24
September

 

VOinews.id, Washington:Presiden Amerika Serikat Joe Biden pada Senin mengatakan pemerintahnya sedang berupaya meredakan ketegangan di wilayah di tengah serangan udara Israel yang meluas di Lebanon dan serangan roket balasan Hizbullah telah meningkatkan kemungkinan perang besar.

"Tim Saya terus berhubungan dengan mitra-mitra mereka, dan kami berupaya meredakan eskalasi dengan cara yang memungkinkan orang-orang kembali ke rumah mereka dengan aman,” kata Biden saat menjamu Presiden Uni Emirat Arab Mohammed bin Zayed al-Nahyan di Gedung Putih.

Otoritas kesehatan Lebanon mengatakan setidaknya 274 orang, termasuk 21 anak-anak tewas dan 1.024 lainnya terluka, dalam serangan Israel di seluruh wilayah Lebanon sejak Senin pagi. Ribuan warga sipil terpaksa meninggalkan rumah mereka demi keamanan.

"Serangan Israel adalah rencana yang bertujuan menghancurkan desa-desa dan kota-kota Lebanon serta menghapuskan semua ruang terbuka hijau,” kata Perdana Menteri sementara Lebanon Najib Mikati.

Sementara itu juru bicara militer Israel Daniel Hagari mengatakan militer dibolehkan menargetkan sejumlah desa-desa Lebanon yang berjarak 80 km dari perbatasan.

Secara terpisah, Hizbullah mengatakan bahwa pasukannya menembakkan puluhan roket ke Perusahaan Elektronik Rafael Israel, yang berada di utara Haifa, serta markas cadangan Korps Utara dan pangkalan logistik Formasi Galilea di kamp Ami'ad.

Ini merupakan kedua kalinya Hizbullah menyasar lokasi militer di Haifa, dimana sebelumnya kelompok itu menembakkan rudal ke kota itu pada Senin.

Ketegangan meningkat antara Hizbullah dan Israel menyusul serangan udara mematikan pada Jumat yang menewaskan sedikitnya 45 orang, termasuk wanita dan anak-anak, dan melukai puluhan orang di pinggiran kota Beirut.

Hizbullah mengonfirmasi bahwa 16 anggotanya, termasuk pemimpin senior Ibrahim Aqil dan komandan utama Ahmed Wahbi, tewas dalam serangan udara Israel tersebut.

Hizbullah dan Israel telah terlibat dalam perang lintas perbatasan sejak dimulainya perang Israel di Gaza, yang telah menewaskan lebih dari 41.400 orang, sebagian besar wanita dan anak-anak, menyusul serangan lintas perbatasan oleh Hamas pada 7 Oktober lalu.

Sumber: Anadolu

23
September

 

VOInews.id, Paris:Eropa perlu mempertimbangkan kembali hubungannya dengan Rusia di masa depan demi perdamaian dan stabilitas di benua tersebut, kata Presiden Prancis Emmanuel Macron pada Minggu (22/9). “Kita harus memikirkan perdamaian di Eropa dengan cara yang baru. Penting untuk memperhitungkan realitas geografi Eropa, yang tidak terbatas hanya pada Uni Eropa atau, lebih tegas lagi, NATO. Kita memerlukan pendekatan baru terhadap organisasi Eropa dan memikirkan kembali hubungan kita dengan Rusia di masa depan, serta perdamaian di benua ini,” kata Macron dalam sebuah konferensi di Paris, yang disiarkan oleh Istana Elysee.

 

Macron meyakini perlunya menciptakan tatanan dunia baru karena tatanan saat ini "tidak lengkap dan tidak adil," sebab dibentuk setelah Perang Dunia II dan tidak memperhitungkan tantangan-tantangan baru. Presiden Prancis itu mencatat bahwa Eropa membutuhkan tatanan, di mana semua negara diwakili secara setara, dan ia berencana melakukannya dengan bantuan organisasi yang lebih adil, seperti Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Bank Dunia, dan Dana Moneter Internasional (IMF).

