini memiliki pasir yang berwarna kecoklatan dan ombak yang tenang dengan airnya yang jernih. Pengunjung dapat berenang dengan bebas di pantai ini. Selain itu, terdapat sebuah pulau kecil yang menjorok ke laut yang dapat anda capai dengan berjalan kaki melewati jembatan kecil berpagar kayu.
Di pulau buatan seluas tidak lebih dari 20 meter persegi ini, anda bisa berjemur di kursi santai, bersantap di saungnya atau sekedar berfoto-foto. Bahkan kalau anda beruntung, sekali waktu anda akan berkesempatan menjumpai sekelompok bangau putih yang tengah terbang atau mencari makan di tepian pantai. Bagi yang hobi memancing, anda bisa menyalurkan hobi anda disini.
untuk pergi ke pantai ini cukup mudah, namun belum ada transportasi umum yang dapat mengantar sampai ke tempat wisata ini. Anda harus menyewa mobil atau sepeda motor. Pantai ini dibuka sepanjang hari. Bahkan untuk wisatawan yang berkunjung sering memilih datang di waktu sore hari karena memiliki pemandangan yang begitu indah.Pantai ini juga tidak memungut biaya tiket masuk. Fasilitas di pantai ini sudah terbilang cukup lengkap dengan tersedianya toilet dan kamar mandi, serta penginapan dengan harga terjangkau.