VOInews, Jakarta: Desa percontohan pertama untuk pembangunan berkelanjutan di Nepal, yang didukung dengan bantuan dana dari China dan mencakup hampir 10.000 orang, resmi diluncurkan pada Senin (29/5). Desa percontohan itu terletak di Kota Tarakeshwor di sebelah utara Lembah Kathmandu, dan didukung oleh Yayasan China untuk Pembangunan Pedesaan (China Foundation for Rural Development/CFRD). Tiga anak perempuan Nepal berfoto dengan menggenggam pita merah dan secarik kertas bertuliskan "anak-anak tersenyum" saat peresmian desa percontohan pertama untuk pembangunan berkelanjutan di Kota Tarakeshwor, Nepal, pada Senin (29/5). Desa percontohan yang pendanaannya didukung oleh Yayasan China untuk Pembangunan Pedesaan itu merupakan titik awal kolaborasi China dan Nepal dalam mengentaskan kemiskinan.
Chen Hongtao, sekretaris jenderal CFRD mengatakan Yayasan China tersebut meluncurkan proyek pengadaan air minum yang mencakup 4.500 rumah tangga, proyek Smiling Children untuk menyediakan makanan bergizi bagi 16 sekolah setempat, proyek Panda Pack yang bertujuan untuk meningkatkan kondisi pembelajaran dasar bagi siswa-siswi sekolah dasar, serta program pelatihan menanam sayuran bagi 80 pelajar muda. Krishnahari Maharjan, Wali Kota Tarakeshwor, menyampaikan apresiasinya atas dukungan CFRD untuk proyek pengadaan air minum. Duta Besar China untuk Nepal Chen Song menyebut desa percontohan itu sebagai "titik awal baru" bagi kerja sama China-Nepal dalam pengentasan kemiskinan. (ANTARA)
VOInews.id- Kementerian Pertahanan Rusia menyatakan bahwa Ukraina melancarkan salah satu serangan drone atau pesawat nirawak terbesar ke Moskow pada Selasa, tapi seluruhnya berhasil ditembak jatuh saat mendekati kota. Tidak ada laporan korban jiwa akibat serangan tersebut. Walikota Moskow Sergei Sobyanin mengatakan, dua orang terluka, satu di antaranya dirawat di rumah sakit pada serangan yang terjadi pagi hari itu. Warga dari beberapa blok apartmen telah dievakuasi, tapi kemudian sudah kembali ke rumah masing-masing.
"Pagi ini, akibat serangan drone, terjadi kerusakan kecil di beberapa bangunan. Tapi tidak ada yang cedera parah," kata Sobyanin. Rekaman video yang beredar di media sosial memperlihatkan sebuah drone yang ditembak jatuh dan asap hitam yang membubung di atas angkasa Kota Moskow. Bandara Moskow tetap dibuka dan tidak terpengaruh dengan insiden tersebut.
Kementerian Pertahanan Rusia seperti dikutip kantor berita Rusia mengatakan bahwa serangan drone tersebut dilancarkan dari Kiev, tapi semua berhasil dihancurkan. Maxim Ivanov, anggota DPR Rusia menegaskan bahwa serangan tersebut merupakan yang paling serius terhadap Moskow sejak serangan Nazi selama Perang Dunia Kedua dan tidak ada warga yang bisa menghindar dari "kenyataan baru" tersebut. Serangan drone ke wilayah Rusia semakin meningkat dalam beberapa minggu terakhir.
The New York Times melaporkan bahwa pihak intelijen AS yakin Ukraina juga berada dibalik serangan drone terhadap Kremlin awal Mei lalu. Pihak Ukraina tidak pernah mengumumkan serangan terhadap sasaran yang ada di dalam wilayah Rusia.
Komite investigasi Rusia mengatakan, sejumlah drone berhasil ditembak jatuh dan hanya terdapat kerusakan kecil akibat jatuhan puing, tapi tidak dijelaskan jumlah serangan drone tersebut secara rinci. Saluran Telegram Baza, yang menjadi sumber terpercaya di antara agen rahasia Rusia, mengatakan bahwa terdapat sekitar 25 drone yang menyerang Rusia. Sebuah sumber dari kementerian dalam negeri yang tidak bersedia mengungkapkan jati dirinya mengatakan terdapat lebih dari 10 drone yang ditembak jatuh.
Sumber: Reuters
VOInews.idSebuah studi yang dilakukan Global Health Institute of Barcelona (ISGlobal), Spanyol, menyimpulkan bahwa paparan yang lebih besar terhadap materi partikulat halus (PM2,5), nitrogen dioksida, dan karbon hitam berhubungan dengan risiko yang lebih tinggi pada penderita COVID-19. Studi itu didasarkan pada sampel 4,6 juta orang di Catalonia, Spanyol, di mana 340.608 orang didiagnosis menderita COVID-19 pada 2020. (XINHUA/Nusantara Husnul K Mulkan/Rayyan/Nanien Yuniar)
VOInews.id- Rusia pada Senin mengingatkan bahwa perjanjian biji-bijian Laut Hitam tidak akan lagi berlaku kecuali sebuah kesepakatan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dengan Moskow untuk mengatasi hambatan ekspor biji-bijian dan pupuk Rusia terpenuhi. "Jika semuanya tetap seperti itu, dan tampaknya akan seperti itu, maka fakta bahwa (perjanjian) itu tidak lagi berfungsi perlu diteruskan," kata Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov saat berkunjung ke Nairobi, Kenya.
Perjanjian yang disetujui pada Juli tahun lalu mengharuskan PBB membantu Rusia untuk mengatasi hambatan apa pun pada ekspor biji-bijian dan pupuk negara itu selama tiga tahun. Menurut Lavrov, perjanjian itu tidak dipenuhi "sama sekali".
Perjanjian PBB-Rusia itu disepakati bersamaan dengan perjanjian yang memungkinkan ekspor makanan dan pupuk yang aman dari Ukraina di Laut Hitam menyusul invasi Rusia yang dimulai pada Februari 2022. Bulan ini, Rusia dengan ragu-ragu setuju untuk memperpanjang perjanjian biji-bijian Laut Hitam selama dua bulan hingga 17 Juli, namun mengatakan butuh lebih banyak kemajuan untuk mendukung terpenuhinya kepentingan Rusia. Lavrov mengatakan kurang dari 3 persen biji-bijian yang diekspor dalam perjanjian itu telah mencapai negara-negara termiskin di dunia.
Sumber: Reuters