 

Sumber: Sputnik-OANA

23
September

 

VOInews.id, Moskow:Polandia telah memperluas status darurat bencana untuk menjangkau sejumlah daerah yang dilanda banjir besar. Menurut dekrit pemerintah Polandia, status darurat diperluas hingga ke Zgorzelec, Olawa, dan dua kawasan di Kota Wroclaw, Provinsi Silesia Bawah. Di Provinsi Lubusz, zona bencana diperluas hingga ke Szprotawa, Kota Zagan, dan Malomice, serta daerah pedesaan di Zagan.

 

Kepala staf perdana menteri memperkirakan pada Sabtu (21/9) lalu bahwa 2,39 juta orang terdampak banjir di 749 kota dan desa di Polandia. Dari jumlah tersebut, puluhan ribu orang terdampak banjir secara langsung. Hujan deras membuat sungai-sungai meluap. Sedikitnya 20 orang tewas dan 6.544 orang diungsikan di bagian barat daya Polandia. Hingga Sabtu, 11.502 tempat tinggal dan apartemen, 6.033 permukiman, dan 724 fasilitas umum, termasuk sekolah, jalan, dan jembatan, rusak atau terendam.

 

Dalam beberapa hari terakhir, Badai Boris menerjang seluruh wilayah Eropa Tengah, menyebabkan hujan lebat dan membuat sungai-sungai, terutama Sungai Danube, meluap. Polandia, Republik Ceko, Slovakia, dan kawasan Pegunungan Alpen di Jerman selatan dan Austria, menjadi wilayah yang terdampak paling parah. Sumber: Sputnik-OANA

20
September

 

VOInews.id, Beijing:Dinas keamanan Taiwan sedang menyelidiki kasus peledakan penyeranta yang terjadi di Lebanon yang diduga berkaitan dengan perusahaan lokal Gold Apollo, kata Kepala Departemen Pertahanan Taiwan Wellington Koo, Kamis. "Dinas keamanan Taiwan saat ini sedang menyelidiki isu ini dan menanggapinya secara serius. Departemen Pertahanan tidak terlibat dalam kasus ini," kata Wellington seperti dikutip Radio Taiwan International kepada wartawan. Sementara itu, juru bicara Kementerian Pertahanan, Sun Li-fang, mengatakan bahwa kementerian tidak memiliki penjelasan atas tindakan Gold Apollo.

 

Pada hari Selasa, ledakan pager terjadi di berbagai bagian Lebanon. Kementerian Kesehatan Lebanon melaporkan bahwa ledakan tersebut menewaskan 12 orang dan melukai hingga 2.800 orang. Reuters pada Rabu (18/9) melaporkan bahwa badan intelijen Israel Mossad telah menanam sejumlah kecil bahan peledak di dalam 5.000 penyeranta yang dipesan kelompok Lebanon Hizbullah dari Gold Apollo.

 

Namun, CEO Gold Apollo mengeklaim bahwa penyeranta yang meledak itu tidak ada hubungannya dengan produsen Taiwan tersebut, tetapi diproduksi dan dikembangkan oleh BAC Consulting KFT, yakni sebuah perusahaan Hongaria di bawah lisensi Gold Apollo. Di saat bersamaan, perusahaan Hongaria itu mengatakan kepada RIA Novosti bahwa pihaknya telah memberikan layanan konsultasi bisnis dan tidak terlibat dalam produksi penyeranta. Media melansir bahwa penyeranta yang kerap digunakan Hizbullah merupakan sistem komunikasi rahasia paling kokoh terhadap peretasan. Hingga kini penyebab ledakan tersebut masih belum diketahui. Sementara itu, otoritas Lebanon menuduh Israel bertanggung jawab atas insiden tersebut.

 

Sumber: Sputnik-OANA

Page 21 of 1215